Rabu, Agustus 19, 2009

Renungan Indah

RENUNGAN INDAH
oleh W.S. Rendra

Seringkali aku berkata,
Ketika semua orang memuji milikku
Bahwa sesungguhnya ini hanyalah titipan
Bahwa mobilku hanyalah titipan-Nya
Bahwa rumahku hanyalah titipan-Nya
Bahwa hartaku hanyalah titipan-Nya
Bahwa putraku hanyalah titipan-Nya

Tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya :

Mengapa Dia menitipkan padaku ???
Untuk apa Dia menitipkan ini padaku ???
Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk milik-Nya itu???

Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku ?
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali
oleh-Nya ?
Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah
Kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka
Kusebut itu sebagai panggilan apa saja untuk melukiskan kalau itu adalah
derita

Ketika aku berdoa, kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku

Aku ingin lebih banyak harta, ingin lebih banyak mobil, lebih banyak
popularitas, dan
kutolak sakit, kutolak kemiskinan, seolah semua "derita" adalah hukum
bagiku

Seolah keadilan dan kasih-Nya harus berjalan seperti matematika :
aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh
dariku, dan nikmat dunia kerap menghampiriku.

Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan kekasih
Kuminta Dia membalas "perlakuan baikku", dan menolak keputusan-Nya
yang tak sesuai keinginanku

Gusti, padahal tiap hari kuucapkan, hidup dan matiku hanya untuk
beribadah.
"Ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama
saja".....

Sabtu, Juli 18, 2009

Khalifah Umar bin Khattab

Bismillahirrohmaanirrohiim
Rata Penuh
Khalifah Umar bin Khattab sering melakukan ronda malam sendirian. Sepanjang malam ia memeriksa keadaan rakyatnya langsung dari dekat. Ketika melewati sebuah gubuk, Khalifah Umar merasa curiga melihat lampu yang masih menyala.
Di dalamnya terdengar suara orang berbisik-bisik.
Khalifah Umar menghentikan langkahnya. Ia penasaran ingin tahu apa yang sedang mereka bicarakan. Dari balik bilik Kalifah umar mengintipnya. Tampaklah seorang ibu dan anak perempuannya sedang sibuk mewadahi susu.
"Bu, kita hanya mendapat beberapa kaleng hari ini," kata anak perempuan itu.
"Mungkin karena musim kemarau, air susu kambing kita jadi sedikit."
"Benar anakku," kata ibunya.
"Tapi jika padang rumput mulai menghijau lagi pasti kambing-kambing kita akan gemuk. Kita bisa memerah susu sangat banyak," harap anaknya.
"Hmmm....., sejak ayahmu meninggal penghasilan kita sangat menurun. Bahkan dari hari ke hari rasanya semakin berat saja. Aku khawatir kita akan kelaparan," kata ibunya.
Anak perempuan itu terdiam. Tangannya sibuk membereskan kaleng-kaleng yang sudah terisi susu.
"Nak," bisik ibunya seraya mendekat. "Kita campur saja susu itu dengan air. Supaya penghasilan kita cepat bertambah."
Anak perempuan itu tercengang. Ditatapnya wajah ibu yang keriput. Ah, wajah itu begitu lelah dan letih menghadapi tekanan hidup yang amat berat. Ada rasa sayang yang begitu besar di hatinya. Namun, ia segera menolak keinginan ibunya.
"Tidak, bu!" katanya cepat.
"Khalifah melarang keras semua penjual susu mencampur susu dengan air." Ia teringat sanksi yang akan dijatuhkan kepada siapa saja yang berbuat curang kepada pembeli.
"Ah! Kenapa kau dengarkan Khalifah itu? Setiap hari kita selalu miskin dan tidak akan berubah kalau tidak melakukan sesuatu," gerutu ibunya kesal.
"Ibu, hanya karena kita ingin mendapat keuntungan yang besar, lalu kita berlaku curang pada pembeli?"
"Tapi, tidak akan ada yang tahu kita mencampur susu dengan air! Tengah malam begini tak ada yang berani keluar. Khalifah Umar pun tidak akan tahu perbuatan kita," kata ibunya tetap memaksa.
"Ayolah, Nak, mumpung tengah malam. Tak ada yang melihat kita!"
"Bu, meskipun tidak ada seorang pun yang melihat dan mengetahui kita mencampur susu dengan air, tapi Allah tetap melihat. Allah pasti mengetahui segala perbuatan kita serapi apa pun kita menyembunyikannya,"tegas anak itu. Ibunya hanya menarik nafas panjang.
Sungguh kecewa hatinya mendengar anaknya tak mau menuruti suruhannya. Namun, jauh di lubuk hatinya ia begitu kagum akan kejujuran anaknya.
"Aku tidak mau melakukan ketidak jujuran pada waktu ramai maupun sunyi. Aku yakin Allah tetap selalu mengawasi apa yang kita lakukan setiap saat,"kata anak itu.
Tanpa berkata apa-apa, ibunya pergi ke kamar. Sedangkan anak perempuannya menyelesaikan pekerjaannya hingga beres.
Di luar bilik, Khalifah Umar tersenyum kagum akan kejujuran anak perempuan itu.
" Sudah sepantasnya ia mendapatkan hadiah!" gumam khalifah Umar. Khalifah Umar beranjak meniggalkan gubuk itu.Kemudian ia cepat-cepat pulang ke rumahnya.
Keesokan paginya, khalifah Umar memanggil putranya, Ashim bin Umar. Di ceritakannya tentang gadis jujur penjual susu itu.
" Anakku, menikahlah dengan gadis itu. Ayah menyukai kejujurannya," kata khalifah Umar. " Di zaman sekarang, jarang sekali kita jumpai gadis jujur seperti dia. Ia bukan takut pada manusia. Tapi takut pada Allah yang Maha Melihat."
Ashim bin Umar menyetujuinya.
Beberapa hari kemudian Ashim melamar gadis itu. Betapa terkejut ibu dan anak perempuan itu dengan kedatangan putra khalifah. Mereka mengkhawatirkan akan di tangkap karena suatu kesalahan.
" Tuan, saya dan anak saya tidak pernah melakukan kecurangan dalam menjual susu. Tuan jangan tangkap kami....," sahut ibu tua ketakutan.
Putra khalifah hanya tersenyum. Lalu mengutarakan maksud kedatangannya hendak menyunting anak gadisnya.
"Bagaimana mungkin?
Tuan adalah seorang putra khalifah , tidak selayaknya menikahi gadis miskin seperti anakku?" tanya seorang ibu dengan perasaan ragu.
" Khalifah adalah orang yang tidak ,membedakan manusia. Sebab, hanya ketawakalanlah yang meninggikan derajad seseorang disisi Allah," kata Ashim sambil tersenyum.
" Ya. Aku lihat anakmu sangat jujur," kata Khalifah Umar.
Anak gadis itu saling berpandangan dengan ibunya.
Bagaimana khalifah tahu? Bukankah selama ini ia belum pernah mengenal mereka.
" Setiap malam aku suka berkeliling memeriksa rakyatku. Malam itu aku mendengar pembicaraan kalian...," jelas khalifah Umar.
Ibu itu bahagia sekali. Khalifah Umar ternyata sangat bijaksana. Menilai seseorang bukan dari kekayaan tapi dari kejujurannya.
Sesudah Ashim menikah dengan gadis itu, kehidupan mereka sangat bahagia. Keduanya membahagiakan orangtuanya dengan penuh kasih sayang. Bebrapa tahun kemudian mereka dikaruniai anak dan cucu yang kelak akan menjadi orang besar dan memimpin bangsa Arab.

Sumber Kisah kisah Teladan

--
وبالله التوفيق، ولاحول ولاقوة إلا بالله العلى العظيم

Wasiat-wasiat Al-Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad

Sumber: AlHawi.Net

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala, Yang Maha Menyaksikan segalanya, Maha Pengawas Yang Selalu hadir tanpa pernah absen, Maha Pendamping Yang tiada pernah berpisah dalam pemukiman maupunbepergian, Yang selalu mendorong kaum cerdik cendekiawan untuk mengamati ciptaan-Nya di alam malakut-Nya, di langit dan bumi-Nya yang sarat dengan tanda-tanda kebesaran ayat-ayat-Nya, yang mengandung pengertian dan pelajaran.
Salawat dan salam bagi junjungan kita Nabi Muhammad Saw, beserta keluarga beliau yang mulia dan terhormat, sebanyak bilangan gumpalan awan dan curahan hujan dan sebanyak bilangan hembusan angin yang menggerakkan pepohohan.
Ammâ ba’du: Saya berpesan, terutama kepada diri saya sendiri dan kepada anda sekalian para sahabatku tercinta semoga kita senantiasa bertaqwa kepada Allah Yang Maha Penguasa atas seluruh penguasa, Penyebab dari semua sebab, Yang Tiada Tuhan yang patut disembah selain Dia, dan tiada suatu tujuan hakiki kecuali kepada-Nya.
Sesungguhnya, orang yang berbahagia itu ialah yang selalu bersandar diri kepada-Nya, dan menyerahkan segala urusan kepada-Nya, meletakkan dirinya di dalam kuasa dan kekuatan-Nya, berserah diri dan tunduk sepenuhnya kepada qudrat dan iradat-Nya. Bersungguh-sungguh meletakkan harapan dan keinginan kepada apa yang ada di sisi-Nya.
Adapun orang yang sengsara dan terjauhkan dari segala keberuntungan adalah yang berpaling dari Allah, tiada ingat kepada-Nya, bahkan selalu mengikuti bisikan hawa nafsunya dan mengutamakan dunianya di atas akhiratnya.
Maka pesan saya pertama-tama, hendaklah anda sekalian selalu bertawakal kepada Allah dan percaya sepenuhnya kepada jaminan-Nya, seraya merasa tenteram dalam naungan-Nya, selalu mohon pertolongan- Nya dalam segala urusan, bersandar kepada-Nya dalam segala hal, serta meletakkan harapan dan keperluan dalam lingkup kemurahan dan kurnia-Nya semata-mata.
Dan hendaklah anda sekalian memeutuskan segala harapan dan keinginan dari apa saja berada di tangan orang-orang lain, tidak menunjukkan sedikit pun ketamakan untuk memperoleh apa pun pemberian dari mereka. Namun, sekiranya ada seseorang memberikan hadiah secara ikhlas, terimalah oleh kalian pemberian itu dengan penuh rasa terima kasih kepadanya dan berdoalah untuknya. Nikmatilah seperlunya atau sedekahkanlah kepada orang lain sekiranya tidak kalian perlukan. Meskipun demikian, sekiranya ada keraguan tentang kebaikan sumber perolehan sesuatu yang di hadiahkan kepada kalian, tolaklah dengan cara yang santun.

Mementingkan Sholat & Zikir

Hendaklah anda sekalian senantiasa bersungguh-sungguh dalam melaksanakan kelima shalat fardhu seraya memenuhi segala persyaratannya. Shalat adalah tiang agama dan diumpamakan bagai kepala dalam susunan anggota tubuh.
Adapun sebaik-baik cara pemeliharaannya adalah dengan mengerjakannya pada awal waktu dan sedapat mungkin dalam berjemaah. Sedangkan yang paling utama dan menentukan diterimanya solat itu ialah dengan menghadirkan hati di dalamnya di sertai dengan penuh kekhusyu’an. Alangkah buruknya bagi seseorang yang sedang bersolat, apabila anggota-anggota tubuhnya tengah bermunajat dengan Tuhannya, sedangkan hatinya berkelana kesana sini memikirkan ehwal dunianya.

Tetap membaca zikir Ketika dalam Perjalanan Jauh

Allah Swt. dengan kemurahan-Nya juga telah mneyediakan keringinan bagi hamba-hamba- Nya dalam melaksanakan solat, iaitu solat qasar dan jama’ (yang dibolehkan ketika sedang dalam perjalanan jauh). Maka manfaatkanlah kemudahan seperti itu (sesuai dengan persyaratan dan) pada tempatnya masing-masing kerana Allah Swt. amat suka kemudahan-Nya dinikmati, sebagaimana juga kewajipan-kewajipan -Nya di penuhi. Walaupun demikian, hendaklah kalian tetap melaksanakan semua zikir yang biasa kalian laksanakan setiap hari, sebagaimana yang kalian lakukan di saat sedang tidak bepergian. Oleh sebab itu, hendaklah kalian secara konsisten dan tekun senantiasa memelihara bacaan-bacaan Al-Quran dan pelbagai wirid yang biasa kalian lakukan dalam keseharian kalian. Jangan sekali-kali meninggalkannya. Kalaupun tidak dapat dilaksanakan secara sempurna akibat kesibukan dalam perjalanan, gantikanlah pada kesempatan lain, jika itu termasuk amalan yang dapat diganti (di-qadha’). Atau jika tidak termasuk amalan yang dapat di-qahda’ maka yang demikina itu termasuk dalam keringanan yang diberikan Allah Swt bagi orang musafir, sebagaimana disabdakan oleh Nabi Saw.:” Apabila seseorang Mukmin dalam keadaan bepergian, atau sedang sakit, maka Allah Swt. memerintahkan kepada malaikat-Nya agar mencatat baginya segala amalnya seperti ketika diamalkannya pada saat-saat ia bermukim dan dalam keadaan sihat wal-afiat”. Ini tentunya merupakan anugerah Allah serta rahmat dan kemudahan-Nya.
Alhamdulillah. Puji syukur ke hadirat-Nya, betapa besar rahmat dan kesayangan-Nya terhadap hamba-hamba- Nya!

Kesucian Lahir Batin

Dan hendaklah kalian – disamping memeperbanyakkan zikir kepada Allah Swt pada setiap saat- demikian juga, yang tidak kalah pentingnya, ialah menjaga kesucian batin,d alam erti kebersihan hati dari buruk sangka, dendam dan dengki terhadap sesama muslim atau melakukan penipuan terhadap mereka. Demikian juga hendaklah kalian selalu memperhatikan kesucian lahiriah di setiap saat. Yakni mensucikan diri dari hadas dan najis. Tentang ini, Allah Swt telah mewahyukan kepada Nabi Musa (a.s): “Apabila sesuatu musibah menimpa dirimu, pada saat tubuhmu tidak sedang dalam keadaan suci, maka janganlah menyalahkan selain dirimu sendiri”.
Lakukanlah zikir-zikir secara rutin pada waktu pagi dan sore, kerana zikir adalah benteng dari gangguan syaitan dan penangkal dari berbagai keburukan. Dalam kitab Al-Adzhâr (karya An-Nawawi.-Peny) cukup banyak teks zikir yang di anjurkan, terutama ketika sedang dalam perjalanan jauh, ketika naik dan turun dari kenderaan dan juga pada saat memasuki kota tempat tujuan dan lain-lain sebagainya. Usahakanlah agar mendapatkan kitab tersebut, lalu hafalkanlah bacaan-bacaan yang tertera didalamnya, dan selanjutnya kerjakanlah dengan tekun.

Menghias Diri Dengan Akhlak Yang Baik

Hendaklah anda sekalian selalu mengutamakan kebersihan hati, kedermawanan dan kasih sayang kepada setiap muslim, serta sikap bersahabat dan ramah tamah kepada siapa saja yang bersahabat dengan kalian. Berupayalah agar kalian selalu membantu setiap muslim dalam memenuhi kebutuhannya, sama seperti mencukupi keperluan diri kalian sendiri. Tanamkanlah dalam diri kalian, kepedulian dan rasa keinginan untuk selalu menyenangkan hatinya. Jangan pula merasa malu atau segam memberikan nasihat dan bimbingan, demi kebaikan akhiratnya. Sebab, perasaan malu untuk melakukan hal seperti itu, sebetulnya bukan malu, melainkan sifat pengecut yang oleh setan dinamakan malu, semata-mata untuk menyenangkan hati orang-orang yang lemah imannya.

Senantiasa Berakhlak Mulia

Dengan siapa saja kalian bersahabat, utamakanlah budi pekerti yang baik dan sikap lemah lembut kerana semua keluhuran akhlak itu bertumpu pada kelembutan budi dan sikap lapang dada serta mengutamakan kepentingan para sahabat. Dan hendaklah seorang mukmin itu berwatak cepat ridhanya dan lambat amarahnya. Bahkan ciri khas dari sifat utama seorang Mukmin Kâmil (mukmin yang sempurna) ialah tidak akan mudah marah kerana sesuatu yang bekenaan langsung dengan diri peribadinya, melainkan semata-mata kerana sesuatu yang menyangkut pelanggaran terhadap hak tuhannya. Kalaupun seorang mukmin marah kerana sesuatu yang berkenaan dengnan hak peribadinya, maka keimanan yang bersemayam di dalam hatinya akan segera meredam kemerahannya itu. Seorang laki-laki pernah berkata kepada Nabi Saw.: “Ya Rasullallah! Berilah aku nasihat!” Maka beliau pun bersabda : “Jangan marah!” (Ucapan itu beliau ulang-ulang sampau beberapa kali).
Dan hendaklah anda sekalian selalu bersikap tawâdhu iaitu dengan memandang kepada sesama kaum Mukminin dengan pandangan pengnagungan dan penghormatan dan kepada diri sendiri dengan perasaan rendah hati.
Demikian pula hendaknya kalian selalu bersikap tulus ikhlas iaitu dengan senantiasa mengharapkan keredhaan Allah an pahala-Nya semata-mata, pada setiap kali melakukan suatu kebaikan ataupun meninggalkan suatu keburukan sebab barang siapa melakukan suatu perintah Allah Swt. akan tetapi dalam hatinya ingin mendapatkan kedudukan di sisi manusia atau mencar-cari pujian atau menginginkan harta kekayaan mereka, maka ia sudah termasuk kelompok orang yang berbuat riya”. Sedangkan sifat riya’ dalam beramal akan membatalkan amal itu sendiri serta melenyapkan pahalanya.

Memilih Sahabat Yang Berakhlak Baik

Upayakanlah agar kalian selalu bersahabat dengan orang-orang yang berakhlak mulia, agar dapat meneladani perilaku baik mereka dan sekaligus menggali keuntungan dari perbuatan dan ucapan mereka. Biasakanlah pula untuk berkunjung kepada mereka yang masih hidup dan menziarahi mereka yang sudah tiada, dengan penuh keikhlasan, penghormatan dan penghargaan. Agar dengan demikian diperoleh manfaatnya dan rasa limpahan keberkahan Allah kepada kalian dengan perantaraan mereka itu. Pada zaman ini, memang sedikit sekali manfaat yang dapat diperoleh dari orang-orang saleh, kerana kurangnya penghormatan dan lemahnya husnuzzhan (persangkaan yang baik) terhadap mereka.
Itulah sebabnya kebanyakan orang di zaman sekarang tidak memperoleh keberkahan dari orang-orang soleh itu, an tidak bisa menyaksikan pelbagai peristiwa menakjubkan yang berasal dari kedudukan mereka yang telah beroleh karâmah (penghormatan dan pemuliaan) dari Allah Swt. Sedemikian rupa, sehingga mereka mengira bahawa pada zaman ini sudah tidak ada lagi orang-orang yang disebut sebagai ‘wali’.Dugaan yang demikian itu tidak benar sama sekali, Alhamdullillah, para wali itu masih cukup banyak, yang tampak maupun yang tersembunyi. Namun tak ada yang bisa mengenali identitas mereka itu, kecuali orang-orang yang telah mendapatkan anugerah cahaya kebenaran dan kebesaran Allah dalam hatinya dan mereka yang selalu berhusnuz-zhan terhadap mereka.

Menjauhkan Diri Dari Orang-Orang Yang Berperilaku Buruk

Hindarilah orang-orang yang berakhlak buruk dan bermoral rendah. Jauhilah pergaulan dengan mereka kerana dengan menjadikan mereka itu sahabat kalian, maka hanya kerugian dan malapetaka yang akan kalian alami, di dunia maupun di akhirat. Pergaulan seperti itulah yang membengokkan sesuatu yang sudah lurus dan yang lebih parah lagi mengakibatkan rosaknya hati dan agama. Sungguh tepat apa yang dikatakan oleh seorang penyair : Yang berkudis takkan menjadi sihat kembali akibat bergaul berdekatan dengan yang sihat, namun yang sihat mudah ketularan penyakit akibat bergaul berdekatan dengan yang berkudis.

Memelihara Hati Dan Lidah

Peliharalah hati kalian masing-masing dati niatan atau bisikan-bisikan hati yang tercela dan bersihkanlah dari noda-noda akhlak yang buruk dan berupayalah mencegah keterlibatan setiap anggota tubuh kalian dalam kegiatan bermaksiat atau berdosa. Lebih-lebih lagi dalam menjaga dan memeilahara lidah dari pembicaraan- pembicaraan yang terlarang atau yang sia-sia; terutama yang bersifat umpatan atau gunjingan terhadap sesama muslim. Begitu besar dosa pengunjingan (ghibah) sehingga dinyatakan bahawa dosanya lebih besar daripada dosa perzinaan.
Jangan sekali-kali berkata bohong. Sebab kebohongan sangat bertentangan dengan keimanan, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis nabi Saw.: “Barangsiapa ingin mengutuk dirinya sendiri, silakan ia berkata bohong”.
Sungguh, bahaya yang ditimbulkan oleh lidah itu amat besar sekali, demikian pula cara mengendalikannya tidaklah mudah. Maka, barangsiapa mendapatkan taufik (pengarahan dan pemudahan dari Allah Swt.) untuk bisa memelihara lidahnya, sungguh ia telah meraih bagian keberuntungan yang amat besar!.

Membaca Al-Quran Secara Rutin

Hendaklah kalian membiasakan diri dengan sering-sering membaca Al-Quran dengan penuh kekhusyu’an dan kehadiran hati, di samping menekuni ertinya (tadabbur) dan mengikuti kaedah-kaedah bacaannya (tartîl). Perbanyakkanlah pula – secara khusus-bacaan Surah Yassin, demi memperoleh berbagai kebaikan dan menangkal berbagai keburukan.

Menghindari Kekenyangan

Jangan sekali-kali memenuhi perut kalian dengan makanan berlebihan. Kekenyangan mengakibatkan kekerasan hati serta kemalasan dalam beribadat, di samping menghalangi hati dari penyiksaan cahaya-cahaya Iiahi dan menjauhkan dari pengaruh positif yang diharapkan dari amalan ibadat dan zikir.

Melaksanakan Ibadah Haji Dan Umroh

Hendaklah kalian bersungguh-sungguh dalam menetapkan niat untuk menunaikan ibadah haji (segera setelah memiliki kemampuan untuk itu), guna mengunjungi ka’abah, BaituLLâh Al-aHarâm dan melaksanakan manasik haji, mengagungkan syi ‘ar-syi ‘ar-Nya dan menziarahi makam Nabi-Nya: Muhammad Saw. Dan hendaklah kalian dalam hal ini, benar-benar memfokuskan niat dan tujuan dengna tulus ikhlas hanya untuk ibadah semata-mata, tidak untuk tujuan apa pun selain itu. Jangan sekali-kali mencampur adukkan niat-nat mulia ini dengan suatu tujuan yang lain; seperti ingin berniaga atau berwisata.
Dan ketika sedang dalam ibadah haji, hendaklah sering-sering melakukan tawaf mengelilingi Ka’abah, rumah Allah. Sebab, orang yang mengerjakan tawaf, bagaikan seorang yang sedang menyelam di dalam samudra rahmat Allah Swt. Maka hendaklah kalian tidak menyia-yiakan saat-saat yang baik itu. Penuhilah hati kalian dengan pengagungan terhadap kebesaran Allah Swt., Sang Pemilik ‘rumah’ yang kini kalian sedang berada di hadapannya. Jangan pula menyibukkan hati kalian dengan apa pun juga, terkecuali dengan tilawat Al-Quran, zikir dan doa-doa lain yang telah dianjurkan. Dna janganlah menyia-yiakan waktu kalian dengan berbagai aktivitas yang tidak bermanfaat. Hendaklah kallian dengan sungguh-sungguh dan konsisten mengerjakan berbagai zikir, bacaan dan doa-doa yang biasa diucapkan secara khusus ditempat-tempat tawaf, sa ‘i dan lain-lain yang bekaitan dengan Ibadah Haji. Selain itu, alangkah baiknya bila kalian juga menaruh perhatian khusus untuk menyaksikan tempat-tempat bersejarah yang memiliki nilai sangat agung.
Perbanyak pula Umroh, bila ada kesempatan untuk itu, terutama pada bulan suci Ramadhan. Sebab, satu kali umroh pada bulan Ramadhan, pahalanya sepadan dengan pelaksanaan ibadah haji bersama Rasulallah saw.
Dan hendaklah kalian lebih-lebih menjaga kesopanan yang tinggi selama berada di Tanah Suci (Al-Haramain) dan bersikap ramah tamah dan santun terhadap penduduk setempat. Hargailah kemuliaan yang mereka peroleh kerana bertetangga dengan Rasulallah Saw iaitu dengan cara selalu berbaik sangka terhadap mereka khususnya, dan terhadap kaum Muslimin pada umumnya.
Kalaupun kalian adakalanya menyaksikan atau mendengar di sana, sesuatu yang tidak berkenan di hati, sebaiknya bersikap menahan diri dan bersabar, serta tidak perlu memberikan komentar yang negatif. Akan tetapi jika mampu mengatakan yang benar, ungkapkanlah hal itu. Sebab, ajaran islam tidak membolehkan seseorang mukmin berdiam diri menghadapi suatu yang bathil kecuali dalam keadaan terpaksa, dan meyakini ketidakmampuannya untuk mencegah. Dan alangkah bahagianya orang yang telah mempu memusatkan niat secara bulat dalam pengabdiaannya kepada Allah, tanpa terpengaruh oleh perilaku buruk yang melanda orang-orang di zaman sekarang, yang bertentangan dengan perilaku para salaf saleh. “Dan barang siapa diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang benar-benar mendapat petunjuk, dan barang siapa yang di sesatkan-Nya, maka tak akan ada baginya seorang pemimpin pun yang memberi petunjuk kepadanya “ (QS.:18:i7)
Selain itu, hendaklah kalian tidak menyia-yiakan kesempatan untuk beramal dan berbuat kebajikan sebanyak-banyaknya selama berada di Kota Makkah, mengingat bahawa setiap amal kebaikan yang dilakukan disana akan dilipat gandakan pahalanya sampai seratus ribu kali kelipatan. Penggandaan pahala seperti ini sebetulnya disebutkan dalam sebuah hadis Rasullulah Saw. Khusus berkaitan dengan ibadat shalat. Akan tetapi sebagian ulama memahaminya sebagai sesuatu yang bersifat umum, meliputi semua amal kebaikan yang dilandasi niat yang ikhlas dan murni demi meraih keridhaan Allah semata-mata.
Namun perlu diingat, baawa sebagaimana amal-amal kebaikan di kota suci Makkah di lipat-gandakan pahalanya oleh Allah, demikian juga sebaliknya perbuatan-perbuatan maksiat di sana pun akan dilipat-gandakan dosa-dosanya. Sedemikian rupa, sampai-sampai sebagian ulama salaf mengatakan; tidak ada suatu tempat di mana ‘niat melakukan maksiat’ saja akan menghadapi tuntutan,s elain kota Makkah. Dalilnya, menurut mereka adalah, firman Allah Swt. dalam Surat Al-Hajj: 25, “Barang siapa bermaksud didalamnya melakukan kejahatan secara zalim, niscaya akan kami rasakan kepadanya sebahagian siksa yang pedih”.
Abdullah Bin Abbas (r.a) pernah berkata : “Bagiku lebih baik melakukan perbuatan dosa sebanyak tujuhpuluh kali di suatu tempat (selain Makkah), daripadanya melakukannya satu kali di Makkah”.
Semoga Allah selalu menjaga kota suci itu, menambah keagungan dan kehormatannya serta kebesaran dan kemuliaannya!
Diriwayatkan bahawa ketika Rasullullah Saw. Melaksanakan ibadah haji, beliau mengenderai seekor unta berpelana usang, berlapis kain yang harganya tidak mencapai empat dirham. Dan ketika pulang, beliau bersabda, “Ya Allah, jadikanlah ini haji mabrur, tidak tersisip didalamnya perasaaan riya’ atau ingin ketenaran.”
Demikian pula Umar bin Khattab r.a., selesai melakukan tawaf di Ka’bah, ia mencium Hajar Aswad lalu menangis, kemudian berkata : “Demi Allah, aku sedar bahawa engkau ini batu, tidak bisa membawa manfaat ataupun mudarat. Kalau saja tidak kerana aku pernah menyaksikan Rasullullah saw. Melakuka seperti ini (yakni mencium Hajar Aswad), niscaya aku tidak akan melakukannya. Kemudian ia menoleh ke belakang dan melihat Ali bin Abi Talib (karramallahu wajhah). Maka Umar pun berkata kepadanya: “Hai Abu’l-Hasan (julukan Ali bin Abi Thalib r.a.), di sinilah tempat mencucurkan air mata.” Tetapi Ali r.a. berkata kepadanya, “Sesungguhnya Hajar-Aswad ini, wahai Amirul-Mukminin, bisa membawa manfaat dan mudarat. Kerana ketika Allah Swt. , mengambil ikrar anak-cucu keturunan Adam s.a. dan berkata kepada mereka, “Bukankah Aku ini tuhan kalian?’, Ia menuliskan suatu tulisan (yang berisi ikrar mereka itu) lalu menyimpannya di dalam batu ini. Maka batu ini pun bersaksi bagi siapa-siapa yang menciumnya (atau menyentuhnya) dengan keyakinan yang benar.”
Seorang laki-laki bertemu dengan Abdullah bin Umar r.a. ketika sedang mengerjakan tawaf lalu mengutarakan suatu keperluan kepadanya. Tapi Abdullah tidak menghiraukannya, sampai berjumpa lagi dengannya setelah itu, dan berkata kepadanya: “Saya tahu bahawa anda telah kecewa ketika saya tidak mengindahkan pembicaraan anda saat itu. Tidakkah anda mengetahui bahawa kita ini-pada saat bertawaf-sedang berhadapan dengan Allah Swt?! bagaimana pun juga keperluan anda itu telah terkabulkan!”
Pada suatu ketika, Ali bin Al-Husain r.a. (cucu Rasullullah Saw) melihat Hasan Al-Basri di Masjid’l Haram sedang bercerita dihadapan orang banyak. Ia pun berhenti lalu berkata kepadanya, “Wahai hasan, adakah anda telah rela sepenuhnya dan menyiapkan diri menyongsong kematian?”
“Tidak!” jawab Hasan Al-Basri.
“Lalu, ilmu anda untuk dihisab?”
“Tidak!” jawab Hasan lagi.
“Apakah Allah Swt.memiliki ‘rumah’ yang menjadi tujuan manusia dari berbagai penjuru selain ‘rumah’ ini?” tanya Ali bin Husain lagi. “Tidak!”
“Kalau begitu, mengapa anda menyibukkan orang-orang dengan mendengarkan cerita-cerita anda itu sehingga mereka terhalang dari melakukan tawaf?”
Mendengar itu,Hasan Al-Basri segera meninggalkan tempat itu dan tidak pernah lagi bercerita selama berada di Kota Makkah.
Thawus berkata, “Aku pernah menyaksikan Ali Zain’l-Abidin Ibn’l-Husain (cucu Rasullullah saw.) di tengah malam, sedang shalat di Al-Hijr (berhadapan dengan Ka’bah). Aku mencuba mendekatinya seraya bergumam dalam hati: “Ini seorang saleh dari keluarga Rasullullah Saw. Moga-moga saya mendengar sesuatu yang bermanfaat dari beliau. Lalu kudengar beliau berdoa dalam sujudnya: “Ya Allah, hamba-Mu yang peminta-minta ini berada di halaman rumah-Mu, hamba-Mu yang miskin di halaman rumah-Mu; hamba-Mu yang fakir di halaman rumah-Mu!’ Sejak itu, tak pernah lagi do’a yang kupanjatkan untuk meminta sesuatu yang kumulai dengan kalimat-kalimat itu, kecuali pasti terkabul.”
Diriwayatkan bahawa ketika Ali Zain’i-Abidin r.a. memulai ihramnya dan hendak mengucapkan talbiyah (yakni, Labbaik Allahumma Iabbaik, yang berarti: Aku di sini memenuhi panggilan-Mu, ya Allah) tiba-tiba seluruh tubuhnya bergemetaran, dan wajahnya pucat pasi, kemudian ia terjatuh dari kenderaannya dalam keadaan pengsan. Ketika ditanyakan kepadanya setelah itu, “Mengapa demikian?” ia menjawab, “Aku amat khuatir dan takut bila mengucapkan talbiyah, akan dikatakan kepadaku:”Kedatangan mu tak diterima!”
Salim putera Abdullah bin Umar pernah berada di dalam bangunan Ka’bah bersama dengan Hisyam bin Abdul Malik, yang ketika itu menjabat sebagai Amir (walikota Madinah). Kepada Salim, Hisyam bertanya:”Mintalah apa saja keperluanmy dariku!”
“Aku pun merasa malu meminta sesuatu dari siapa pun selain dari Allah SWT., sementara aku berada di-rumah-Nya.”
Kemudian setelah mereka berdua keluar Ka’bah, Hisyam berkata lagi: “Sekarang kita sudah berada diluar Ka’bah. Ajukanlah keperluanmu!”
“Yang anda maksud keperluan duniawi atau ukhrawi?” tanya Salim.
“Aku tidak memiliki sesuatu kecuali dunia.” Jawab Hisyam.
“Aku tidak pernah meminta dunia dari Dia yang menciptakannya; bagaimana mungkin aku memintanya dari selain-Nya?!”
Pada suatu ketika, Hasan Bin Ali (cucu Rasullulah Saw) lewat di depan Thawus yang sedang mengisi Majlis Ilmu di suatu kelompok besar di dalam masjid’l-Haram. Ia langsung mendekati Thawus dan membisikkan kepadanya, “Jika pada saat ini anda merasa bangga dengan diri anda, segeralah bangkit dan tinggalkanlah tempat ini!” Mendengar itu, Thawus pun segera bangkit dan meninggalkan majlis itu.
Wuhaib bin Ward mengisahkan: “Pada suatu malam, aku sedang melakukan tawaf di sekeliling ka’bah, ketika tiba-tiba mendengar suara yang berasal dari balik tirai penutup Ka’abah : “Aku mengeluh kepadamu, wahai Jibril, dari ucapan-ucapan sia-sia dan pengunjingan kelompok-kelompok manusia yang bertawaf di sekelilingku. Jika mereka tidak mahu berhenti dari perbuatan mereka itu, aku benar-benar akan bergetar sekeras-kerasnya, sehingga batu-batu di sekitarku akan berguguran dan kembali ke tempat asalnya.”
Diriwayatkan oleh seorang dari kalangan orang-orang soleh, “Aku pernah melihat seorang laki-laki sedang melakukan tawaf dan sa’i dikelilingi beberapa pemuda yang mengawalnya dan mendorong-dorong orang –orang yang berada di sekelilingnya. Beberapa waktu setelah itu, aku melihatnya lagi di kota Baghdad, sebagai pengemis yang meminta-minta dari para pejalan. Maka aku pun bertanya kepadanya:”Mengapa keadaan anda seperti ini?” Katanya: “Dahulu aku telah berlaku sombong di suatu tempat yang seharusnya manusia bersikap rendah hati, maka Allah telah menghinakan diriku di tempat yang biasanya orang-orang berlaku sombong”.
Seorang lainnya dari mereka menceritakan pengalamannya: “Aku pernah melihat seorang fakir di dalam Masjid’l Haram, yang tampak jelas di wajahnya tanda-tanda kesalahan, sedang duduk di atas sejadahnya. Ketika itu aku kebetulan membawa sejumlah wang, yang segera aku letakkan di atas sejadahnya sebagai sedekah, seraya berkata kepadanya: “Semoga anda bisa menggunakan ini sekadar keperluan anda”.
Tetapi ia segera berkata-kata kepadaku: “Hai, sesungguhnya aku telah membeli tempat ini hanya demi Allah semata-mata, dengan harga beribu-ribu dan kini anda hendak mengusirku dari sini?’ Bersamaan dengan ucapannya itu, ia menepiskan sejadahnya dan segera bangkit dan pergi meninggalkan tempatnya. Sungguh, tidak pernah aku melihat seseorang sedemikian mulianya ketika ia beranjak pergi. Dan tidak pernah pula ada orang yang sedemikian hinanya lebih daripada diriku sendiri ketika berusaha memungut kembali wangku yang berhamburan.”
Ibrahim Bin Ad-han mengisahkan bahawa apda suatu malam fi musim penghujan, keadaan tempat bertawaf di sekitar Ka’bah sunyi sepi dari manusia. Aku pun bertawaf seraya berdoa : “Ya Allah, berikanlah aku ‘ishmah( penjagaan penuh dari Allah Swt) agar aku tidak lagi berbuat pelanggaran terhadap-Mu!” Tiba-tiba terdengar suara berseru: “Wahai Ibrahim! Engkau meminta ‘ishmah-Ku sementara hamba-hamba- Ku seluruhnya meminta hal yang sama. Padahal, jika aku memberikannya kepada kalian semua, siapa lagi Aku akan memberikan anugerah-Ku dan kepada siapa pula akan Ku-berikan ampunan-Ku?”.
Pada suatu hari, Al-Hasan sedang berwukuf di A’rafah, di tengah terik matahari yang menyengat, ketika seorang laki-laki berkata kepadanya, “Tidakkah sebaiknya anda beralih saja ke tempat yang teduh?”. Dengan terheran-heran Al- Hassan berkata, “Apakah aku kini sedang berada di bawah terik matahari? Sungguh aku teringat satu dosa yang pernah aku lakukan, sehingga aku tidak lagi merasa kan panasnya terik matahari!” padahal, waktu itu, pakaiannya telah basah kuyup kerana peluh yang seandainya diperas, nescaya akan mengalir. Sedangkan dosa yang ia maksud itu mungkin hanya merupakan selintas fikiran yang tercetus begitu saja, yang seandainya terjadi atas orang selainnya, tentu tidak dianggapnya sebagai dosa yang sekecil apa pun. Oleh sebab itu, perhatikanlah betapa besar penghormatan dan pengagungan mereka dari kalangan salaf itu terhadap Tuhan mereka dan betapa jauhnya mereka dari perbuatan maksiat kepada-Nya!
Telah disampaikan pula kepada kami, tentang seorang dari kalangan shalihin itu, yang memungut tujuh buah batu dari padang “Arafah, kemudian meminta kesaksian dari ketujuh batu itu, bahasanya ia benar-benar telah bersaksi dengan kesaksian bahawa ‘tiada tuhan selain Allah’, Pada malam harinya, ia bermimpi seolah-olah berdiri di hadapan Allah Swt. untuk dihisab. Lalu jatuhlah vonnnis atas dirinya agar ia dibawa keneraka. Namun didalam pelaksanaannya, setiap kali ia sampai di depan salah satu pintu dari ketujuh pintu neraka itu, datanglah sebuah batu menutupi rapat-rapat pintu itu. Ia pun menyedari sepenuhnya, bahawa batu-batu itulah yang telah pernah minta kesaksiannya atas tauhidnya kepada Allah swt. Kemudian datanglah syahadat La Iiaha IllaLLah yang membuat pintu syurga terbuka lebar untuknya.
Dikisahkan dari Ali bin Al-Muwaffaq, katanya: “Pada suatu malam setelah wukuf di Arafah, aku bermimpi melihat dua malaikat turun dari langit, lalu yang satu berkata kepada temannya : “Tahukah betapa banyak orang yang telah melaksanakan ibadah haji pada tahun ini?”
“Tidak”, jawab temannya itu.
“Jumlah mereka enamratus ribu orang”.
“Lalu, tahukah berapa dari mereka yang diterima hajinya?”
“Tidak!”
“Hanya enam orang sahaja!”
Kata Ibnul-Muwaffaq selanjutnya, “Aku merasa amat sedih, dan bergumam dalam hatiku: “Di mana aku, di antara keenam orang itu?!” Namun pada malam menjelang Hari Raya Idul-Adh-ha aku bermimpi lagi, dan melihat kedua malaikat itu turun lagi. Salah satu dari keduanya bertanya kepada yang lain: “Tahukah bagaimana keputusan Tuhan kita?” “Tidak!” jawab temannya. “Sungguh Allah Swt. telah menetapkan, mengikutkan sebanyak seratus ribu orang kepada setiap orang dari keenam orang yang diterima hajinya (sehingga keseluruhan enam ratus ribu orang diterima haji mereka semuanya).” “Begitulah,” kata Ali ibn Al Muwaffaq selanjutnya, “Ketika aku terjaga, hatiku diliputi kegembiraan sedemikian rupa sehingga tak dapat kulukiskan dengan kata-kata. Dan beberapa tahun kemudian, aku berkesempatan lagi melaksanakan ibadah haji, lalu memikirkan tentang orang-orang yang tidak diterima hajinya. Maka aku pun berdoa, “Ya Allah, aku rela menghadiahkan pahala hajiku kepada siapa-siapa yang tidak Kau terima hajinya.” Pada malam itu, aku tidur dan bemimpi seakan-akan melihat Allah Swt berfirman kepadaku: ‘Hai Ali, adakah engkau hendak menjadikan dirimu lebih dermawan dari aku? Sedangkan Aku lah yang telah menciptakan para dermawan, dan Aku-lah yang paling berhak memberikan kemurahan kepada segenap penghuni alam semesta. Sungguh aku telah menyerahkan siapa-siapa yang tidak Ku-terima hajinya, kepada mereka yang Ku-terima (sehingga semua mereka diterima hajinya)!”
Demikianlah kisah-kisah dalam Penutup ini tidak terlepas kaitannya dengan wasiat-wasiat sebelumnya. Bahkan bagi seorang pembaca yang arif tentunya dapat lebih luas lagi menyimpulkan pelbagai aturan dan adab sopan santun darinya, yang kiranya patut diamalkan dalam pelbagai keadaan.
Demikian pula, di dalam membicarakan tentang kiprah para salaf dalam perjalanan hidup mereka, terdapat banyak sekali contoh da tauladan serta kepuasan tersendiri yanf dapat dirasakan oleh setiap orang yang bersuluk menuju akhirat. Sebab, mereka itu adalah sosok-sosok teladan yang patut diteladani. Disamping itu, seseorang hanya bisa menyedari tentang kekurangan-kekurang an dirinya sendiri ketika ia mengetahui tentang kesungguhan perjuangan para salaf itu dalam merintis perjalanan menuju keridhaan Allah Swt. diakhirat.
Adapun seorang yang hanya menyaksikan kiprah orang-orang pada zaman ini, yang lebih banyak diliputi berbagai kelalaian dan penyia-yiaan waktu mereka, sedikit sekali kemungkinannya untuk memperoleh pelajaran yang bermanfaat. Bahkan lebih buruk lagi mereka merasa berbangga diri atas perbuatan mereka, ataupun berperangsangka buruk terhadap para tokoh salaf itu. Kedua-dua sikap seperti itu pasti menimbulkan keburukan.
Kesimpulannya: orang yang berbahagia itu ialah yang mampu mengikuti teladan para pendahukunya yang baik-baik dan selalu menuntut dirinya sendiri agar menempuh jalan mereka yang lurus. Dang dengan ini pula, selesailah wasiat ini dengan mengucapkan syukur kepada Allah Swt. atas taufiq-Nya.

Bertakwa dan Berpegang Teguh Pada Al-Quran dan As-Sunnah

Ketahuilah bahawa wasiat yang paling bermanfaat dan paling mencakup semua aspek kehidupan dunia dan akhirat adalahw asiat Allah Swt. kepada kita, dan kepada orang-orang sebelum kita, sebagaimana tercantum dalam firman-Nya,
…..Sunguh kami telah mewasiatkan kepada orang-orang yang diberi Al-Kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu: bertakwalah kepada Allah. (QS An-Nisa’[4]” 131). Demikian pula wasiat Rasullulah Saw. Kepada para sahabatny dan umatnya iaitu berpegang teguh pada Al-Quran dan As-Sunnah.

Melaksanakan Empat Pokok Utama

Manakala hal-hal tersebut di atas telah anda ketahui, maka kini saya ingin mewasiatkan agar anda menjaga baik-baik dan melaksanakan empat dasar utama, termasuk hukum-hukumnya dan persyaratan- persyaratannya, sebab hal itu merupakan tumpuan dari segalanya, yang apabila sudah benar pada permulaannya akan membuahkan kebenaran juga pada akhirnya.
Pertama: Memelihara kewajiban-kewajiban , baik yang bersifat batiniah, seperti ikhlas, yakni pemusatan arah dan tujuan bagi Allah saja, Tuhan Yang Maha Esa Yang Tiada sekutu bagi-Nya, ataupun yang bersifat lahiriah, seperti shalat, yakni berdiri dengan khusyu’ mengadap Allah Swt. Yang Maha Kuasa lagi Maha Mengetahui.
Kedua: Meninggalkan semua maksiat (pelanggaran) baik yang bersifat batiniah seperti mengikuti ajakan hawa nafsu ataupun yang bersifat lahiriahl seperti ikut berdesak-desakan bersama kebanyakan manusia zaman ini, dalam upaya memperebutkan bangkai dunia.
Ketiga : Tidak bersikap sangat menginginkan sesuatu atau menunjukkan kebutuhan kepada sesuatu selain kepada Allah Swt. saja, disamping tidak merendahkan diri di hadapan siapa pun selain di hadapan Allah Swt.
Keempat:bertawakal sepenuhnya dan hanya bergantung kepada Allah Swt. dalam setiap urusan, disamping merasa tercukupi oleh-Nya saja,seraya senantiasa ber-istighfar dab ber isti’anah (meminta pertolongan) kepada-Nya, baik secara terbuka (yakni ketika bersama orang lain) maupun tertutup (yakni ketika berada sendirian).
Perkukuhlah keempat pokok utama tersebut dalam diri anda, kemudina tambahkanlah lagi dengan empat hal lainnya:
Pertama: Kesungguhan dalam melakukan sesuatu, yakni berdaya upaya sejauh kemampuan demi mencapai kedekatan kepada (Allah Swt) Sang Kekasih.
Kedua: Ketulusan, yakni terpusatnya seluruh potensi batiniah dan lahiriah demi meraih sesuatu yang didambakan.
Ketiga:Kesabaran, yakni pemantapan diri untuk senantiasa bersungguh-sungguh dan bersikap tulus dalam menghadapi segala rintangan.
Keempat: Kekuatan dan ketinggian himmah (tekad), yakni tidak merasa puas selain dengan pengorbanan dan peluruhan diri secara tuntas dan sempurna dalam (mencari keridhaan) Allah Swt. seraya meniadakan keinginan atau kebutuhan apa pun kepada makhluk.
Dalam kaitannya dengan makna-makna di atas, alangkah indahnya ungkapan Asy-Syaikh Umar bin Al-faridh dalam syairnya:
Kuwakafkan baginya seluruh cinta dan pengorbananku
Walau takkan puas diriku sebelum benar-benar luruh di dalam dirinya
Pabila selain aku cukup puas dengan bayang-bayang khayalnya
Namun aku takkan puas bahkan dengan (hanya) berhubungan dengannya
Kemudian, sempurnakanlah keempat pokok utama di atas, dan lengkapilah dengan empat lainnya :
Pertama, membaca Al-Quran dengan sungguh-sungguh ber-tadabbur (merenungi maknanya).
Kedua, sering-sering berzikir kepada Allah dengan kehadiran hati.
Ketiga, berdiri dihadapan Allah (bertahajud) dalam kesunyian malam
Keempat, bersahabat dengan orang yang mampu menunjukkan bagimu jalan menuju Allah, atau membantumu dan menguatkan hatimu dalam melaksanakan bakti dan taat kepada-Nya.

Menghindari Persahabatan Dengan Orang-Orang yang Buruk Akhlaknya

Hendaklah anda menghindari persahabatan dengan orang yang dapat membuat anda menjauh dari Allah swt. Dan dari perbuatan ketaatan kepada-Nya. Atau yang mengajakmu melanggar perintah-Nya. Atau yang membuat anda lupa berzzikir (mengingat Allah dan mengucapkan nama-Nya), baik yang ia lakukan dengan ungkapan yang terang-terangan ataupun yang tersembunyi.
Menghindar dari ajakan yang melalui ucapan terang-terangan tentunya sudah jelas bagi anda. Sedangkan menghindar dari ajakan yang halus tersembunyi ialah dengan menyedari bahawa tidak sekali pun anda duduk-duduk bersama seseorang yang menyembunyikan di dalam hatinya niatan untuk meninggalkan pelbagai ketaatan kepada Allah, atau yang terus-menerus melakukan pelbagai pelanggaran terhadap perintah-perintah- Nya, kecuali akan mengalir pula dari hatinya ke dalam hati anda, suatu perasaan persetujuan – walau hanya sedikit – atas sikap dari perilakunya itu.
Maka hendaklah anda, pada zaman seperti sekarang ini, tidak memilih duduk berbincang-bincang bersama seseorang, kecuali jika anda merasa yakin dapat memperoleh menfaat darinya, di bidang agama anda. Misalnya, dengan duduk bersamanya, anda akan bertambah kesedaran akan pentingnya jalan yang anda tempuh atau anda bertambah semangat dalam upaya meraih idaman anda atau anda sendiri justeru dapat memberinya manfaat dalam agama0nya. Namun, semua itu tidak boleh dilakukan kecuali setelah anda benar-benar yakin akan keselamatan diri anda sendiri. Camkanlah baik-baik hal ini!

Berhati- hati dan Bersikap Waspada Dalam Pergaulan
Ada tiga motivasi yang dapat memaksa seorang murid (yakni yang hendak bersuluk atau menempuh ‘jalan akhirat’) di suatu saat, untuk bercampur gaul dengan sebahagian masyarakat.
Pertama, kerana memang diwajibkan (ataupun dianjurkan) oleh syariat, misalnya dalam kaitannya dengan anggota keluarga yang dekat.
Kedua, kerana memerlukan sesuatu dalam urusan agama maupun dunianya yang tidak dapat terpenuhi kecuali dengan bergaul dengan mereka.
Ketiga, adakalanya seorang murid merasa sumpek atau kesepian dalam kesendiriannya atau timbul perasaan jenuh yang menghinggapi hatinya setelah lama ber-tawajjuh( mengkonsentrasik an diri dalam beribadat). Perasaan seperti itu sudah merupakan bagian dari tabiat mnausia dan tidak mungkin terhapus atau hilang sama sekali kecuali dengan melakukan pergaulan dengan orang-orang tertentu. Dan yang demikian itu bahkan termasuk salah satu kiat untuk menenangkan jiwa atau menimbulkan kembali semangat yang sudah mulai pudar, sebagaimana diriwayatkan berkenaan dengan beberapa orang sahabat Nabi Saw.
Oleh sebab itu, seandainya anda pada suatu saat memang memerlukan hiburan atau penyegaran separti itu, hendaklah pertama-tama membaikkan niat anda, dan mencari tahu – atau paling sedikit,memperkirak an – akan keselamatan agama anda ketika bergaul dengan mereka itu. Selanjutnya, seandainya ada suatu pelanggaran (maksiat) yang dilakukan di hadapan anda, maka bertindaklah segera untuk melakukan teguran. Dan apabila teguran anda itu tidak didengarkan dan tidak pula dihiraukan, maka selamatkanlah dirimu dan larilah jauh-jauh demi menyelamatkan agamamu.

Berserah Diri Sepenuhnya Kepada Allah Swt.

Hendaklah anda senantiasa berserah diri sepenuhnya kepada Allah swt., seraya meyakini bahwa tiada daya dan tiada kekuatan kecuali dengan perkenan-Nya. Dan seandainya pada suatu saat anda merasa gelisah, atau sumpek, atau dada terasa sempit kerana diliputi kecemasan, maka perbanyakkanlah membaca:
(Tiada daya dan tiada kekuatan kecuali dengan perkenan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung).
Itulah ubat penawar yang sangat bermanfaat dan sangat manjur bagi semua penyakit yang seperti itu.
Perbanyakkan pula doa yang diucapkan oleh Dzu’n-Nun (a.s) sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran:
(Tiada Tuhan melainkan Engkau;Maha Suci Engkau, sungguh aku [sebelum ini] termasuk orang-orang zalim)

Mencurigai Diri Sendiri dan Menuntutnya Agar menjadi Lebih Baik

Hendaklah anda selalu mencurigai diri anda sendiri (atau menujukan tuduhan kepadanya) di setiap saat, baik ia dalam keadaan pauh ataupun dalam keadaan menentang. Jangan sekali-kali merasakan kepuasan berkaitan dengannya sebab barang siapa puas dengan dirinya sendiri, akan menjerumuskannya ke dalam kebinasaan. Tuntutlah ia agar selalu tunduk patuh kepada Tuhannya, dan sadarkalah ia selalu akan pelbagai kekurangannya dalam menunaikan kewajipan terhadap-Nya, betapa pun anda merasa telah melakukan upaya maksimal ke arah itu. Sebab, sungguh amat besar hak Tuhanmu atasnya.

Mensyukuri Kurnia-kurnia Allah

Hendaklah anda selalu mengingat nikmat kurnia Allah- yang bersifat lahiriah maupun batiniah dan yang ebrkaitan dengan urusan agama maupun dunia- yang dilimpahkan kepada anda. Perbanyakkan syukurmu itu dalam setiap kesempatan dengan hatimu maupun melalui ucapanmu.
Ungkapan syukur dengan hatia adalah dengan menyedari bahawa setiap nikmat yang diperolehnya adalah dari Allah Swt. Dan bahwa kegembiraannya ketika menerima suatu kenikmatan adalah disebabkan hal itu merupakan salah satu wasilah (sarana) untuk pendekatan diri kepada-Nya.
Adapun ungkapan syukur melalui lisan adalah dengan memperbanyakkan puji-pujian kepada Allah Swt., Sang Pelimpah kenikmatan. Sedangkan yang melalui anggota-anggota tubuh lainnya adalah dengan mengarahkan semua kenikmatan itu untuk dijadikan sarana mencari keredhaan Allah Swt., disamping menggunakannya sebagai alat bantu dalam melaksanakan perintah-perintah- Nya.


Selasa, April 07, 2009

Al-walid

*********************************************************************
AL-HABIB AL-WALID ABDURRAHMAN BIN AHMAD ASSEGAF

Hari Senin, waktu Dzuhur tanggal 7 Rabi`ul Awwal 1428H (26 Mac 2007) kembali seorang lagi ulama kita ke rahmatUllah. Habib 'Abdur Rahman bin Ahmad bin 'Abdul Qadir as-Saqqaf dilahirkan di Cimanggu, Bogor . Beliau telah menjadi yatim sejak kecil lagi apabila ayahandanya berpulang ke rahmatUllah dan meninggalkan beliau dalam keadaan dhoif dan miskin. Bahkan beliau sewaktu-waktu terkenang zaman kanak-kanaknya pernah menyatakan: "Barangkali dari seluruh anak yatim, yang termiskin adalah saya. Waktu Lebaran, anak-anak mengenakan sandal atau sepatu, tapi saya tidak punya sandal apa lagi sepatu."
Tapi kemiskinan tidak sekali-kali menghalangi beliau dalam menuntut ilmu agama. Bermula dengan pendidikan di Jamiat al-Khair, Jakarta , dan seterusnya menekuni belajar dengan para ulama sepuh seperti Habib 'Abdullah bin Muhsin al-Aththas rahimahUllah yang lebih terkenal dengan panggilan Habib Empang Bogor. Beliau sanggup berjalan kaki berbatu-batu semata-mata untuk hadir pengajian Habib Empang Bogor. Selain berguru dengan Habib Empang Bogor, beliau turut menjadi murid kepada Habib 'Alwi bin Thahir al-Haddad (mantan Mufti Johor), Habib 'Ali bin Muhammad bin Thahir al-Haddad, Habib Ali bin Husein al-Aththas (Habib Ali Bungur), Habib Ali bin 'Abdur Rahman al-Habsyi (Habib Ali Kwitang) dan beberapa orang guru lagi. Dengan ketekunan, kesungguhan serta keikhlasannya, beliau dapat menguasai segala pelajaran yang diberikan dengan baik. Penguasaan ilmu-ilmu alat seperti nahwu telah membuat guru-gurunya kagum, bahkan menganjurkan agar murid-murid mereka yang lain untuk belajar dengan beliau.

Maka bermulalah hidup beliau menjadi penabur dan penyebar ilmu di berbagai madrasah sehinggalah akhirnya beliau mendirikan pusat pendidikan beliau sendiri yang dinamakan Madrasah Tsaqafah Islamiyyah di Bukit Duri, Jakarta . Dunia pendidikan memang tidak mungkin dipisahkan dari jiwa almarhum Habib 'Abdur Rahman, yang hampir seluruh umurnya dibaktikan untuk ilmu dan pendidikan sehingga dia disebut sebagai gurunya para ulama. Sungguh almarhum adalah seorang pembimbing yang siang dan malamnya menyaksikan keluhuran akhlak dan budi pekertinya, termasyhur dengan kelembutan perangainya, termasyhur dengan khusyu'nya, termasyhur dengan keramahannya oleh segenap kalangan masyarakat, orang-orang miskin, orang kaya, pedagang, petani, kiyai, ulama dan orang-orang awam yang masih belum mendapat hidayah pun menyaksikan kemuliaan akhlak dan keramahan beliau rahimahullah, termasyhur dengan keluasan ilmunya, guru besar bagi para Kiyai dan Fuqaha di Indonesia, siang dan malamnya ibadah, rumahnya adalah madrasahnya, makan dan minumnya selalu bersama tamunya, ayah dan ibu untuk ribuan murid-muridnya.

Selain meninggalkan anak-anak kandung serta ribuan murid yang menyambung usahanya, beliau turut meninggalkan karangan-karangan bukan sahaja dalam Bahasa 'Arab tetapi juga dalam Bahasa Jawa dan Sunda. Karangannya pula tidak terbatas pada satu cabang ilmu sahaja, tetapi berbagai macam ilmu, mulai dari tauhid, tafsir, akhlak, fiqh hinggalah sastera. Antara karangannya yang dicetak untuk kegunaan santri-santrinya: -
1. Hilyatul Janan fi hadyil Quran;
2. Safinatus Sa`id;
3. Misbahuz Zaman;
4. Bunyatul Ummahat; dan
5. Buah Delima.
Maka bulan mawlid tahun ini menyaksikan kepergian beliau ke rahmatUllah. Mudah-mudahan Allah menempatkan beliau bersama para leluhur beliau sehingga Junjungan Nabi s.a.w. dan semoga Allah jadikan bagi kita yang ditinggalkannya pengganti.


al-Fatihah

Jumat, Maret 13, 2009

SHOHIBUR ROTHIB AL-HADDAD




Al-HABIB AL-IMAM ABDULLAH BIN ALWI AL-HADDAD



Al Imam Al-Alamah As-Sayid Abdullah bin Alwi Al-Hadad Al-Alawi Al-Husaini atau lebih akrab dipanggil Habib Abdullah Al-Hadad dilahirkan ke dunia pada pada tanggal 5 Shafar 1044 H di Subair, pinggiran kota Tarim, sebuah kota terkenal di Hadhramaut, Yaman. Beliau bermadzhab Syafi‘i. Nasabnya bersambung sampai kepada Sayidina Ali bin Abi Thalib kwh, suami Fatimah binti Rasulullah Saw. Ayahnya, Habib Alwi bin Muhammad adalah seorang yang saleh dari keturunan orang-orang saleh. Di masa mudanya beliau pernah berkunjung ke kediaman Habib Ahmad bin Muhammad Al-Habsyi Shôhibusy Syi‘ib untuk memohon doa, Habib Ahmad berkata, “Anak-anakmu adalah anak-anak kami juga, mereka diberkahi Allah.” Saat itu Habib Alwi tidak mengerti maksud ucapan Habib Ahmad. Namun, setelah menikahi Salma, cucu dari Habib Ahmad bin Muhammad, Habib Alwi baru sadar bahwa rupanya perkawinan ini yang diisyaratkan oleh Habib Ahmad bin Muhammad dalam ucapannya. Sebagaimana suaminya, Salma adalah seorang wanita yang sholihah. Dari istrinya ini, Habib Alwi mendapat putra-putri yang baik dan saleh, di antaranya adalah Abdullah Al-hadad.
Ketika Abdullah berusia 4 tahun, ia terserang penyakit cacar. Demikian hebat penyakit itu hingga menyebabkan kedua mata Abdullah menjadi buta. Namun, musibah ini sama sekali tidak mengurangi kegigihannya dalam menuntut ilmu. Ia berhasil menghafal Al-Qur’an dan menguasai berbagai ilmu agama seperti buku-buku karangan Imam Al-Ghozali ketika masih kanak-kanak. Rupanya Allah berkenan menggantikan penglihatan lahirnya dengan penglihatan batin, sehingga kemampuan menghafal dan daya pemahamannya sangat mengagumkan. Abdullah sejak kecil gemar beribadah dan riyâdhoh. Nenek dan kedua orang tuanya seringkali tidak tega menyaksikan anaknya yang buta ini melakukan berbagai ibadah dan riyâdhoh. Mereka menasihati agar ia berhenti menyiksa diri. Demi menjaga perasaan keluarganya, si kecil Abdullah pun mengurangi ibadah dan riyâdhoh yang sesungguhnya amat ia gemari. Ia pun kini memiliki lebih banyak waktu untuk bermain-main dengan teman-teman sebayanya. “Subhânallôh, sungguh indah masa kanak-kanak...,” kenang beliau suatu hari.
Di kota Tarim, Abdullah tumbuh dewasa. Bekas-bekas cacar tidak tampak lagi di wajahnya. Beliau berperawakan tinggi, berdada bidang, berkulit putih, dan berwibawa. Tutur bahasanya menarik, sarat dengan mutiara ilmu dan nasihat berharga. Beliau sangat gemar menuntut ilmu. Kegemarannya ini membuatnya sering melakukan perjalanan untuk menemui kaum ulama. Habib Abdullah Al-Hadad ra berkata, “Apa kalian kira aku mencapai ini dengan santai? Tidak tahukah kalian bahwa aku berkeliling ke seluruh kota-kota (di Hadramaut) untuk menjumpai kaum sholihin, menuntut ilmu dan mengambil berkah dari mereka?” Beliau juga sangat giat dalam mengajarkan ilmu dan mendidik murid-muridnya. Banyak penuntut ilmu datang untuk belajar kepadanya. Suatu hari beliau berkata, “Dahulu aku menuntut ilmu dari semua orang, kini semua orang menuntut ilmu dariku.” “Andaikan penghuni zaman ini mau belajar dariku, tentu akan kutulis banyak buku mengenai makna ayat-ayat Qu’ran. Namun, di hatiku ada beberapa ilmu yang tak kutemukan orang yang mau menimbanya.” Habib Abdullah mengamati bahwa kemajuan zaman justru membuat orang-orang saleh menyembunyikan diri; membuat mereka lebih senang menyibukkan diri dengan Allah. “Zaman dahulu keadaannya terbalik. “Dagangan” kaum sholihin dibutuhkan masyarakat, oleh karena itu mereka menampakkan diri. Zaman ini telah rusak, masyarakat tidak membutuhkan “dagangan” mereka, karena itu mereka pun enggan menampakkan diri,” papar beliau. Beliau sangat menyayangi kaum fakir miskin. “Andaikan aku kuasa dan mampu, tentu akan kupenuhi kebutuhan semua kaum fakir miskin. Sebab pada awalnya, agama ini ditegakkan oleh orang-orang mukmin yang lemah.” Beliau juga berkata, “Dengan sesuap (makanan) tertolaklah berbagai bencana.” Beliau gemar berdakwah, baik dengan lisan maupun tulisan, kemudian mencontohkannya dalam amal perbuatan. Kegemarannya berdakwah menyebabkan ia banyak bergaul dan melakukan perjalanan. “Sesungguhnya aku tidak ingin bercakap-cakap dengan masyarakat, aku juga tidak menyukai pembicaraan mereka, dan tidak peduli kepada siapa pun dari mereka. Sudah menjadi tabiat dan watakku bahwa aku tidak menyukai kemegahan dan kemasyhuran. Aku lebih suka berkelana di gurun Sahara. Itulah keinginanku; itulah yang kudambakan. Namun, aku menahan diri tidak melaksanakan keinginanku agar masyarakat dapat mengambil manfaat dariku.” Keaktifannya dalam mendidik dan berdakwah membuatnya digelari Quthbud Da’wah wal Irsyâd. Beliau berkata, “Ajaklah orang awam kepada syariat dengan bahasa syariat; ajaklah ahli syariat kepada tarekat (thorîqoh) dengan bahasa tarekat; ajaklah ahli tarekat kepada hakikat (haqîqoh) dengan bahasa hakikat; ajaklah ahli hakikat kepada Al-Haq dengan bahasa Al-Haq, dan ajaklah ahlul haq kepada Al-Haq dengan bahasa Al-Haq.”
Dalam kehidupannya, beliau juga sering mendapat gangguan dari masyarakat lingkungannya. “Kebanyakan orang jika tertimpa musibah penyakit atau lainnya, mereka tabah dan sabar; sadar bahwa itu adalah qodho dan qodar Allah. Tetapi jika diganggu orang, mereka sangat marah. Mereka lupa, bahwa gangguan-ganguan itu sebenarnya juga merupakan qodho dan qodar Allah, mereka lupa bahwa sesungguhnya Allah hendak menguji dan menyucikan jiwa mereka. Nabi saw bersabda, “Besarnya pahala tergantung pada beratnya ujian. Jika Allah mencintai suatu kaum, Ia akan menguji mereka. Barang siapa ridho, ia akan memperoleh keridhoan-Nya; barang siapa tidak ridho, Allah akan murka kepadanya.” Habib Abdullah mengetahui bahwa ada beberapa orang yang memakan hidangannya, tetapi juga memakinya. “Perbuatan mereka tidak mempengaruhi sikapku. Aku tidak marah kepada mereka, bahkan mereka kudo’akan.” Habib Abdullah tidak pernah menyakiti hati orang lain, apabila beliau terpaksa harus bersikap tegas, beliau kemudian segera menghibur dan memberikan hadiah kepada orang yang ditegurnya. “Aku tak pernah melewatkan pagi dan sore dalam keadaan benci atau iri pada seseorang,” kata Habib Abdullah. Beliau lebih suka berpegang pada hadist Nabi saw: “Orang beriman yang bergaul dengan masyarakat dan sabar menanggung gangguannya, lebih baik daripada orang yang tidak bergaul dengan masyarakat dan tidak pula sabar menghadapi gangguannya.”

Beliau menulis dalam syairnya:

Bila Allah mengujimu, bersabarlah
karena itu hak-Nya atas dirimu.
Dan bila Ia memberimu nikmat, bersyukurlah.
Siapa pun mengenal dunia, pasti akan yakin
bahwa dunia tak syak lagi
adalah tempat kesengsaraan dan kesulitan.

Al-Habib Abdullah tidak menyukai kemasyhuran atau kemegahan, beliau juga tidak suka dipuji. “Banyak orang membuat syair-syair untuk memujiku. Sesungguhnya aku hendak mencegah mereka, tetapi aku khawatir tidak ikhlas dalam berbuat demikian. Jadi, kubiarkan mereka berbuat sekehendaknya. Dalam hal ini aku lebih suka meneladani Nabi saw, karena beliau pun tidak melarang ketika sahabatnya membacakan syair-syair pujian kepadanya.” Suatu hari beliau berkata kepada orang yang melantunkan qoshidah pujian untuk beliau, “Aku tidak keberatan dengan semua pujian ini. Yang ada padaku telah kucurahkan ke dalam samudra Muhammad Saw. Sebab, beliau adalah manusia yang paling utama, dan beliaulah manusia yang berhak menerima semua pujian. Jadi, jika sepeninggal beliau ada manusia yang layak dipuji, maka sesungguhnya pujian itu kembali kepadanya. Adapun setan, ia adalah sumber segala keburukan dan kehinaan. Karena itu setiap kecaman dan celaan terhadap keburukan akan terpulang kepadanya, sebab setanlah penyebab pertama terjadinya keburukan dan kehinaan.” Beliau tak pernah bergantung pada makhluk dan selalu mencukupkan diri hanya dengan Allah. “Dalam segala hal aku selalu mencukupkan diri dengan kemurahan dan karunia Allah. Aku selalu menerima nafkah dari khazanah kedermawanan-Nya.” Beliau juga berkata, “Aku tidak melihat ada yang benar-benar memberi, selain Allah. Jika ada seseorang memberiku sesuatu, kebaikannya itu tidak meninggikan kedudukannya di sisiku, karena aku menganggap orang itu hanyalah perantara saja.”

Karya dan Kata Mutiara


Meski buta dan sangat sibuk berdakwah, beliau masih sempat menulis buku-buku berikut:
01. An-Nashôihud Dîniyyah
02. Ad-Da’watut Tâmmah
03. Risâlatul Mu’âwanah
04. Al-Fushûlul ‘Ilmiyyah
05. Sabîlul Iddikâr
06. Risâlatul Mudzâkarah
07. Risâlatul Murîd
08. Kitâbul Hikam
09. An-Nafâisul Uluwiyyah
10. Ithâfus Sâil

Karya-karya beliau sarat dengan inti sari ilmu syariat, adab Islami dan tarekat, penjabaran ilmu hakikat, mengg unakan ibarat yang jelas dan tata bahasa yang memikat. Semuanya ditulis dengan bahasa yang mudah dipahami. Berisi ajaran tasawuf murni. “Aku mencoba menyusunnya dengan ungkapan yang mudah, supaya dekat dengan pemahaman masyarakat, lalu kugunakan kata-kata yang ringan, supaya segera dapat dipahami dan mudah dimengerti oleh kaum khusus maupun awam.” Beliau selalu bersungguh-sungguh dalam beribadah. Senantiasa menyertakan amal di samping ilmunya. Pada masa bidâyah-nya (permulaannya ) setiap malam beliau mengunjungi seluruh Masjid di kota Tarim untuk beribadah. Salah seorang yang tinggal berdampingan dengan Masjid tempat beliau ra biasa shalat mengatakan, “Setiap malam, ketika penduduk kota ini telah lelap dalam tidurnya, aku selalu mendapati beliau berjalan ke Masjid.” Sahabat beliau menceritakan, “Suatu hari aku berziarah bersama beliau ke makam Nabiyullôh Hud as. Malam itu seekor kalajengking menyengatku sehingga aku terjaga semalaman. Aku amati malam itu beliau tidak tidur, asyik beribadah sepanjang malam. Waktu kutanyakan hal itu, beliau menjawab bahwa telah tiga puluh tahun lamanya beliau berbuat demikian. Meskipun Habib Abdullah amat gemar beribadah, beliau tidak suka menceritakan atau memperlihatkan amalnya, kecua li bila keadaan sangat memaksa dan ia ingin agar amal salehnya itu diteladani. Beliau berkata, “Aku sengaja tidak memperlihatkan amal ibadahku, meskipun, alhamdulillâh, aku tidak khawatir terkena riya`. Akan tetapi, sebagaimana dikatakan oleh Ash-Shiddîq (Nabi Yusuf as): “Aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena nafsu itu selalu mengajak berbuat kejahatan...” Seseorang pernah menggambarkan kedudukan beliau dalam dunia tasawuf dengan ungkapan yang indah, yaitu: Dalam dunia tasawuf Imam Al-Ghazali ibarat pemintal kain, Imam Sya’roni ibarat tukang potong dan Sayid Abdullah bin Alwi Al-Haddad adalah penjahitnya.” Penganut Madzhab Syafi‘i, khususnya di Yaman, berkeyakinan bahwa Habib Abdullah Al-Haddad adalah mujaddid (pembaharu) abad 11 H, pendapat ini difatwakan oleh Ibnu Ziyad, seorang ahli fiqih terkemuka di Yaman yang fatwa-fatwanya disejajarkan dengan tokoh-tokoh fiqih seperti Imam Ibnu Hajar dan Imam Ramli. Beliau ra merumuskan bacaan dzikir yang dinamainya wirid Al-Lathîf. Wirid ini telah tersebar hampir ke seluruh penjuru Dunia: Mekah, Madinah, Hijaz, Afrika, Indonesia, Malaysia, Eropa, Amerika dan lain-lain. Di Indonesia, wirid ini nyaris menjadi bacaan yang diwajibkan oleh guru-guru pesantren. Ti dak sedikit dari mereka yang enggan beranjak dari tempat duduknya setelah salat Subuh, sebelum menyelesaikan wirid ini. Wirid ini hampir menjadi bacaan resmi umat Islam di pagi hari. Wiridnya yang lain, yang juga tak kalah masyhurnya, adalah Ratib Al-Haddad.
Demikianlah
Habib Abdullah Al-Haddad menghabiskan umurnya. Beliau menuntut ilmu dan mengajarkan; berdakwah dan mencontohkan. Sampai akhirnya pada Selasa sore, 7 Dzulqaidah 1132 H di kota Tarim ini juga, beliau ra kembali menghadap Yang Kuasa, meninggalkan banyak murid, karya dan nama harum di dunia. Di kota itu pula, di pemakaman Zanbal, beliau ra dimakamkan. Semoga Allah memberinya kedudukan yang mulia di sisi-Nya dan memberi kita manfaat yang banyak dari ilmu-ilmunya.



Daftar Kepustakaan:
. Musthofa Hasan Badawi, Al-Imâmul Haddâd
Mujaddidul Qornits Tsâni ‘Asyar Al-Hijriy, Darul Hawi,
Cet. I 1994.
• Habib Alwi bin Ahmad Al-Haddad, Syarh Ratib
Haddad, pustaka National Pte Ltd, Singapura,
1414 H/1993 M.
• Kata pengantar Mantan Mufti Mesir Hasanayn
Muhammad Makhluf dalam An-Nashôihud Dîniyyah.
• Ali Baa Shibrin, Ghôyatu Talkhîsil Murâd min Fatâwâ
Ibnu Ziyad, Dar Al-Fikr.A

Kamis, Maret 12, 2009

Manaqib Ahlul Bait S.A.W

Al-Imam Al-Faqih Al-Muqaddam Muhammad bin Ali Ba’alawy bin Muhammad Shohib Mirbath bin Ali Khali' Qasam


Al-Imam Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ali khali Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad bin Isa bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi bin Ja’far As-Shodiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husein bin Ali Thalib, Ibnu Al-Batul Fathimah binti Rasulullah SAW, dikenal dengan Al-Ustadz Al-A’Zham Al-Faqih Al-Muqaddam.
Beliau adalah al-'arif billah, seorang ulama besar, pemuka para imam dan guru, suri tauladan bagi al-'arifin, penunjuk jalan bagi as-salikin, seorang qutub yang agung, imam bagi Thariqah Alawiyyah, seorang yang mendapatkan kewalian rabbani dan karomah yang luar biasa, seorang yang mempunyai jiwa yang bersih dan perjalanan hidupnya terukir dengan indah.
Beliau adalah seorang yang diberikan keistimewaan oleh Allah SWT, sehingga beliau mampu menyingkap rahasia ayat-ayat-Nya. Ditambah lagi Allah memberikannya kemampuan untuk menguasai berbagai macam ilmu, baik yang dhohir ataupun yang bathin.
Beliau adalah bapak dari semua keluarga Alawiyyin, keindahan kaum Muslimin dan agama Islam, batinnya selalu dalam kejernihan yang ma’qul dan penghimpun kebenaran yang manqul, mustanbituhl furu’ minal ushul, perumus cabang-cabang hukum Syara’, yang digali dari pokok-pokok ilmu fiqh, Syaikh syuyukhis syari’ah ( maha guru ilmu syari’ah), imamul ahlil hakikat (pemimpin para ahli hakikat), sayidul thoifah ashashufiyah (penguhulu kaum sufi), murakidz dairatul wilayah ar-rabbaniyah, Qudwatul ulama al-Muhaqqiqin (panutan para ulama ahli ilmu hakikat), tajul a’imah al-arifin (mahkota para imam ahli ma’rifat), jamiul kamalat (yang terhimpun padanya semua kesempurnaan)
Imam Muhammad bin Ali adalah penutup para wali yang mewarisi maqom Rasulullah SAW, yaitu maqom qutbiyah Al-Kubro (wali quthub besar).
Beliau lahir tahun di kota Tarim, hafal Al-Qur’an, menguasai makna yang tersurat maupun yang tersirat dari Al-Qur’an. Beliau dilahirkan pada tahun 574 H. Beliau mengambil ilmu dari para ulama besar di jamannya. Di antaranya adalah Al-Imam Al-Allamah Al-Faqih Abul Hasan Ali bin Ahmad bin Salim Marwan Al-Hadhrami At-Tarimi. Al-Imam Abul Hasan ini adalah seorang guru yang agung, pemuka para ulama besar di kota Tarim. Selain itu beliau (Al-Faqih Al-Muqaddam) juga mengambil ilmu dari Al-Faqih Asy-Syeikh Salim bin Fadhl dan belajar fiqh Syafi’I kepada Al-Imam Al-Faqih Abdullah bin Abdurrahman bin Abu Ubaid (pengarang kitab Al-Ikmal Ala At-Tanbih). Gurunya itu, yakni Al-Imam Syaikh Abdullah bin AbdurrahmanBa’abid , tidak memulai pelajaran kecuali kalau Al-Faqih Al-Muqaddam sudah hadir. Selain itu beliau (Al-Fagih Al-Muqaddam) juga mengambil ilmu dari beberapa ulama besar lainnya, diantaranya Al-Qadhi Al-Faqih Ahmad bin Muhammad Ba'isa, Al-Imam Muhammad bin Ahmad bin Abul Hubbi, Asy-Syeikh Sufyan Al-Yamani, As-Sayyid Al-Imam Al-Hafidz Ali bin Muhammad bin Jadid, As-Sayyid Al-Imam Salim bin Bashri, Asy-Syeikh Muhammad bin Ali Al-Khatib, Asy-Syeikh As-Sayyid Alwi bin Muhammad Shohib Mirbath (paman beliau) dan masih banyak lagi.
Dalam mengambil sanad keilmuan dan thariqahnya, beliau mengambil dari dua jalur sekaligus. Jalur pertama adalah beliau mengambil dari orangtua dan pamannya, orangtua dan pamannya mengambil dari kakeknya, dan terus sambung-menyambung dan akhirnya sampai kepada Rasulullah SAW. Adapun jalur yang kedua, beliau mengambil dari seorang ulama besar dan pemuka ahli sufi, yaitu Sayyidina Asy-Syeikh Abu Madyan Syu'aib, melalui dua orang murid Asy-Syeikh Abu Madyan, yaitu Abdurrahman Al-Maq'ad Al-Maghrobi dan Abdullah Ash-Sholeh Al-Maghrobi. Kemudian Asy-Syeikh Abu Madyan mengambil dari gurunya, gurunya mengambil dari gurunya, dan terus sambung-menyambung dan akhirnya sampai kepada Rasulullah SAW.
Di masa-masa awal pertumbuhannya, beliau menjalaninya dengan penuh kesungguhan dan mencari segala hal yang dapat mendekatkan diri kepada Allah. Beliau berpegang teguh pada Kitab Allah dan Sunnah Rasulullah, serta mengikuti jejak-jejak para Sahabat Nabi dan para Salafus Sholeh. Beliau ber-mujahadah dengan keras dalam mendidik akhlaknya dan menghiasinya dengan adab-adab yang sesuai dengan syariah.
Beliau juga giat dalam menuntut ilmu, sehingga mengungguli ulama-ulama di jamannya dalam penguasaan berbagai macam ilmu. Para ulama di jamannya pun mengakui akan ketinggian dan penguasaannya dalam berbagai macam ilmu. Mereka juga mengakui kesempurnaan yang ada pada diri beliau untuk menyandang sebagai imam di jamannya.
Mujahadah beliau di masa-masa awal pertumbuhannya bagaikan mujahadahnya orang-orang yang sudah mencapai maqam al-'arif billah. Allah-lah yang mengaruniai kekuatan dan keyakinan di dalam diri beliau. Allah-lah juga yang mengaruniai beliau berbagai macam keistimewaan dan kekhususan yang tidak didapatkan oleh para qutub yang lainnya. Hati beliau tidak pernah kosong sedetikpun untuk selalu berhubungan dengan Allah.
Sehingga tampak pada diri beliau asrar, waridad, mawahib dan mukasyafah.
Beliau adalah seorang yang tawadhu dan menyukai ketertutupan di setiap keadaannya. Beliau pernah berkirim surat kepada seorang pemuka para ahli sufi yang bernama Asy-Syeikh Sa'ad bin Ali Adz-Dzofari. Setelah Asy-Syeikh Sa'ad membaca surat itu dan merasakan kedalaman isi suratnya, ia terkagum-kagum dan merasakan asrar dan anwar yang ada di dalamnya. Kemudian ia membalas surat tersebut, dan di akhir suratnya ia berkata, "Engkau, wahai Faqih, orang yang diberikan karunia oleh Allah yang tidak dipunyai oleh siapapun. Engkau adalah orang yang paling mengerti dengan syariah dan haqiqah, baik yang dhohir maupun yang bathin."
Berkata Al-Imam Asy-Syeikh Abdurrahman As-Saggaf tentang diri Al-Faqih Al-Muqaddam, "Aku tidak pernah melihat atau mendengar suatu kalam yang lebih kuat daripada kalamnya Al-Faqih Muhammad bin Ali, kecuali kalamnya para Nabi alaihimus salam. Kami tidak dapat mengunggulkan seorang wali pun terhadapnya (Al-Faqih Al-Muqaddam), kecuali dari golongan Sahabat Nabi, atau orang yang diberikan kelebihan melalui Hadits seperti Uwais (Al-Qarni) atau selainnya."
Beliau, Al-Faqih Al-Muqaddam, pernah berkata, "Aku terhadap masyakaratku seperti awan." Suatu hari dikisahkan bahwa beliau pernah tertinggal pada saat ziarah ke kubur Nabiyallah Hud alaihis salam. Beliau berkisah, "Pada suatu saat aku duduk di suatu tempat yang beratap tinggi. Tiba-tiba datanglah Nabiyallah Hud ke tempatku sambil membungkukkan badannya agar tak terkena atap. Lalu ia berkata kepadaku, 'Wahai Syeikh, jika engkau tidak berziarah kepadaku, maka aku akan berziarah kepadamu.'"
Dikisahkan juga bahwa pada suatu saat ketika beliau sedang duduk-duduk bersama para sahabatnya, datanglah Nabi Khidir alaihis salam menyerupai seorang badui dan diatas kepalanya terdapat kotoran. Bangunlah Al-Faqih Al-Muqaddam, lalu mengambil kotoran tersebut dari kepalanya dan kemudian memakannya. Kejadian tersebut membuat para sahabatnya terheran-heran. Akhirnya mereka bertanya, "Siapakah orang itu?." Maka Al-Faqih Al-Muqaddam menjawab, "Dia adalah Nabi Khidir alaihis salam."
Beliau, Al-Faqih Al-Muqaddam, banyak menghasilkan para ulama besar di jamannya. Beberapa ulama besar berhasil dalam didikan beliau. Yang paling terutama adalah dua orang muridnya, yaitu Asy-Syeikh Abdullah bin Muhammad 'Ibad dan Asy-Syeikh Sa'id bin Umar Balhaf. Selain keduanya, banyak juga ulama-ulama besar yang berhasil digembleng oleh beliau, diantaranya Asy-Syekh Al-Kabir Abdullah Baqushair, Asy-Syeikh Abdurrahman bin Muhammad 'Ibad, Asy-Syeikh Ali bin Muhammad Al-Khatib dan saudaranya Asy-Syeikh Ahmad, Asy-Syeikh Sa'ad bin Abdullah Akdar dan saudara-saudara sepupunya, dan masih banyak lagi.
Para Ulama Hadramaut mengakui bahwa Al-Faqih Al-Muqaddam Muhammad bin Ali adalah seorang mujtahid mutlaq. Di antara keramatnya adalah : ketika anak beliau Ahmad mengikuti Al-Faqih Al-Muqaddam ke suatu wadi di pertengahan malam, maka sesampainya di wadi tersebut beliau berdzikir dengan mengeluarkan suara, maka batu dan pohon serta mahluk yang ada di sekeliling tempat itu semuanya ikut berdzikir. Beliau dapat melihat negeri akhirat dan segala kenikmatannya hanya dengan melihat di antara kedua tangannya, dan melihat dunia dengan segala tipu dayanya melalui kedua matanya.
Di antara sikap tawadhu’nya, ia tidak mengarang kitab yang besar akan tetapi ia hanya mengarang dua buah kitab yang berisi uraian yang berisi uraian yang ringkas. Kitab tersebut berjudul : Bada’ia Ulum Al-Mukasysyafah dan ghoroib Al-Musyahadat Wal Al-Tajalliyat. Kedua kita tersebut dikirimkan kepada salah seorang gurunya Syaikh Sa’adudin bin Ali Al-Zhufari yang wafat di Sihir tahun 607 Hijriyah. Setelah melihat dan membacanya ia merasa takjub atas pemikiran dan kefasihan kalam Imam Muhammad bin Ali. Kemudian surat tersebut dibalas dengan menyebutkan di Akhir tulisan suratnya : “ Engkau wahai Imam, adalah pemberi petunjuk bagi yang membutuhkan “. Imam Muhammad bin Ali pernah ditanya tentang 300 macam masalah dari berbagai macam ilmu, maka beliau menjawab semua masalah tersebut dengan sebaik-baiknya jawaban dan terurai. Rumah beliau merupakan tempat berlindung bagi para anak yatim, kaum fakir dan para janda. Jika rumah beliau kedatangan tamu, maka ia menyambut dan menyediakan makanan yang banyak, dimana makanan tersebut tersedia hanya dengan mengangkat tangan beliau dan para tamu untuk berdo’a dan meminta kepada Allah SWT.
Imam Muhammad bin Ali Al-Faqih Al-Muqaddam berdoa untuk para keturunannya agar selalu menempuh perjalanan yang baik, jiwanya tidak dikuasai oleh kezaliman yang akan menghinakannya serta tidak ada satupun dari anak cucunya yang meninggal kecuali dalam keadaan mastur (kewalian yang tersembunyi).
Beliau seorang yang gemar bersedekah, setiap hari beliau memberi sedekah sebanyak dua ribu ratl kurma kepada yang membutuhkannya, memberdayakan tanah pertaniannya untuk kemaslahatan umum. Beliau juga menjadikan istrinya Zainab Ummul Fuqoro sebagai khalifah beliau.
Al-Imam Muhammad bin Ali Wafat tahun 653 hijriyah akhir dari bulan Dzulhijjah, dan dimakamkan di Zanbal, Tarim pada malam Jum’at akhir bulan Dzulhijjah. Beliau meninggalkan 5 orang putra, yaitu Alwi, Abdullah, Abdurrahman, Ahmad dan Ali.


Al-Imam Alwi Al-Ghuyur bin Al-Faqih Al-Muqaddam Muhammad bin Ali Ba’alawy


Beliau adalah Al-Imam Alwi bin Al-Faqih Al-Muqaddam Muhammad bin Ali bin Muhammad Shohib Mirbath bin Ali Khali' Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Al-Imam Al-Muhajir Ahmad bin Isa, dan terus bersambung nasabnya sampai Rasulullah SAW.
Beliau dijuluki dengan Al-Ghuyur (yang cemburu), yaitu yang cemburu atas namanya. Hal ini dikarenakan tidak ada seorang pun dari keluarga Bani Alawy di jaman beliau yang bernama Alwi. Jika ada seseorang yang berniat memberi nama Alwi, pasti ia akan tercegah untuk menamakan dengan nama itu, sehingga memberikan nama lain.
Beliau dilahirkan di kota Tarim dan dibesarkan disana. Beliau dididik langsung oleh ayahnya. Beliau mengambil dari ayahnya berbagai macam ilmu dan pengetahuan. Beliau juga menempuh jalan ayahnya, baik secara syariah, thariqah maupun haqiqah. Ibu beliau adalah Hababah Zainab binti Ahmad bin Muhammad Shahib Mirbath, seorang wanita yang termasuk al-'arif billah.
Beliau adalah seorang keturunan Rasul SAW yang agung, seorang yang alim dan mengamalkan ilmunya, serta seorang ahli zuhud. Beliau adalah seorang al-'arif billah, mempunyai maqam yang tinggi dan karomah yang luar biasa. Beliau banyak mendapatkan ilmu-ilmu laduniyyah dan asrar ghaibiyyah.
Beliau jika berkata terhadap sesuatu, "Kun (jadilah)," maka sesuatu itu jadi sebagaimana yang dikehendakinya dengan ijin Allah. Banyak para ulama besar dan auliya di jamannya menukilkan ucapan beliau yang berkata, "Aku berada dalam maqam Al-Junaid." Beliau dapat mendengar tasbih dari benda-benda mati.
Beliau bisa mengenali orang-orang yang ahli celaka dan yang ahli bahagia. Pada suatu hari ayahnya, Al-Faqih Al-Muqaddam, berkata kepada beliau pada saat beliau masih kecil, "Engkau dapat mengenali mana orang yang ahli celaka dan mana yang ahli bahagia. Maka lihatlah yang demikian itu di dahiku (aku termasuk yang mana)?." Lalu beliau melihatnya dan mendapatkannya sebagai orang yang termasuk ahli bahagia, kemudian beliau sampaikan hal tersebut kepada ayahnya.
Suatu saat beliau berziarah ke datuknya, Rasulullah SAW, dan di sampingnya ada Abubakar dan Umar (semoga Allah meridhoi keduanya). Beliau berkata kepada datuknya SAW, "Dimanakah kedudukanku di sisimu, wahai kakek?." Menjawab Rasulullah SAW, "Di kedua belah mataku." Lalu Rasulullah SAW bertanya kepada beliau, "Dan dimanakah kedudukanku di sisimu, wahai Syeikh Alwi?." Lantas beliau menjawab, "Di atas kepalaku." Kemudian Abubakar berkata, "Bagaimana engkau menempatkan Rasulullah demikian?. Dia menempatkanmu di kedua belah matanya, sedangkan engkau menempatkannya di atas kepalamu. Tidak ada sesuatu yang dapat menyamai kedua belah mata. Engkau harus mensyukurinya dengan bersedekah kepada para fakir miskin 100 dinar." Setelah beliau pulang, beliau pun bersedekah 100 dinar sebagai tanda syukur.
Pada saat beliau berlambat-lambat dalam menikah, berkatalah calon keturunannya dari punggungnya, "Kami telah berada di punggungmu. Cepatlah menikah. Kalau tidak, kami akan keluar dari punggungmu!." Ketika beliau telah menikah dan istrinya mengandung, berkatalah si jabang bayi dari rahim istrinya, "Aku anak sholeh. Aku hamba Sholeh."
Beliau, Al-Imam Alwi Al-ghuyur, seorang yang cepat memberikan pertolongan bagi siapa saja yang membutuhkan pertolongan. As-Sayyid Al-Allamah Al-Imam Muhammad bin Alwi Al-Khirid Ba'alawy berkata di dalam kitabnya Al-Ghurar, "Mengabarkan kepadaku Asy-Syeikh Abdurrahman bin Ali bahwa para al-'arif billah berkata, 'Ada 3 orang dari keluarga Bani Alawy yang senantiasa semangatnya terpelihara. Sifatnya yang merespon pertolongan dengan cepat selalu semakin baik dan terjaga. Seorang yang meminta pertolongan kepada mereka, selalu cepat mereka bantu. Mereka adalah Alwi Al-Ghuyur, dan anaknya yaitu Ali, serta Asy-Syeikh Umar Al-Muhdhor.' "
Ayah beliau, Al-Faqih Al-Muqaddam, memuji kepada beliau dan memberikan isyarat bahwa pada suatu saat nanti anaknya itu akan menjadi seorang wali yang agung. Banyak para ulama mengatakan bahwa sirr ayahnya pindah kepada diri beliau. Sebagian di antara mereka berkata, "Beliau pengganti dari orang-orang yang terdahulu."
Beliau menikah dengan seorang wanita yang bernama Hababah Fatimah binti Ahmad bin Alwi bin Muhammad Shahib Mirbath. Melalui istrinya tersebut, beliau dikaruniai dua orang putra, yaitu Ali dan Abdullah. Beliau wafat pada hari Jum'at, 12 Dzulqaidah 669 H. Jasad beliau disemayamkan di pekuburan Zanbal Tarim dan diletakkan di sebelah timur dari makam ayahnya.

Radhiyallohu anhu wa ardhah...
Al-Imam Ali Shahibud Dark binAlwi Al-Ghuyur bin Al-Faqih Al-Muqaddam

Al-Imam Ali Shahibud Dark - Alwi Al-Ghuyur - Al-Faqih Al-Muqaddam Muhammad - Ali Ba’alawy - Muhammad Shohib Mirbath - Ali Khali' Qasam - Alwi - Muhammad - Alwi - Ubaidillah - Ahmad Al-Muhajir - Isa Ar-Rumi - Muhammad An-Naqib - Ali Al-'Uraidhi - Ja'far Ash-Shodiq - Muhammad Al-Baqir - Ali Zainal Abidin - Husain - Fatimah Az-Zahro – Nabi Muhammad SAW

Beliau adalah Al-Imam Ali bin Alwi Al-Ghuyur bin Al-Faqih Al-Muqaddam Muhammad bin Ali bin Muhammad Shohib Mirbath bin Ali Khali' Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Al-Imam Al-Muhajir Ahmad bin Isa, dan terus bersambung nasabnya sampai Rasulullah SAW. Beliau dijuluki dengan Shahibud Dark (orang yang sampai pada maqam dapat memberikan pertolongan kepada orang lain).
Beliau adalah seorang imam, guru besar dan wali yang terkenal. Beliau adalah orang yang mahbub (dicintai) di sisi Allah. Ibu beliau adalah seorang syarifah, yaitu Sayyidah Fatimah binti Ahmad bin Alwi bin Muhammad Shahib Mirbath.
Beliau, Al-Imam Ali Shahibud Dark, adalah termasuk orang-orang yang yang diberikan kekhususan. Beliau seorang 'arif billah dan qutub. Beliau seorang yang kuat dalam ber-mujahadah dan suka menyendiri dalam ber-muwajahah kepada Allah. Diri beliau adalah merupakan sosok teladan bagi para muridin dan arifin.
Beliau dibesarkan dalam didikan ayahnya. Beliau juga sempat hidup dengan kakeknya, Al-Faqih Al-Muqaddam, ketika masih kecil. Dari keduanya, beliau mendapatkan banyak nafahat.
Suatu ketika saat berada di Mekkah, beliau berdoa kepada Allah agar diberikan seorang anak yang sholeh. Spontan setelah itu terdengar suara, "Doamu telah dikabulkan oleh Allah. Maka kembalilah engkau ke negerimu." Beliau pun kembali ke Tarim. Namun beliau masih berlambat-lambat dalam menikah. Suatu ketika beliau berada di salah satu masjid di kota Tarim sedang berdoa. Saat beliau hanyut dalam doanya dan ruhnya naik keatas langit, beliau mendapat kabar gembira dengan akan diberikannya seorang anak yang sholeh. Beliau lalu berkata, "Saya ingin melihat tandanya." Lalu beliau diberi 2 lembar kertas, sambil dikatakan kepada beliau, "Taruhlah salah satu kertas itu diatas mata seorang wanita yang berada di dekatmu, maka ia akan segera dapat melihat." Dan memang di dekat beliau ada seorang wanita yang buta. Beliau pun lalu menaruh salah satu kertas tersebut diatas matanya dan spontan wanita itu dapat melihat kembali. Beliau pun kemudian menikah dengan wanita tersebut dan memperoleh seorang anak yang sholeh yang bernama Muhammad.
Beliau, Al-Imam Ali Shahibud Dark, banyak mempunyai karomah dan keajaiban. Beliau adalah orang yang suka ber-khalwah (menyendiri) dan ber-zuhud terhadap dunia. Beliau sering berziarah ke makam Nabiyallah Hud di bulan Rajab, Sya'ban dan Ramadhan.

Muhammad bin Abu As-Su'ud pernah berkata,
"Suatu ketika beliau mendapatkan harta. Lalu aku mendengar beliau berkata, 'Ali bin Alwi dan dunia...Ya Allah, jauhkan aku darinya, atau jauhkan ia dariku.' Beliau meninggal 3 bulan setelah itu."

As-Syeikh Ibrahim bin Abu Qusyair berkata,
"Aku bermimpi bertemu dengan Asy-Syeikh Ali bin Alwi, lalu aku bertanya, 'Bagaimana Allah memperlakukanmu?. Beliau menjawab, 'Sesuatu apapun tak dapat membahayakan orang yang mahbub (dicintai).'
Beliau meninggal pada hari Rabu, 17 Rajab 709 H. Beliau meninggalkan seorang putra yang bernama Muhammad Maulad Dawilah, dan 6 putri yang masing-masing bernama Maryam, Khadijah, Zainab, Aisyah, Bahiyah dan Maniyah. Kesemuanya berasal dari seorang ibu yang bernama Fatimah bin Sa'ad Balaits.



Radhiyallohu anhu wa ardhah...

[Disarikan dari Syarh Al-Ainiyyah, Nadzm Sayyidina Al-Habib Al-Qutub Abdullah bin Alwi Alhaddad Ba'alawy, karya Al-Allamah Al-Habib Ahmad bin Zain Alhabsyi Ba'alawy]

Rabu, Maret 11, 2009

* Jadwal Maulud Agung 2009

JADWAL "MAULUD AGUNG" RASULULLAH SAW

* 22 FEBRUARI 2009 - 15:00 WIB (SORE)
"MAULID" & "HAUL AKBAR" DI MAQAM KRAMAT AL-HABIB AL-IMAM HASAN BIN MUHAMMAD AL-HADDAD,
JL. DOBO PELABUHAN PETI KEMAS TANJUNG PRIUK JAKARTA UTARA ( SHOLAT ASHAR BERJAMA'AH) - MINGGU AKHIR SHAFAR*
28 FEBRUARI 2009 - 19:30 WIB (MALAM)

"MAULID" SERTA "HAUL ALFAQIH MUQADDAM" DI HABIB ALI ZAENAL ABIDIN BIN SEGAF ASSEGAF, JL.NANGKA 3 ATAS No.9 JATIBENING 2 BEKASI -
* 01 MARET 2009 - 12:00 WIB (SIANG)
"MAULID" SERTA "HAUL" KE-DUA SAYYIDIL WALID AL-HABIB AL-IMAM ABDURRAHMAN BIN AHMAD ASSEGAF , Di MAJLIS BARKAH SAYYIDIL WALID Gg.PERKUTUT,BUKIT DURI-JAKSEL
( SHOLAT DZUHUR BERJAMA'AH )
* 03 MARET 2009 - 19:30 WIB (MALAM)
"MAULID' DI MASJID AL-BAHRI, BY PASS-KEBON NANAS, ( AL-HABIB ABDURRAHMAN BIN
ABDULLAH BIN ABDULQODIR BILFAQIH ) ; ( SHOLAT ISYA' BERJAMA'AH ) - MALAM 7 RABIUL AWAL
* 08 MARET 2009 - 09:00 WIB (PAGI)
"MAULID" & "HAUL" AL-HABIB HASAN BIN ABDULLAH BIN UMAR ASY-SYATHIRI'
DI HABIB ABDURRAHMAN BIN SYEKH BIN SALIM AL-ATTHAS, Jl.ASEM BARIS RAYA No.3, TEBET
* 08 MARET 2009 - 18:00 WIB (MALAM)
"MAULUD" DI HABIB RIZIEQ SYIHAB, PETAMBURAN III, TANAH ABANG - MALAM 12 RABIUL AWAL
* 09 MARET 2009 09:00 WIB (PAGI)
"MAULID" DI HABIB ALI BIN ABDULQADIR BIN SAHIL ( BELAKANG HOTEL IBIS SLIPI ),JAKBAR
12 RABIUL AWAL
* 09 MARET 2009 - 18:00 WIB (MALAM )
"MAULID" DI MAJLIS ANWARIL HIDAYAH ( HABIB MUCHSIN BIN ZAED AL-ATTHAS ) DI JL.M.T HARYONO CAWANG -
( LAPANGAN )SAMPING GEDUNG BNN ; (SHOLAT MAGHRIB BERJAMA'AH) - 12 RABIUL AWAL
* 12 MARET 2009 - 18:00 WIB (MALAM)
"MAULID" DI MAJLIS TA'LIM AL-ABIDIN ( HABIB AHYAD BIN ABDULLAH BIN UMAR BANAHSAN )
PONDOK BAMBU, JAKARTA TIMUR ; ( SHOLAT MAGHRIB BERJAma'ah )
* 14 MARET 2009 - 19:30 WIB (MALAM)
"MAULUD" DI HABIB SYAEIKHON BIN MUSTHOFA AL-BAHAR, JL. MANDOR DISAN '
GG. NANGKA - BINTARA JAYA, BEKASI
* 22 MARET 2009 - 15:30 WIB (SORE)
"MAULID" DI MAQAM KRAMAT AL-HABIB AHMAD BIN ALWI AL-HADDAD ( HABIB KUNCUNG )
KALIBATA-JAKSEL ; ( SHOLAT ASHAR BERJAMA"AH )
* 23 MARET 2009 - 09:00 WIB (PAGI)
"MAULID" DI PON-PES AL-KHAIROT HABIB NAGIEB BIN SYEKH ABUBAKAR, JL PENGASINAN-BEKASI TIMUR
* 23 MARET 2009 - 15:30 WIB (SENIN SORE)
"MAULID" DI JL.BULUH, CONDET-JAKTIM, DI KEDIAMAN HABIB HUSEIN BIN ALI AL-ATTHAS "
(SHOLAT ASHAR BERJAMA'AH)
* 24 MARET 2009 - 10:00 WIB (SELASA PAGI)
"HAUL" AL-HABIB ALI BIN HUSEIN AL-ATTHAS DI GANG BULUH, CONDET
* 24 MARET 2009 18:00 WIB (MALAM)
"MAULID" DI MASJID KRAMAT EMPANG BOGOR, (SHOLAT MAGHRIB BERJAMA'AH)
* 25 MARET 2009 - 09:00 WIB (PAGI)
"HAUL" AL-HABIB ABDULLAH BIN MUCHSIN AL-ATTHAS , MAQAM KRAMAT EMPANG BOGOR
* 25 MARET 2009 - 17:30 WIB (SORE)
"ZIARAH" KE MAQAM GURU BESAR AL-HABIB IMAM ALI BIN ABDURRAHMAN AL-HABSYI KWITANG
(SHOLAT MAGHRIB BERJAMA'AH)
* 25 MARET 2009 - 20:00 WIB (MALAM)
"MAULID & TABLIGH AKBAR" DI MAJLIS TA'LIM & TADZKIR AL-ANWAR (AL-HABIB MUHAMMAD BIN TAUFIQ SYAHAB ) JL. MENTENG WADAS UTARA II,Ps.MANGGIS (BELAKANG Ps.RUMPUT)
* 26 MARET 2009 - 09:00 (KAMIS PAGI)
"MAULID" DI PON-PES AL-HAROMAIN ASY SYARAFAIN ( AL-HABIB HAMID BIN ABDULLAH AL-KAAF)
JL.GANCENG PONDOK RANGOON,CIPAYUNG -JAKARTA TIMUR
* 26 MARET 2009 - 15:30 WIB (SORE)
"MAULID" AKHIR KAMIS DI MAJLIS TA'LIM AL-HABIB ALI BIN ABDURRAHMAN ALHABSYI ,KWITANG
( SHOLAT ASHAR BERJAMA'AH)
* 27 MARET 2009 - 04:30 WIB (JUM'AT SUBUH)
"MAULID"DI MAJLIS TA'LIM AL-AFAF, ( AL-HABIB ALI BIN ABDURRAHMAN ASSEGAF )
JL.TEBET UTARA IIB, JAKSEL ; (SHOLAT SUBUH BERJAMA'AH)
* 27 MARET 2009 - 09:00 WIB (PAGI)
"MAULID" DI DARUL AITAM (PANTI ASUHAN), JL M.KAHFI I No.52 A, JAGAKARSA JAKARTA SELATAN
* 28 MARET 2009 - 09:00 WIB (PAGI)
"MAULID"DI MASJID AL-HAWI, CILILITAN-JAKTIM SABTU
* 28 MARET 2009 - 12:00 WIB (SIANG)
"MAULID" DI MAJLIS ASSYALAFIYAH, ( HABIB HUB BAGIR AL-ATTHAS ), JL. OTISTA III - KEBON NANAS
( SHOLAT DZUHUR BERJAMA'AH )
* 28 MARET 2009 - 18:30 WIB (MALAM)
"MAULID" DI DALAIL KHAIRAT( HABIB MUCHSIN AL-HAMID ), KOMPLEK HANKAM CIDODOL
* 29 MARET 2009 - 10:00 WIB (PAGI)
"MAULID" DI MASJID LUAR BATANG DAN ZIARAH KE MAQAM ALHABIB AL-IMAM
HUSEIN BIN ABUBAKAR ALAYDRUS, Ps. IKAN JAKARTA UTARA
* 29 MARET 2009 - 10:00 WIB (PAGI)
"MAULID" DI CIPAYUNG BOGOR-JAWA BARAT (AL-HABIB SALIM BIN UMAR BIN HUD ALATTAS)
* 29 MARET 2009 - 15:30 WIB (SORE)
"MAULID" DI YAYASAN NUSANTARA, JL.BATU AMPAR II/37A CONDET
AL-HABIB ABDURRAHMAN MUHAMMAD ALAYDRUS, (SHOLAT ASHAR BERJAMA'AH)
* 30 MARET 2009 - 09:00 WIB (PAGI)
"MAULID" DI MASJID KRAMAT KAMPUNG BANDAN-JAKARTA UTARA
* 30 MARET 2009 - 15:30 WIB (SORE)
"MAULID" SERTA 'HAUL" AL-HABIB SALIM BIN JINDAN, JL. OTISTA RAYA - "
SEBELAH GELANGGANG JAKARTA TIMUR ; (SHOLAT ASHAR BERJAMA'AH )
* 31 MARET 2009 - 10:00 WIB (PAGI)
"MAULID" DI MASJID FUTUHAT AT-THOSIAH, BULAK KAPAL BEKASI TIMUR
( ALM. AL-HABIB ALWI BIN ABDULLAH SALIM ALATTAS)
* 02 APRIL 2009 - 12:00 WIB (SIANG)
"MAULID" DI KEDIAMAN AL-HABIB SALIM BIN THOHA AL-HADDAD, JL. DAMAI No.1 Ps. MINGGU
* 03 APRIL 2009 - 19:30 WIB (MALAM)
MAULID" DI MAJLIS TA'LIM ANNURUL KASYAAF (HABIB AHMAD BIN ALI BIN ABDURRAHMAN ASSEGAF )
JL. MUNGGUNG, BALEKAMBANG CONDET ; (SHOLAT 'ISYA BERJAMA'AH)
* 04 APRIL 2009 - 09:00 WIB (PAGI)
"MAULID" DI MAJLIS TA'LIM ANNUR, JL.OTISTA TANGERANG KOTA
( ALM. AL-HABIB HUSIN BIN ABDULLAH BIN MUKHSIN ALATTAS )
* 04 APRIL 2009 - 16:30 WIB (SORE)
"MAULID" DI MAJLIS DZIKIR SYAMSI SYUMUS (HABIB MUSTHOFA BIN ABDULLAH ALAYDRUS)
JL.TEBET TIMUR DALAM RAYA No.16 TEBET-JAKARTA SELATAN ; (SHOLAT ASHAR BERJAMA'AH)
* 05 APRIL 2009 - 09:00 WIB (PAGI)
"MAULID" DI MAJLIS TA'LIM AL-BUSYRO, CITAYAM BOGOR
* 05 APRIL 2009 - 10:00 WIB (PAGI)
"MAULID" DI CIPAYUNG BOGOR-JAWA BARAT (AL-HABIB SALIM BIN UMAR BIN HUD ALATTAS)
* 05 APRIL 2009 - 10:00 WIB (PAGI)
"MAULID" DI YAYASAN AL-FAKHRIYAH,DESA LARANGAN CILEDUG TANGERANG
(ALM. AL-HABIB NOVEL BIN SALIM BIN JINDAN)
* 10 APRIL 2009 - 18:00 WIB (MALAM)
"MAULID" DI MAJELIS BURDAH HABIB HASYIM BIN SYEKH ABUBAKAR, JL. CIKOKO JAKARTA TIMUR JUM'AT ( SHOLAT MAGHRIB BERJAMA'AH )
* 11 APRIL 2009 - 09:00 WIB (PAGI)
MAULID" DI PONPES DARUL AITAM WA DHUAFA RIYAADHUL JANNAH , JL. BULUH No.110
( AL-HABIB ALI ZAENAL ABIDIN AL-KAF)

* 12 APRIL 2009 - 09:00 WIB (PAGI)
"MAULID" DIMAJLIS TA'LIM ALKIFAHI AT-TSAQAFY, JL.SAWO KECIK, TEBET
( AL-HABIB UMAR BIN ABDURRAHMAN ASSEGAF ) -

20 RABIUL TSANI. (PAGI)
"HAUL AKBAR" AL-HABIB AL-IMAM ALI BIN MUHAMMAD AL-HABSYI (SIMTHUDDUROR), SOLO
21 RABIUL TSANI (BA'DA SUBUH)
"MAULID" DI MASJID AR-RIYADH (ALM, AL-HABIB ANIS BIN ALWI AL-HABSYI), SOLO


23 RABIUL TSANI
"HAUL" AL-HABIB AL-IMAM UMAR BIN ABDURRAHMAN AL-ATTHAS, JATI PETAMBURAN No.91

* 05 MEI 2009 - 09:00 WIB (PAGI)
"MAULID" DI MAJLIS TA'LIM HABIB THOHIR BIN UMAR ALHADDAD & "HAUL' ALHABIB UMAR ALI AL-HADDAD,
GADOG PASIR MUNCANG, KP. SITU, MEGA MENDUNG-BOGOR


NB = APABILA TERDAPAT KESALAHAN PADA JADWAL & JAM MAULID DIATAS TERSEBUT MOHON DIRALAT DAN DIBETULKAN


********************************************************

SEPULUH BUKTI DARI ALQURAN DAN SUNAH

BAHWA MEMPERINGATI KELAHIRAN NABI SAW DAPATLAH DITERIMA


Perintah Meningkatkan Rasa Cinta dan Hormat kepada Nabi SAW.
Pertama, Allah swt meminta Nabi saw. agar mengingatkan umatnya bahwa sangatlah penting bagi siapa saja yang menyatakan mencintai Allah swt untuk mencintai Nabi-Nya juga, “Katakanlah kepada mereka, ‘Jika kalian mencintai Allah swt, ikuti (dan cintai dan hormatilah) aku, niscaya Allah swt akan mencintai kalian’” (3:31).
Memperingati hari kelahiran Nabi saw. didorong oleh perintah untuk mencintai, menaati, mengingat, dan mengikuti contoh Nabi saw., serta merasa bangga dengannya sebagaimana Allah swt menunjukkan kebanggaan-Nya dengannya. Dalam Kitab Suci-Nya, Allah swt begitu membanggakannya dengan berfirman, “Sungguh engkau memiliki budi pekerti yang begitu agung” (68: 4).

Cinta kepada Nabi saw. dapat menjadi pembeda keimanan di antara kaum beriman. Dalam sebuah hadis sahih riwayat al-Bukhârî dan Muslim, Nabi saw. pernah bersabda, “Tak seorang pun di antara kamu beriman, sampai ia mencintaiku lebih dari ia mencintai anak-anaknya, orang tuanya, dan semua orang.” Dalam hadis al-Bukhârî lainnya, beliau bersabda, “Tak seorang pun di antara kamu beriman sampai ia mencintaiku lebih dari ia mencintai dirinya sendiri.” ‘Umar ibn al-Khaththâb ra berkata, “Wahai Nabi saw, Aku sungguh mencintaimu melebihi diriku sendiri.”

Kesempurnaan iman tergantung pada cinta kepada Nabi SAW., karena Allah swt dan para malaikat-Nya terus-menerus menyatakan penghormatannya, sebagaimana begitu jelas disebutkan dalam ayat berikut, “Allah swt dan para malaikat-Nya berselawat kepada Nabi saw” (33:56). Perintah Tuhan, “Wahai orang-orang beriman, berselawatlah kepadanya,” segera menyusulnya, menambah jelas bahwa kualitas seorang mukmin sangat tergantung pada dan dijelmakan dengan pembacaan selawat kepada Nabi SAW.
Nabi Muhammad SAW menekankan Hari Senin sebagai Hari Beliau Dilahirkan.
Kedua, Abû Qatâdah al-Anshârî meriwayatkan bahwa Nabi SAW. pernah ditanya mengenai puasa di hari Senin. Beliau kemudian menjawab, “Hari itu adalah hari saya dilahirkan dan hari saya menerima wahyu.”1
Syekh Mutawallî al-Sya‘râwî menulis, “Banyak peristiwa luar biasa terjadi pada hari kelahirannya sebagaimana disebutkan dalam hadis dan sejarah. Malam waktu Nabi saw dilahirkan tidaklah seperti malam-malam kelahiran manusia lainnya.” 2
Sedangkan menurut Ibn al-Hajj, “Adalah suatu keharusan bagi kita pada setiap hari Senin bulan Rabiul Awal untuk meningkatkan ibadah kita sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah swt atas karunia-Nya yang begitu besar yang telah diberikan kepada kita–yaitu diutusnya Nabi saw. untuk membimbing kita kepada Islam dan kedamaian … Nabi saw., ketika menjawab seseorang yang bertanya kepada beliau mengenai puasa di hari Senin, menyatakan, “Aku dilahirkan pada hari itu.” Oleh karena itu, hari tersebut memberikan kehormatan bagi bulan itu, karena itu adalah harinya Nabi saw. … dan beliau pun mengatakan, “Aku junjungan (sayyid) bagi semua anak-cucu Adam as, dan aku mengatakannya tanpa kesombongan” … dan beliau pun mengatakan, “Adam as dan siapa saja keturunannya akan berada di bawah benderaku pada Hari Peradilan kelak.” Hadis-hadis ini diriwayatkan oleh al-Syaykhâni (al-Bukhârî dan Muslim). Muslim dalam Shahîh-nya menyatakan bahwa Nabi saw. bersabda, “Pada hari itu, yaitu Senin, saya dilahirkan, dan pada hari itu pula risalah pertama disampaikan kepadaku.”3
Nabi saw. menaruh perhatian khusus pada hari kelahirannya dan bersyukur kepada Allah swt, karena memberinya kehidupan, dengan berpuasa pada hari itu, sebagaimana disebutkan dalam hadis Abû Qatâdah. Nabi saw. menyatakan kebahagiaannya akan hari tersebut dengan berpuasa, yang merupakan sebentuk ibadah. Sebagaimana Nabi saw. telah memberi perhatian khusus pada hari tersebut dengan berpuasa, maka ibadah dalam bentuk apa saja untuk memberi perhatian khusus atas hari tersebut dapat pula dibenarkan. Meskipun bentuk ibadahnya berbeda, tetapi esensinya tetap sama. Oleh karena itu, berpuasa, memberi makan fakir miskin, berkumpul untuk melantunkan pujian kepada Nabi saw., atau berkumpul untuk mengingat perilaku dan budi pekerti baiknya, semuanya dapat dipandang sebagai cara menaruh perhatian khusus pada hari tersebut.4

Allah swt Berfirman, “Bergembiralah dengan Nabi saw”
Ketiga, Menyatakan kebahagiaan dengan kedatangan Nabi saw. adalah perintah Allah swt dalam Alquran, sebagaimana firman-Nya, “Dengan karunia Allah swt dan rahmat-Nya, maka hendaklah mereka bergembira” (10:58).
Perintah ini ada karena rasa senang dapat membuat hati merasa bersyukur atas rahmat Allah swt. Rahmat Allah swt mana yang lebih besar ketimbang diri Nabi saw. sendiri. Allah swt menyatakan, “Tiadalah Aku utus engkau kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam” (21:107).
Karena Nabi saw. diutus sebagai rahmat untuk seluruh umat manusia, maka merupakan suatu keharusan, tidak saja atas muslimin tetapi juga semua umat manusia untuk merayakan kehadirannya. Sayangnya, masih ada sebagian muslim yang tampil menolak perintah Allah swt untuk bersuka ria atas kelahiran Nabi-Nya. Nabi SAW Memperingati Peristiwa-Peristiwa Besar dalam Sejarah
Keempat, Nabi SAW. selalu membuat hubungan di antara peristiwa-peristiwa agama dan sejarah, sehingga bila tiba suatu hari ketika terjadi suatu peristiwa penting, beliau mengingatkan para sahabat untuk merayakan hari itu dan menegaskan keistimewaannya, meskipun peristiwa tersebut terjadi pada masa yang sangat lampau. Dasarnya dapat ditemukan dalam hadist berikut.
Tatkala Nabi saw. sampai di Madinah, beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa pada Hari Asyura. Beliau bertanya mengenai hari tersebut, dan beliau diberi tahu bahwa pada hari itu Allah swt menyelamatkan Nabi mereka, yakni Musa as, dan menenggelamkan musuhnya. Karena itulah mereka berpuasa pada hari tersebut untuk bersyukur kepada Allah swt atas karunia ini.5
Pada saat itu juga Nabi saw. menanggapinya dengan hadis yang terkenal, “Kita lebih berhak atas Musa as daripada kalian,” dan beliau pun melakukan puasa pada hari itu dan hari sebelumnya.

Allah swt Berfirman, “Berselawatlah kepada Nabi saw”
Kelima, peringatan atas kelahiran Nabi saw. mendorong kita untuk berselawat kepada Nabi saw. dan menyampaikan pujian atasnya, yang menjadi suatu keharusan berdasarkan ayat, “Sesungguhnya Allah swt dan para malaikat-Nya berselawat kepada Nabi saw. Wahai orang-orang beriman, berselawatlah kamu untuk Nabi saw dan ucapkanlah salam kepadanya dengan sepenuh hati” (33:56). Karena datang bersama-sama dan mengenang jasa-jasa Nabi saw. dapat membawa kita untuk berselawat dan memujinya, maka ini selaras dengan perintah Allah swt. Siapakah yang punya hak untuk mengingkari keharusan yang telah diperintahkan Allah swt kepada kita melalui Alquran? Manfaat yang dibawa oleh ketaatan pada perintah Allah swt dan cahaya yang dibawanya ke dalam hati tidaklah dapat diukur. Lebih jauh lagi, keharusan tersebut dinyatakan dalam bentuk jamak, yaitu Allah swt dan para malaikat-Nya berselawat dan mengucap salam kepada Nabi saw.—secara bersama-sama. Karena itu, sama sekali tidaklah benar mengatakan bahwa membaca selawat dan salam kepada Nabi saw. tak boleh dilakukan secara berkelompok, tetapi harus sendiri-sendiri.
Pengaruh Menyaksikan Peringatan Kelahiran Nabi terhadap Kaum Kafir
Keenam, mengungkapkan kegembiraan dan memperingati hari kelahiran Nabi saw., dengan karunia dan rahmat Allah swt, dapat mendatangkan keberuntungkan bagi orang kafir sekalipun.6 Imam al-Bukhârî menyatakan dalam hadisnya bahwa setiap hari Senin, Abû Lahab dibebaskan dari siksaannya di alam kubur, karena ia telah memerdekakan budak perempuannya, yaitu Tsuwaybah, pengasuh Nabi saw. Beberapa ulama, di antaranya Ibn Katsîr dan Ibn Nâshir al-Dîn al-Dimasyqî, mengatakan bahwa ini karena Abû Lahab sangat bergembira tatkala Tsuwaybah membawa kabar kepadanya tentang kelahiran keponakannya itu. Meskipun demikian, agaknya pemerdekaan ini terjadi pada saat Nabi saw sudah dewasa, yaitu pada saat hijrah ke Madinah.7
Tentang hal ini, Hafiz Syams al-Dîn Muhammad ibn Nâshir al-Dîn al-Dimasyqî menulis bait syair berikut, “Bila ini, seorang kafir yang dikutuk untuk kekal di neraka dengan ucapan ‘celakalah kedua tangannya’ (Q. 111), dikatakan menikmati masa tenang pada setiap hari Senin, karena ia bergembira dengan (kelahiran) Ahmad saw, lantas bagaimana menurutmu seorang hamba yang, sepanjang hidupnya, bergembira dengan Ahmad saw, dan meninggal seraya mengucap, ‘Ahad (Esa)’”8
Keharusan Mengetahui Sirah Nabi saw. dan Meniru Perilakunya
Ketujuh, kita dituntut untuk mengetahui Nabi saw., baik kehidupannya, mukjizatnya, kelahirannya, perilakunya, keimanannya, tanda-tanda (kenabian)-nya, khalwatnya, ataupun ibadahnya. Tidakkah mengetahui hal-hal seperti ini merupakan keharusan bagi setiap muslim?
Apa lagi yang lebih baik dari merayakan dan memperingati kelahirannya, yang mewakili babak penting hidupnya, untuk dapat memahami kehidupannya? Memperingati kelahirannya akan mengingatkan kita tentang segala hal lain yang berhubungan dengan kehidupannya, sehingga memungkinkan kita untuk mengenal perjalanan hidup (sirah) Nabi saw. dengan lebih baik. Kita akan lebih siap untuk menjadikan Nabi saw. sebagai panutan, memperbaiki diri kita, dan meniru kepribadian beliau. Itulah mengapa perayaan hari kelahirannya merupakan suatu karunia besar bagi seluruh umat muslim.
Nabi saw. Setuju dengan Syair Pujian Terhadapnya
Kedelapan, sudah diketahui benar bahwa pada masa Nabi saw., para penyair berdatangan ke hadapannya dengan berbagai jenis karyanya yang berisi pujian terhadapnya. Mereka menulis dalam syair-syair tersebut tentang perang dan panggilan jihadnya, juga tentang para sahabatnya. Ini dapat ditemukan dalam berbagai syair yang dikutip dalam sirah Nabi saw. yang disusun oleh Ibn Hisyâm, al-Wâqidî, dan yang lain. Nabi saw. sangat senang dengan syair yang bagus, sebagaimana diriwayatkan al-Bukhârî dan yang lain bahwa beliau bersabda, “Dalam syair itu ada hikmah (kata-kata bijak).”9 Paman Nabi saw., al-‘Abbâs, menggubah sebuah syair yang menyanjung kelahiran Nabi saw, yang memuat bait-bait berikut:
Tatkala engkau dilahirkan, bumi bersinar terang,
Dan cakrawala benderang penuh cahayamu,
Sehingga kami dapat tembus memandang,
Segala syukur kupanjatkan atas sinar terang,
Cahaya dan jalan yang menunjuki itu.10
Ibn Katsîr menyebutkan fakta bahwa, menurut para sahabat, Nabi saw. memuji namanya sendiri dan membacakan syair tentang dirinya di tengah-tengah Perang Hunain untuk membangkitkan semangat para sahabatnya dan membuat takut musuh-musuhnya. Pada hari itu beliau mengatakan: “Akulah Nabi saw! Ini bukan kebohongan. Aku anak ‘Abd al-Muthâlib.”
Nabi saw. merasa senang dengan orang-orang yang menyampaikan pujian kepadanya, karena itu merupakan perintah Allah swt dan beliau pun suka memberi mereka sesuatu yang Allah swt anugerahkan kepadanya. Allah swt sudah pasti sangat menyenangi orang-orang yang berkumpul dan berusaha mengenali dan mencintai Rasulullah saw.
Menyanyi dan Membacakan Syair
Ada keterangan kuat bahwa Nabi saw. menyuruh ‘Â’isyah membiarkan dua gadis menyanyi pada hari raya. Beliau berkata kepada Abû Bakr, “Biarkanlah mereka menyanyi, karena setiap bangsa memiliki hari rayanya, dan hari ini adalah hari raya kita.” Ibn al-Qayyim berkomentar bahwa Nabi saw. juga mengizinkan menyanyi pada perayaan perkawinan, dan membolehkan syair dibacakan kepadanya.11 Beliau mendengarkan Anas dan para sahabatnya yang memuji-mujinya dan membacakan syair-syair sambil menggali tanah sebelum terjadinya Perang Khandak (Parit) yang terkenal itu; beliau mendengarkan mereka yang mengatakan: “Kitalah orang-orang yang memberikan baiat (sumpah setia) kepada Muhammad saw untuk berjihad sepanjang hayat.”
Ibn al-Qayyim juga menyebutkan bahwa ‘Abd Allâh ibn Rawâhah membacakan sebuah syair panjang yang memuji-muji Nabi saw. tatkala beliau memasuki Mekah, yang setelah itu Nabi saw. berdoa untuknya. Nabi saw. berdoa agar Allah swt memberi kekuatan kepada al-Hasan ibn Tsâbit dengan ruh suci sehingga ia dapat mendukung Nabi saw. dengan syair-syairnya. Demikian pula, Nabi saw. pernah menghadiahi Ka‘b ibn Zuhayr sebuah jubah karena syair pujiannya. Nabi saw. pernah meminta al-Syarîd ibn Suwayd al-Tsaqafî untuk membacakan sebuah syair pujian sepanjang seratus bait yang digubah oleh Umayyah ibn Abî al-Salt.12 Ibn al-Qayyim melanjutkan, “‘Â’isyah selalu membacakan syair-syair yang memujinya dan beliau pun merasa senang dengannya itu.”
Umayyah ibn Abî al-Salt adalah seorang penyair jahiliah yang meninggal sebelum Islam datang. Ia seorang saleh yang tidak lagi minum khamar ataupun menyembah berhala.13 Bagian dari syair pujian yang mengiringi penguburan Nabi saw. yang dibacakan oleh al-Hasan ibn Tsâbit, menyatakan:
Aku katakan, dan tak seorang pun dapat menemukan cela dari ucapanku
Kecuali orang yang telah kehilangan segala akal sehatnya:
Aku tidak akan pernah berhenti menyanjung dan memujinya
Karena dengan berbuat begitu, mungkin aku akan kekal di dalam surga
Bersama Sang Pilihan, yang dorongannya untuk itu aku harapkan.
Dan untuk mencapai hari itu, segala ikhtiarku kupertaruhkan.14
Membaca Alquran dan Melagukannya
Ibn al-Qayyim mengatakan dalam Madârij al-Sâlikîn,
Allah swt telah membolehkan Nabi-Nya saw. membaca Alquran dengan cara dilagukan. Abû Mûsâ al-Asy‘arî ra suatu kali membaca Alquran dengan suara merdu, sementara Nabi saw mendengarkannya. Setelah ia selesai, Nabi saw. mengucapkan selamat kepadanya atas bacaannya dengan suara merdu dan berkata: “Engkau memiliki suara yang indah.” Beliau pun menyatakan tentang Abû Mûsâ al-Asy‘arî bahwa Allah swt telah memberinya satu dari mizmar (seruling) Dâwud. Kemudian Abû Mûsâ ra berkata: “Ya Rasulullah saw, kalau saja aku tahu bahwa engkau mendengarkanku, aku pasti akan membacakannya dengan suara yang jauh lebih merdu dan lebih indah yang belum pernah engkau dengar sebelumnya.”
Ibn al-Qayyim juga meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda, “Hiasilah Alquran dengan suara-suaramu,” dan “Barang siapa tidak melagukan Alquran bukanlah dari golongan kita.” Ibn al-Qayyim kemudian mengomentari:
Mendapatkan kesenangan dengan suara indah adalah diperbolehkan, sebagaimana mendapat kesenangan dengan pemandangan yang indah, seperti gunung atau alam, atau dari wewangian, atau makanan lezat, selama sesuai dengan syariah. Apabila mendengarkan suara yang indah diharamkan, maka mencari kesenangan dengan semua hal-hal lainnya pun diharamkan juga.
Nabi saw. Membolehkan Bermain Gendang Bila dengan Niat Baik
Ibn ‘Abbâd, seorang ahli hadis, memberikan fatwa berikut dalam Rasâ’il-nya. Ia memulai dengan sebuah hadis,
Seorang gadis datang kepada Nabi saw. ketika beliau baru pulang dari salah satu peperangan. Gadis itu berkata: “Ya Rasulullah saw, saya telah bersumpah kepada Allah swt bahwa bila Allah swt mengirim engkau kembali dalam keadaan selamat, saya akan memainkan gendang ini di dekatmu.” Nabi saw. kemudian berkata: “Tunaikanlah sumpahmu itu.”15
Ibn ‘Abbâd kemudian melanjutkan:
Tidak syak lagi bahwa menabuh gendang merupakan sejenis hiburan, meskipun demikian Nabi saw. menyuruh gadis tersebut untuk menunaikan sumpahnya. Beliau melakukannya karena niatnya adalah untuk menyambut beliau karena telah pulang dengan selamat, dan niatnya itu suatu niat baik, bukan niat melakukan dosa atau membuang waktu. Karena itu, bila ada orang yang merayakan saat-saat kelahiran Nabi saw. dengan cara yang baik dan dengan niat yang baik seperti dengan membaca sirah Nabi dan menyampaikan puji-pujian kepadanya, maka itu diperbolehkan.
Nabi saw. Menaruh Perhatian Khusus pada Kelahiran Para Nabi
Kesembilan, Nabi saw. dalam hadisnya memberikan perhatian khusus pada hari dan tempat kelahiran nabi-nabi terdahulu. Sehubungan dengan keistimewaan Jumat sebagai hari besar, Nabi saw. mengatakan, “Pada hari tersebut (yaitu Jumat), Allah swt menciptakan Adam as.” Dengan demikian, hari Jumat diberi penekanan karena Allah swt menciptakan Adam as pada hari tersebut. Hari tersebut diberi perhatian khusus karena hari tersebut menyaksikan penciptaan seorang nabi dan bapak semua umat manusia. Bagaimana halnya dengan hari ketika seorang nabi teragung dan manusia terbaik diciptakan? Nabi saw. bersabda: “Sungguh Allah swt telah menciptakanku sebagai Penutup para Nabi (khatam al-nabiyyîn) sementara Adam as di antara air dan tanah.”16
Mengapa al-Bukhârî Memberi Perhatian Khusus pada Kematian di Hari Senin
Imam al-Qasthallânî , dalam komentarnya atas al-Bukhârî, mengatakan:
Dalam bagian “al-Jana’aiz (Jenazah)”, al- Bukhârî menamai satu bab utuh “Mati pada Hari Senin”. Di dalamnya ada sebuah hadis dari ‘Â’isyah as yang meriwayatkan pertanyaan dari ayahnya (Abû Bakr al-Shiddîq ra), “Pada hari apakah Nabi saw. wafat?” Ia menjawab: “Hari Senin.” Beliau bertanya: “Hari apa sekarang?” Ia menjawab: “Ayah, sekarang hari Senin.” Abû Bakr ra pun kemudian mengangkat tangannya dan berkata: “Ya Allah swt aku memohon kepadamu biarkanlah aku meninggal pada hari Senin agar bersamaan dengan hari wafatnya Nabi saw.”
Imam al-Qasthallânî melanjutkan:
Mengapa Abû Bakr ra memohon agar kematiannya terjadi pada hari Senin? Karena dengan begitu, kematiannya akan bersamaan hari dengan hari wafatnya Nabi saw., maksudnya untuk mendapatkan barakah dari hari tersebut … Apakah ada orang yang akan mencela permohonan Abû Bakr ra untuk meninggal pada hari tersebut untuk mendapatkan barakah? Pada masa sekarang, mengapa ada orang-orang yang mencela kegiatan merayakan dan memberi perhatian khusus pada hari kelahiran Nabi saw. dengan maksud memperoleh keberkahan?
Nabi saw. Memberi Perhatian pada Tempat Kelahiran Para Nabi
Sebuah hadis yang dianggap sahih oleh Hafiz al-Haytsamî menyatakan bahwa, pada malam Isra Mikraj, Nabi saw. disuruh oleh Jibril as untuk salat dua rakaat di Bayt Lahm ( Bethlehem ). Jibril as bertanya kepadanya, “Tahukah engkau di manakah engkau melakukan salat?” Ketika Nabi saw. bertanya kepadanya “Di mana?” Ia memberi tahu beliau, “Engkau salat di tempat Isa dilahirkan.”17

Ijmak Ulama tentang Peringatan Maulid Nabi saw.
Kesepuluh, memperingati hari kelahiran Nabi saw. merupakan suatu tindakan yang telah dan masih disepakati oleh para ulama di dunia Islam. Untuk alasan inilah, hari tersebut dijadikan sebagai hari libur di semua negara muslim. Allah swt tentu meridainya karena selaras dengan perkataan Ibn Mas‘ûd, “Apa saja yang dipandang baik oleh mayoritas muslimin, itu baik di sisi Allah swt; dan apa saja yang dipandang buruk oleh mayoritas muslimin, itu buruk di sisi Allah swt.”18
Dikutip dari:
Buku Maulid dan Ziarah ke Makam Nabi saw
Oleh Mawlana Syekh Hisyam Kabbani qs
Penerbit: Serambi
**************************************************

Ada seorang raja yang mempunyai 4 isteri

Raja ini sangat mencintai isteri keempatnya dan selalu
menghadiahkannya pakaian-pakaian yang mahal dan memberinya makanan yang paling enak. Hanya yang terbaik yang akan diberikan kepada sang isteri.
Dia juga sangat memuja isteri ketiganya dan selalu
memamerkannya ke pejabat-pejabat kerajaan tetangga.
Itu karena dia takut
suatu saat nanti,
isteri ketiganya ini akan meninggalkannya.

Sang raja juga menyayangi isteri keduanya. Karena isterinya
yang satu ini merupakan tempat curahan hatinya, yang akan selalu ramah,
peduli dan sabar terhadapnya. Pada saat sang raja menghadapi suatu masalah,
dia akan mengungkapkan isi hatinya hanya pada isteri ke dua karena dia bisa
membantunya melalui masa-masa sulit itu.
Isteri pertama raja adalah pasangan yang sangat setia dan
telah memberikan kontribusi yang besar dalam pemeliharaan kekayaannya maupun
untuk kerajaannya. Akan tetapi, si raja tidak peduli terhadap isteri
pertamanya ini meskipun sang isteri begitu mencintainya, tetap saja sulit
bagi sang raja untuk memperhatikan isterinya itu.
Hingga suatu hari, sang raja jatuh sakit dan dia sadar bahwa
kematiannya sudah dekat.
Sambil merenungi kehidupannya yang sangat mewah itu, sang raja
lalu berpikir, "Saat ini aku memiliki 4 isteri disampingku, tapi ketika aku
pergi, mungkin aku akan sendiri".
Lalu, bertanyalah ia pada isteri keempatnya, "Sampai saat ini,
aku paling mencintaimu, aku sudah menghadiahkanmu pakaian-pakaian yang
paling indah dan memberi perhatian yang sangat besar hanya untukmu. Sekarang
aku sekarat, apakah kau akan mengikuti dan tetap menemaniku?"
"Tidak akan!" balas si isteri keempat itu, ia pun pergi tanpa
mengatakan apapun lagi.
Jawaban isterinya itu bagaikan pisau yang begitu tepat menusuk
jantungnya.
Raja yang sedih itu kemudian berkata pada isteri ketiganya,
"Aku sangat memujamu dengan seluruh jiwaku. Sekarang aku sekarat, apakah kau
tetap mengikuti dan selalu bersamaku?"
"Tidak!" sahut sang isteri. "Hidup ini begitu indah! Saat kau
meninggal, akupun akan menikah kembali!"
Perasaan sang rajapun hampa dan membeku.
Beberapa saat kemudian, sang raja bertanya pada isteri
keduanya, " Selama ini, bila aku membutuhkanmu, kau selalu ada untukku. Jika nanti aku meninggal,
apakah kau akan mengikuti dan terus disampingku

"Maafkan aku, untuk kali ini aku tidak bisa memenuhi
permintaaanmu!" jawab isteri keduanya. "Yang bisa aku lakukan, hanyalah
ikut
menemanimu menuju pemakamanmu."

kiriman dari kawan

*******************************************************

Rahasia umur manusia Intermezo & renungan buat hari ini......... ..


Di awal zaman, Tuhan menciptakan seekor sapi.
Tuhan berkata kepada sang sapi Hari ini kuciptakan kau Sebagai sapi engkau harus pergi ke padang rumput.
Kau harus bekerja dibawah terik matahari sepanjang hari.
Kutetapkan umurmu sekitar 50 tahun.
Sang Sapi keberatan Kehidupanku akan sangat berat selama 50 tahun. Kiranya 20 tahun cukuplah buatku. Kukembalikan kepadamu yang 30 tahun . Maka setujulah Tuhan.
Di hari kedua, Tuhan menciptakan monyet. Hai monyet, hiburlah manusia.Aku berikan kau umur 20 tahun! Sang monyet menjawab "What? Menghibur mereka dan membuat mereka tertawa? 10 tahun cukuplah. Kukembalikan 10 tahun padamu" Maka setujulah Tuhan.
Di hari ketiga, Tuhan menciptakan anjing. Apa yang harus kau lakukan adalah menjaga pintu rumah majikanmu. Setiap orang mendekat kau harus
menggongongnya. Untuk itu kuberikan hidupmu selama 20 tahun Sang anjing menolak : "Menjaga pintu sepanjang hari selama 20 tahun ? No way.! Kukembalikan 10 tahun padamu".Maka setujulah
Tuhan.
Di hari keempat, Tuhan menciptakan manusia. Sabda Tuhan: "Tugasmu adalah makan, tidur, dan bersenang-senang. Inilah kehidupan. Kau akan menikmatinya. Akan kuberikan engkau umur sepanjang 25 tahun! Sang manusia keberatan,katanya "Menikmati kehidupan
selama 25 tahun?Itu terlalu pendek Tuhan.
Let's make a deal. Karena sapi mengembalikan 30 tahun usianya, lalu anjing mengembalikan 10 tahun, dan monyet mengembalikan 10 tahun usianya padamu, berikanlah semuanya itu padaku. Semua itu akan menambah masa hidupku menjadi 75 tahun. Setuju ?" Maka setujulah Tuhan. AKIBATNYA... ......... ......... ......... Pada 25 tahun pertama kehidupan sebagai manusia dijalankan kita makan,tidur dan bersenang-senang 30 tahun berikutnya menjalankan kehidupan layaknya seekor sapi kita harus bekerja keras sepanjang hari untuk menopang keluarga kita 10 tahun kemudian kita menghibur dan membuat cucu kita tertawa dengan berperan sebagai monyet yang menghibur. Dan 10 tahun berikutnya kita tinggal di rumah, duduk didepan pintu, dan menggonggong kepada orang yang lewat Uhuk, uhuk (batuk)... Eh, Ntong, mo kemane lo? #@*?*
Nah......... .apa komentar anda !

Pohon, Daun dan Angin
Jika Kau menginginkan cinta dari seseorang, tunjukkan cintamu. Cinta tidak membutuhkan keraguan, Tunjukan saja!!

POHON

Alasan mengapa orang-orang memanggilku Pohon karena aku sangat baik dalam menggambar pohon. Setelah itu, aku selalu menggunakan gambar pohon pada sisi kanan sebagai trademark pada semua lukisanku. Aku telah berpacaran sebanyak 5 orang wanita ketika aku masih di SMA.
Ada satu wanita yang aku sangat aku cintai, tapi aku tidak punya keberanian untuk mengatakannya. Dia tidak memiliki wajah yang cantik, tubuh yang sexy, dsb, dia sangat peduli dengan orang lain dan religius tapi dia hanya wanita biasa saja.
Aku menyukainya, sangat menyukainya, menyukai gayanya yang innocent dan apa adanya, kemandiriannya, aku menyukai kepandaiannya dan kekuatannya. Alasan aku tidak mengajaknya kencan karena aku merasa dia yang sangat biasa dan tidak serasi untukku. Aku juga takut, jika kami bersama semua perasaan yang indah ini akan hilang. Aku juga takut kalau gosip-gosip yang ada akan menyakitinya. Aku merasa dia adalah sahabatku dan aku akan memilikinya tiada batasnya dan aku tidak harus memberikan semuanya hanya untuk dia.
Alasan yang terakhir, membuat dia menemaniku dalam berbagai pergumulan selama 3 tahun ini. Dia tahu aku mengejar gadis-gadis lain, dan aku telah membuatnya menangis selama 3 tahun.
Ketika aku mencium pacarku yang kedua, dan terlihat olehnya. Dia hanya tersenyum dengan berwajah merah dan berkata lanjutkan saja dan setelah itu pergi meninggalkan kami. Esoknya, matanya bengkak.. dan merah... Aku sengaja tidak mau memikirkan apa yang menyebabkannya menangis, but...
Aku tertawa dengannya seharian. Ketika semuanya telah pulang, dia sendirian di kelas untuk menangis. Dia tidak tahu bahwa aku kembali dari latihan sepak bola untuk mengambil sesuatu di kelas, dan aku melihatnya menangis selama sejam-an.
Pacarku yang ke-4 tidak menyukainya. Pernah sekali mereka berdua perang dingin, aku tahu bukan sifatnya untuk memulai perang dingin. Tapi aku masih tetap bersama pacarku. Aku berteriak padanya dan matanya penuh dengan air mata sedih dan kaget. Aku tidak memikirkan perasaannya dan pergi meninggalkannya bersama pacarku. Esoknya masih tertawa dan bercanda denganku seperti tidak ada yang terjadi sebelumnya. Aku tahu bahwa dia sangat sedih dan kecewa tapi dia tidak tahu bahwa sakit hatiku sama buruknya dengan dia, aku juga sedih.
Ketika aku putus dengan pacarku yang ke 5, aku mengajaknya pergi. Setelah kencan satu hari itu, aku mengatakan bahwa ada sesuatu yang ingin kukatakan padanya. Dia mengatakan bahwa kebetulan sekali bahwa dia juga ada sesuatu yang ingin dia katakan padaku. Aku cerita padanya tentang putusnya aku dengan pacarku dan dia berkata tentang dia sedang memulai suatu hubungan dengan seseorang. Aku tahu pria itu.
Dia sering mengejarnya selama ini. Pria yang baik, penuh energi dan menarik. Aku tak bisa memperlihatkan betapa sakit hatinya aku, tapi hanya bisa tersenyum dan mengucapkan selamat padanya. Ketika aku sampai di rumah, sakit hatiku bertambah kuat dan aku tidak dapat menahannya. Seperti ada batu yang sangat berat didadaku. Aku tak bisa bernapas dan ingin berteriak namun tidak bisa.
Air mata mengalir dan aku jatuh menangis. Sudah sering aku melihatnya menangis untuk pria yang mengacuhkan kehadirannya. Ketika upacara kelulusan, aku membaca SMS di Handphoneku. SMS itu dikirim 10 hari yang lalu ketika aku sedih dan menangis. SMS itu berbunyi, Daun terbang karena Angin bertiup atau karena Pohon tidak memintanya untuk tinggal?.

DAUN

Selama SMA, aku suka mengoleksi daun-daun, kenapa? Karena aku merasa bahwa daun untuk meninggalkan pohon yang selama ini ditinggali selama ini membutuhkan banyak kekuatan.

Selama 3 tahun di SMA, aku dekat dengan seorang pria, bukan sebagai pacar tapi Sahabat. Tapi ketika dia mempunyai pacar untuk yang pertama kalinya, Aku mempelajari sebuah perasaan yang belum pernah aku pelajari sebelumnya - CEMBURU. Perasaan di hati ini tidak bisa digambarkan dengan menggunakan Lemon. Hal itu seperti 100 butir lemon busuk. Mereka hanya bersama selama 2 bulan. Ketika mereka putus, aku menyembunyikan perasaan yang luar biasa gembiranya. Tapi sebulan kemudian dia bersama seorang gadis lagi.
Aku menyukainya dan aku tahu bahwa dia juga menyukaiku, but mengapa dia tidak mau mengatakannya? Sejak dia mencintaiku, mengapa dia tidak yang memulainya dulu untuk melangkah? Ketika dia punya pacar baru lagi, hatiku selalu sakit. Waktu berjalan.. dan berjalan, hatiku sakit..
Aku mulai mengira bahwa ini adalah cinta yang bertepuk sebelah tangan, tapi mengapa dia memperlakukanku dengan sangat baik diluar perlakuannya hanya untuk seorang teman?
Menyukai seseorang sangat menyusahkan hati, aku tahu kesukaannya, kebiasaannya. Tapi perasaannya kepadaku tidak pernah bisa diketahui. Kau tidak mengharapkan aku seorang wanita untuk mengatakannya bukan?
Diluar itu, aku mau tetap disampingnya, memberikannya perhatian, menemaninya, dan mencintainya. Berharap, bahwa suatu hari, dia akan datang dan mencintaiku. Hal itu seperti menunggu telpon-nya. Setiap malam, mengharapkannya untuk mengirimku SMS. Aku tahu sesibuk apapun dia, dia pasti meluangkan waktunya untukku. Karena itu, aku menunggunya. 3 tahun cukup berat untuk kulalui dan aku mau menyerah.
Kadang aku berpikir untuk tatap menunggu. Luka dan Sakit hati, dan dilema yang menemaniku selama 3 tahun ini.
Ketika diakhir tahun ke 3, seorang pria mengejarku dia adalah adik kelasku, setiap hari dia mengejarku tanpa lelah. Dari penolakan-penolakan yang telah ditunjukkan, aku merasa bahwa aku ingin memberikan dia ruang kecil dihatiku.
Dia seperti angin yang hangat dan lembut, mencoba meniup daun untuk terbang dari pohon. Akhirnya, aku sadar bahwa aku tidak ingin memberikan Angin ini ruang yang kecil di hatiku. Aku tahu Angin ini akan membawa pergi Daun yang lusuh jauh dan ketempat yang lebih baik. Akhirnya Aku meninggalkan Pohon, tapi Pohon hanya tersenyum dan tidak memintaku untuk tinggal, aku sangat sedih memandangnya tersenyum ke arahku.
Daun terbang karena Angin bertiup atau Pohon tidak memintanya untuk tinggal

ANGIN

Karena aku menyukai seorang gadis bernama Daun, karena dia sangat bergantung pada Pohon, jadi aku harus menjadi Angin yang kuat.
Angin akan meniup Daun terbang jauh. Ketika aku pertama kalinya, ketika 1 bulan setelah aku pindah sekolah. Aku melihat seorang memperhatikan kami bermain sepak bola. Ketika itu, dia selalu duduk disana sendirian atau dengan teman-temannya memperhatikan Pohon. Ketika Pohon berbicara dengan gadis-gadis, ada cemburu di matanya. Ketika Pohon melihat ke arah Daun, ada senyum di matanya.
Memperhatikannya menjadi kebiasaanku, seperti daun yang suka melihat Pohon. Satu hari, dia tidak tampak, aku merasakan kehilangan. Seniorku juga tidak ada saat itu, Aku pergi ke kelas mereka, melihat seniorku sedang memperhatikan Daun. Air mata mengalir di mata Daun ketika Pohon pergi, besoknya, aku melihat Daun di tempatnya yang biasa, memperhatikan Pohon. Aku melangkah dan tersenyum padanya. Menulis catatan dan memberikan kepadanya. Dia sangat kaget.
Dia melihat ke arahku, tersenyum dan menerima catatanku. Besoknya, dia datang, menghampiriku dan memberiku catatan. Hati Daun sangat kuat dan Angin tidak bisa meniupnya pergi, hal itu karena Daun tidak mau meninggalkan Pohon. Aku melihat ke arahnya dengan kata-kata tersebut dan pelan dia mulai berkata padaku dan menerima kehadiranku dan telpon-ku. Aku tahu orang yang dia cintai bukan aku, tapi aku akan berusaha agar suatu hari dia menyukai aku.
Selama 4 bulan, Aku tlah mengucapkan kata Cinta tidak kurang dari 20x kepadanya. Setiap kali dia mengalihkan pembicaraan.. tapi aku tidak menyerah, aku memutuskan untuk memiliki dia dan berharap dia akan setuju menjadi pacarku.
Aku bertanya, Apa yang kau lakukan? Kenapa kau tidak pernah membalas?
Dia berkata, Aku menengadahkan kepalaku.
Ah?, Aku tidak percaya apa yang aku dengar.
Aku menengadahkan kepalaku, dia berteriak.
Aku meletakkan telpon, berpakaian dan naik taxi ke tempat dia, dan dia membuka pintu, aku memeluknya kuat-kuat.
Daun terbang karena tiupan Angin atau karena Pohon tidak memintanya untuk tinggal.
Setiap orang mempunyai masalah - masalah sendiri, kadangkala kita berpikir kita tidak seberuntung orang lain tetapi sebenarnya masalah yang kita hadapi sebenarnya sama tergantung bagaimana kita bersikap menghadapi dan memecahkan masalah dengan tidak berputus asa.
Don't Worry Be Happy....... .......

DETIK.COM