Jumat, Maret 13, 2009

SHOHIBUR ROTHIB AL-HADDAD




Al-HABIB AL-IMAM ABDULLAH BIN ALWI AL-HADDAD



Al Imam Al-Alamah As-Sayid Abdullah bin Alwi Al-Hadad Al-Alawi Al-Husaini atau lebih akrab dipanggil Habib Abdullah Al-Hadad dilahirkan ke dunia pada pada tanggal 5 Shafar 1044 H di Subair, pinggiran kota Tarim, sebuah kota terkenal di Hadhramaut, Yaman. Beliau bermadzhab Syafi‘i. Nasabnya bersambung sampai kepada Sayidina Ali bin Abi Thalib kwh, suami Fatimah binti Rasulullah Saw. Ayahnya, Habib Alwi bin Muhammad adalah seorang yang saleh dari keturunan orang-orang saleh. Di masa mudanya beliau pernah berkunjung ke kediaman Habib Ahmad bin Muhammad Al-Habsyi Shôhibusy Syi‘ib untuk memohon doa, Habib Ahmad berkata, “Anak-anakmu adalah anak-anak kami juga, mereka diberkahi Allah.” Saat itu Habib Alwi tidak mengerti maksud ucapan Habib Ahmad. Namun, setelah menikahi Salma, cucu dari Habib Ahmad bin Muhammad, Habib Alwi baru sadar bahwa rupanya perkawinan ini yang diisyaratkan oleh Habib Ahmad bin Muhammad dalam ucapannya. Sebagaimana suaminya, Salma adalah seorang wanita yang sholihah. Dari istrinya ini, Habib Alwi mendapat putra-putri yang baik dan saleh, di antaranya adalah Abdullah Al-hadad.
Ketika Abdullah berusia 4 tahun, ia terserang penyakit cacar. Demikian hebat penyakit itu hingga menyebabkan kedua mata Abdullah menjadi buta. Namun, musibah ini sama sekali tidak mengurangi kegigihannya dalam menuntut ilmu. Ia berhasil menghafal Al-Qur’an dan menguasai berbagai ilmu agama seperti buku-buku karangan Imam Al-Ghozali ketika masih kanak-kanak. Rupanya Allah berkenan menggantikan penglihatan lahirnya dengan penglihatan batin, sehingga kemampuan menghafal dan daya pemahamannya sangat mengagumkan. Abdullah sejak kecil gemar beribadah dan riyâdhoh. Nenek dan kedua orang tuanya seringkali tidak tega menyaksikan anaknya yang buta ini melakukan berbagai ibadah dan riyâdhoh. Mereka menasihati agar ia berhenti menyiksa diri. Demi menjaga perasaan keluarganya, si kecil Abdullah pun mengurangi ibadah dan riyâdhoh yang sesungguhnya amat ia gemari. Ia pun kini memiliki lebih banyak waktu untuk bermain-main dengan teman-teman sebayanya. “Subhânallôh, sungguh indah masa kanak-kanak...,” kenang beliau suatu hari.
Di kota Tarim, Abdullah tumbuh dewasa. Bekas-bekas cacar tidak tampak lagi di wajahnya. Beliau berperawakan tinggi, berdada bidang, berkulit putih, dan berwibawa. Tutur bahasanya menarik, sarat dengan mutiara ilmu dan nasihat berharga. Beliau sangat gemar menuntut ilmu. Kegemarannya ini membuatnya sering melakukan perjalanan untuk menemui kaum ulama. Habib Abdullah Al-Hadad ra berkata, “Apa kalian kira aku mencapai ini dengan santai? Tidak tahukah kalian bahwa aku berkeliling ke seluruh kota-kota (di Hadramaut) untuk menjumpai kaum sholihin, menuntut ilmu dan mengambil berkah dari mereka?” Beliau juga sangat giat dalam mengajarkan ilmu dan mendidik murid-muridnya. Banyak penuntut ilmu datang untuk belajar kepadanya. Suatu hari beliau berkata, “Dahulu aku menuntut ilmu dari semua orang, kini semua orang menuntut ilmu dariku.” “Andaikan penghuni zaman ini mau belajar dariku, tentu akan kutulis banyak buku mengenai makna ayat-ayat Qu’ran. Namun, di hatiku ada beberapa ilmu yang tak kutemukan orang yang mau menimbanya.” Habib Abdullah mengamati bahwa kemajuan zaman justru membuat orang-orang saleh menyembunyikan diri; membuat mereka lebih senang menyibukkan diri dengan Allah. “Zaman dahulu keadaannya terbalik. “Dagangan” kaum sholihin dibutuhkan masyarakat, oleh karena itu mereka menampakkan diri. Zaman ini telah rusak, masyarakat tidak membutuhkan “dagangan” mereka, karena itu mereka pun enggan menampakkan diri,” papar beliau. Beliau sangat menyayangi kaum fakir miskin. “Andaikan aku kuasa dan mampu, tentu akan kupenuhi kebutuhan semua kaum fakir miskin. Sebab pada awalnya, agama ini ditegakkan oleh orang-orang mukmin yang lemah.” Beliau juga berkata, “Dengan sesuap (makanan) tertolaklah berbagai bencana.” Beliau gemar berdakwah, baik dengan lisan maupun tulisan, kemudian mencontohkannya dalam amal perbuatan. Kegemarannya berdakwah menyebabkan ia banyak bergaul dan melakukan perjalanan. “Sesungguhnya aku tidak ingin bercakap-cakap dengan masyarakat, aku juga tidak menyukai pembicaraan mereka, dan tidak peduli kepada siapa pun dari mereka. Sudah menjadi tabiat dan watakku bahwa aku tidak menyukai kemegahan dan kemasyhuran. Aku lebih suka berkelana di gurun Sahara. Itulah keinginanku; itulah yang kudambakan. Namun, aku menahan diri tidak melaksanakan keinginanku agar masyarakat dapat mengambil manfaat dariku.” Keaktifannya dalam mendidik dan berdakwah membuatnya digelari Quthbud Da’wah wal Irsyâd. Beliau berkata, “Ajaklah orang awam kepada syariat dengan bahasa syariat; ajaklah ahli syariat kepada tarekat (thorîqoh) dengan bahasa tarekat; ajaklah ahli tarekat kepada hakikat (haqîqoh) dengan bahasa hakikat; ajaklah ahli hakikat kepada Al-Haq dengan bahasa Al-Haq, dan ajaklah ahlul haq kepada Al-Haq dengan bahasa Al-Haq.”
Dalam kehidupannya, beliau juga sering mendapat gangguan dari masyarakat lingkungannya. “Kebanyakan orang jika tertimpa musibah penyakit atau lainnya, mereka tabah dan sabar; sadar bahwa itu adalah qodho dan qodar Allah. Tetapi jika diganggu orang, mereka sangat marah. Mereka lupa, bahwa gangguan-ganguan itu sebenarnya juga merupakan qodho dan qodar Allah, mereka lupa bahwa sesungguhnya Allah hendak menguji dan menyucikan jiwa mereka. Nabi saw bersabda, “Besarnya pahala tergantung pada beratnya ujian. Jika Allah mencintai suatu kaum, Ia akan menguji mereka. Barang siapa ridho, ia akan memperoleh keridhoan-Nya; barang siapa tidak ridho, Allah akan murka kepadanya.” Habib Abdullah mengetahui bahwa ada beberapa orang yang memakan hidangannya, tetapi juga memakinya. “Perbuatan mereka tidak mempengaruhi sikapku. Aku tidak marah kepada mereka, bahkan mereka kudo’akan.” Habib Abdullah tidak pernah menyakiti hati orang lain, apabila beliau terpaksa harus bersikap tegas, beliau kemudian segera menghibur dan memberikan hadiah kepada orang yang ditegurnya. “Aku tak pernah melewatkan pagi dan sore dalam keadaan benci atau iri pada seseorang,” kata Habib Abdullah. Beliau lebih suka berpegang pada hadist Nabi saw: “Orang beriman yang bergaul dengan masyarakat dan sabar menanggung gangguannya, lebih baik daripada orang yang tidak bergaul dengan masyarakat dan tidak pula sabar menghadapi gangguannya.”

Beliau menulis dalam syairnya:

Bila Allah mengujimu, bersabarlah
karena itu hak-Nya atas dirimu.
Dan bila Ia memberimu nikmat, bersyukurlah.
Siapa pun mengenal dunia, pasti akan yakin
bahwa dunia tak syak lagi
adalah tempat kesengsaraan dan kesulitan.

Al-Habib Abdullah tidak menyukai kemasyhuran atau kemegahan, beliau juga tidak suka dipuji. “Banyak orang membuat syair-syair untuk memujiku. Sesungguhnya aku hendak mencegah mereka, tetapi aku khawatir tidak ikhlas dalam berbuat demikian. Jadi, kubiarkan mereka berbuat sekehendaknya. Dalam hal ini aku lebih suka meneladani Nabi saw, karena beliau pun tidak melarang ketika sahabatnya membacakan syair-syair pujian kepadanya.” Suatu hari beliau berkata kepada orang yang melantunkan qoshidah pujian untuk beliau, “Aku tidak keberatan dengan semua pujian ini. Yang ada padaku telah kucurahkan ke dalam samudra Muhammad Saw. Sebab, beliau adalah manusia yang paling utama, dan beliaulah manusia yang berhak menerima semua pujian. Jadi, jika sepeninggal beliau ada manusia yang layak dipuji, maka sesungguhnya pujian itu kembali kepadanya. Adapun setan, ia adalah sumber segala keburukan dan kehinaan. Karena itu setiap kecaman dan celaan terhadap keburukan akan terpulang kepadanya, sebab setanlah penyebab pertama terjadinya keburukan dan kehinaan.” Beliau tak pernah bergantung pada makhluk dan selalu mencukupkan diri hanya dengan Allah. “Dalam segala hal aku selalu mencukupkan diri dengan kemurahan dan karunia Allah. Aku selalu menerima nafkah dari khazanah kedermawanan-Nya.” Beliau juga berkata, “Aku tidak melihat ada yang benar-benar memberi, selain Allah. Jika ada seseorang memberiku sesuatu, kebaikannya itu tidak meninggikan kedudukannya di sisiku, karena aku menganggap orang itu hanyalah perantara saja.”

Karya dan Kata Mutiara


Meski buta dan sangat sibuk berdakwah, beliau masih sempat menulis buku-buku berikut:
01. An-Nashôihud Dîniyyah
02. Ad-Da’watut Tâmmah
03. Risâlatul Mu’âwanah
04. Al-Fushûlul ‘Ilmiyyah
05. Sabîlul Iddikâr
06. Risâlatul Mudzâkarah
07. Risâlatul Murîd
08. Kitâbul Hikam
09. An-Nafâisul Uluwiyyah
10. Ithâfus Sâil

Karya-karya beliau sarat dengan inti sari ilmu syariat, adab Islami dan tarekat, penjabaran ilmu hakikat, mengg unakan ibarat yang jelas dan tata bahasa yang memikat. Semuanya ditulis dengan bahasa yang mudah dipahami. Berisi ajaran tasawuf murni. “Aku mencoba menyusunnya dengan ungkapan yang mudah, supaya dekat dengan pemahaman masyarakat, lalu kugunakan kata-kata yang ringan, supaya segera dapat dipahami dan mudah dimengerti oleh kaum khusus maupun awam.” Beliau selalu bersungguh-sungguh dalam beribadah. Senantiasa menyertakan amal di samping ilmunya. Pada masa bidâyah-nya (permulaannya ) setiap malam beliau mengunjungi seluruh Masjid di kota Tarim untuk beribadah. Salah seorang yang tinggal berdampingan dengan Masjid tempat beliau ra biasa shalat mengatakan, “Setiap malam, ketika penduduk kota ini telah lelap dalam tidurnya, aku selalu mendapati beliau berjalan ke Masjid.” Sahabat beliau menceritakan, “Suatu hari aku berziarah bersama beliau ke makam Nabiyullôh Hud as. Malam itu seekor kalajengking menyengatku sehingga aku terjaga semalaman. Aku amati malam itu beliau tidak tidur, asyik beribadah sepanjang malam. Waktu kutanyakan hal itu, beliau menjawab bahwa telah tiga puluh tahun lamanya beliau berbuat demikian. Meskipun Habib Abdullah amat gemar beribadah, beliau tidak suka menceritakan atau memperlihatkan amalnya, kecua li bila keadaan sangat memaksa dan ia ingin agar amal salehnya itu diteladani. Beliau berkata, “Aku sengaja tidak memperlihatkan amal ibadahku, meskipun, alhamdulillâh, aku tidak khawatir terkena riya`. Akan tetapi, sebagaimana dikatakan oleh Ash-Shiddîq (Nabi Yusuf as): “Aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena nafsu itu selalu mengajak berbuat kejahatan...” Seseorang pernah menggambarkan kedudukan beliau dalam dunia tasawuf dengan ungkapan yang indah, yaitu: Dalam dunia tasawuf Imam Al-Ghazali ibarat pemintal kain, Imam Sya’roni ibarat tukang potong dan Sayid Abdullah bin Alwi Al-Haddad adalah penjahitnya.” Penganut Madzhab Syafi‘i, khususnya di Yaman, berkeyakinan bahwa Habib Abdullah Al-Haddad adalah mujaddid (pembaharu) abad 11 H, pendapat ini difatwakan oleh Ibnu Ziyad, seorang ahli fiqih terkemuka di Yaman yang fatwa-fatwanya disejajarkan dengan tokoh-tokoh fiqih seperti Imam Ibnu Hajar dan Imam Ramli. Beliau ra merumuskan bacaan dzikir yang dinamainya wirid Al-Lathîf. Wirid ini telah tersebar hampir ke seluruh penjuru Dunia: Mekah, Madinah, Hijaz, Afrika, Indonesia, Malaysia, Eropa, Amerika dan lain-lain. Di Indonesia, wirid ini nyaris menjadi bacaan yang diwajibkan oleh guru-guru pesantren. Ti dak sedikit dari mereka yang enggan beranjak dari tempat duduknya setelah salat Subuh, sebelum menyelesaikan wirid ini. Wirid ini hampir menjadi bacaan resmi umat Islam di pagi hari. Wiridnya yang lain, yang juga tak kalah masyhurnya, adalah Ratib Al-Haddad.
Demikianlah
Habib Abdullah Al-Haddad menghabiskan umurnya. Beliau menuntut ilmu dan mengajarkan; berdakwah dan mencontohkan. Sampai akhirnya pada Selasa sore, 7 Dzulqaidah 1132 H di kota Tarim ini juga, beliau ra kembali menghadap Yang Kuasa, meninggalkan banyak murid, karya dan nama harum di dunia. Di kota itu pula, di pemakaman Zanbal, beliau ra dimakamkan. Semoga Allah memberinya kedudukan yang mulia di sisi-Nya dan memberi kita manfaat yang banyak dari ilmu-ilmunya.



Daftar Kepustakaan:
. Musthofa Hasan Badawi, Al-Imâmul Haddâd
Mujaddidul Qornits Tsâni ‘Asyar Al-Hijriy, Darul Hawi,
Cet. I 1994.
• Habib Alwi bin Ahmad Al-Haddad, Syarh Ratib
Haddad, pustaka National Pte Ltd, Singapura,
1414 H/1993 M.
• Kata pengantar Mantan Mufti Mesir Hasanayn
Muhammad Makhluf dalam An-Nashôihud Dîniyyah.
• Ali Baa Shibrin, Ghôyatu Talkhîsil Murâd min Fatâwâ
Ibnu Ziyad, Dar Al-Fikr.A

Kamis, Maret 12, 2009

Manaqib Ahlul Bait S.A.W

Al-Imam Al-Faqih Al-Muqaddam Muhammad bin Ali Ba’alawy bin Muhammad Shohib Mirbath bin Ali Khali' Qasam


Al-Imam Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ali khali Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad bin Isa bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi bin Ja’far As-Shodiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husein bin Ali Thalib, Ibnu Al-Batul Fathimah binti Rasulullah SAW, dikenal dengan Al-Ustadz Al-A’Zham Al-Faqih Al-Muqaddam.
Beliau adalah al-'arif billah, seorang ulama besar, pemuka para imam dan guru, suri tauladan bagi al-'arifin, penunjuk jalan bagi as-salikin, seorang qutub yang agung, imam bagi Thariqah Alawiyyah, seorang yang mendapatkan kewalian rabbani dan karomah yang luar biasa, seorang yang mempunyai jiwa yang bersih dan perjalanan hidupnya terukir dengan indah.
Beliau adalah seorang yang diberikan keistimewaan oleh Allah SWT, sehingga beliau mampu menyingkap rahasia ayat-ayat-Nya. Ditambah lagi Allah memberikannya kemampuan untuk menguasai berbagai macam ilmu, baik yang dhohir ataupun yang bathin.
Beliau adalah bapak dari semua keluarga Alawiyyin, keindahan kaum Muslimin dan agama Islam, batinnya selalu dalam kejernihan yang ma’qul dan penghimpun kebenaran yang manqul, mustanbituhl furu’ minal ushul, perumus cabang-cabang hukum Syara’, yang digali dari pokok-pokok ilmu fiqh, Syaikh syuyukhis syari’ah ( maha guru ilmu syari’ah), imamul ahlil hakikat (pemimpin para ahli hakikat), sayidul thoifah ashashufiyah (penguhulu kaum sufi), murakidz dairatul wilayah ar-rabbaniyah, Qudwatul ulama al-Muhaqqiqin (panutan para ulama ahli ilmu hakikat), tajul a’imah al-arifin (mahkota para imam ahli ma’rifat), jamiul kamalat (yang terhimpun padanya semua kesempurnaan)
Imam Muhammad bin Ali adalah penutup para wali yang mewarisi maqom Rasulullah SAW, yaitu maqom qutbiyah Al-Kubro (wali quthub besar).
Beliau lahir tahun di kota Tarim, hafal Al-Qur’an, menguasai makna yang tersurat maupun yang tersirat dari Al-Qur’an. Beliau dilahirkan pada tahun 574 H. Beliau mengambil ilmu dari para ulama besar di jamannya. Di antaranya adalah Al-Imam Al-Allamah Al-Faqih Abul Hasan Ali bin Ahmad bin Salim Marwan Al-Hadhrami At-Tarimi. Al-Imam Abul Hasan ini adalah seorang guru yang agung, pemuka para ulama besar di kota Tarim. Selain itu beliau (Al-Faqih Al-Muqaddam) juga mengambil ilmu dari Al-Faqih Asy-Syeikh Salim bin Fadhl dan belajar fiqh Syafi’I kepada Al-Imam Al-Faqih Abdullah bin Abdurrahman bin Abu Ubaid (pengarang kitab Al-Ikmal Ala At-Tanbih). Gurunya itu, yakni Al-Imam Syaikh Abdullah bin AbdurrahmanBa’abid , tidak memulai pelajaran kecuali kalau Al-Faqih Al-Muqaddam sudah hadir. Selain itu beliau (Al-Fagih Al-Muqaddam) juga mengambil ilmu dari beberapa ulama besar lainnya, diantaranya Al-Qadhi Al-Faqih Ahmad bin Muhammad Ba'isa, Al-Imam Muhammad bin Ahmad bin Abul Hubbi, Asy-Syeikh Sufyan Al-Yamani, As-Sayyid Al-Imam Al-Hafidz Ali bin Muhammad bin Jadid, As-Sayyid Al-Imam Salim bin Bashri, Asy-Syeikh Muhammad bin Ali Al-Khatib, Asy-Syeikh As-Sayyid Alwi bin Muhammad Shohib Mirbath (paman beliau) dan masih banyak lagi.
Dalam mengambil sanad keilmuan dan thariqahnya, beliau mengambil dari dua jalur sekaligus. Jalur pertama adalah beliau mengambil dari orangtua dan pamannya, orangtua dan pamannya mengambil dari kakeknya, dan terus sambung-menyambung dan akhirnya sampai kepada Rasulullah SAW. Adapun jalur yang kedua, beliau mengambil dari seorang ulama besar dan pemuka ahli sufi, yaitu Sayyidina Asy-Syeikh Abu Madyan Syu'aib, melalui dua orang murid Asy-Syeikh Abu Madyan, yaitu Abdurrahman Al-Maq'ad Al-Maghrobi dan Abdullah Ash-Sholeh Al-Maghrobi. Kemudian Asy-Syeikh Abu Madyan mengambil dari gurunya, gurunya mengambil dari gurunya, dan terus sambung-menyambung dan akhirnya sampai kepada Rasulullah SAW.
Di masa-masa awal pertumbuhannya, beliau menjalaninya dengan penuh kesungguhan dan mencari segala hal yang dapat mendekatkan diri kepada Allah. Beliau berpegang teguh pada Kitab Allah dan Sunnah Rasulullah, serta mengikuti jejak-jejak para Sahabat Nabi dan para Salafus Sholeh. Beliau ber-mujahadah dengan keras dalam mendidik akhlaknya dan menghiasinya dengan adab-adab yang sesuai dengan syariah.
Beliau juga giat dalam menuntut ilmu, sehingga mengungguli ulama-ulama di jamannya dalam penguasaan berbagai macam ilmu. Para ulama di jamannya pun mengakui akan ketinggian dan penguasaannya dalam berbagai macam ilmu. Mereka juga mengakui kesempurnaan yang ada pada diri beliau untuk menyandang sebagai imam di jamannya.
Mujahadah beliau di masa-masa awal pertumbuhannya bagaikan mujahadahnya orang-orang yang sudah mencapai maqam al-'arif billah. Allah-lah yang mengaruniai kekuatan dan keyakinan di dalam diri beliau. Allah-lah juga yang mengaruniai beliau berbagai macam keistimewaan dan kekhususan yang tidak didapatkan oleh para qutub yang lainnya. Hati beliau tidak pernah kosong sedetikpun untuk selalu berhubungan dengan Allah.
Sehingga tampak pada diri beliau asrar, waridad, mawahib dan mukasyafah.
Beliau adalah seorang yang tawadhu dan menyukai ketertutupan di setiap keadaannya. Beliau pernah berkirim surat kepada seorang pemuka para ahli sufi yang bernama Asy-Syeikh Sa'ad bin Ali Adz-Dzofari. Setelah Asy-Syeikh Sa'ad membaca surat itu dan merasakan kedalaman isi suratnya, ia terkagum-kagum dan merasakan asrar dan anwar yang ada di dalamnya. Kemudian ia membalas surat tersebut, dan di akhir suratnya ia berkata, "Engkau, wahai Faqih, orang yang diberikan karunia oleh Allah yang tidak dipunyai oleh siapapun. Engkau adalah orang yang paling mengerti dengan syariah dan haqiqah, baik yang dhohir maupun yang bathin."
Berkata Al-Imam Asy-Syeikh Abdurrahman As-Saggaf tentang diri Al-Faqih Al-Muqaddam, "Aku tidak pernah melihat atau mendengar suatu kalam yang lebih kuat daripada kalamnya Al-Faqih Muhammad bin Ali, kecuali kalamnya para Nabi alaihimus salam. Kami tidak dapat mengunggulkan seorang wali pun terhadapnya (Al-Faqih Al-Muqaddam), kecuali dari golongan Sahabat Nabi, atau orang yang diberikan kelebihan melalui Hadits seperti Uwais (Al-Qarni) atau selainnya."
Beliau, Al-Faqih Al-Muqaddam, pernah berkata, "Aku terhadap masyakaratku seperti awan." Suatu hari dikisahkan bahwa beliau pernah tertinggal pada saat ziarah ke kubur Nabiyallah Hud alaihis salam. Beliau berkisah, "Pada suatu saat aku duduk di suatu tempat yang beratap tinggi. Tiba-tiba datanglah Nabiyallah Hud ke tempatku sambil membungkukkan badannya agar tak terkena atap. Lalu ia berkata kepadaku, 'Wahai Syeikh, jika engkau tidak berziarah kepadaku, maka aku akan berziarah kepadamu.'"
Dikisahkan juga bahwa pada suatu saat ketika beliau sedang duduk-duduk bersama para sahabatnya, datanglah Nabi Khidir alaihis salam menyerupai seorang badui dan diatas kepalanya terdapat kotoran. Bangunlah Al-Faqih Al-Muqaddam, lalu mengambil kotoran tersebut dari kepalanya dan kemudian memakannya. Kejadian tersebut membuat para sahabatnya terheran-heran. Akhirnya mereka bertanya, "Siapakah orang itu?." Maka Al-Faqih Al-Muqaddam menjawab, "Dia adalah Nabi Khidir alaihis salam."
Beliau, Al-Faqih Al-Muqaddam, banyak menghasilkan para ulama besar di jamannya. Beberapa ulama besar berhasil dalam didikan beliau. Yang paling terutama adalah dua orang muridnya, yaitu Asy-Syeikh Abdullah bin Muhammad 'Ibad dan Asy-Syeikh Sa'id bin Umar Balhaf. Selain keduanya, banyak juga ulama-ulama besar yang berhasil digembleng oleh beliau, diantaranya Asy-Syekh Al-Kabir Abdullah Baqushair, Asy-Syeikh Abdurrahman bin Muhammad 'Ibad, Asy-Syeikh Ali bin Muhammad Al-Khatib dan saudaranya Asy-Syeikh Ahmad, Asy-Syeikh Sa'ad bin Abdullah Akdar dan saudara-saudara sepupunya, dan masih banyak lagi.
Para Ulama Hadramaut mengakui bahwa Al-Faqih Al-Muqaddam Muhammad bin Ali adalah seorang mujtahid mutlaq. Di antara keramatnya adalah : ketika anak beliau Ahmad mengikuti Al-Faqih Al-Muqaddam ke suatu wadi di pertengahan malam, maka sesampainya di wadi tersebut beliau berdzikir dengan mengeluarkan suara, maka batu dan pohon serta mahluk yang ada di sekeliling tempat itu semuanya ikut berdzikir. Beliau dapat melihat negeri akhirat dan segala kenikmatannya hanya dengan melihat di antara kedua tangannya, dan melihat dunia dengan segala tipu dayanya melalui kedua matanya.
Di antara sikap tawadhu’nya, ia tidak mengarang kitab yang besar akan tetapi ia hanya mengarang dua buah kitab yang berisi uraian yang berisi uraian yang ringkas. Kitab tersebut berjudul : Bada’ia Ulum Al-Mukasysyafah dan ghoroib Al-Musyahadat Wal Al-Tajalliyat. Kedua kita tersebut dikirimkan kepada salah seorang gurunya Syaikh Sa’adudin bin Ali Al-Zhufari yang wafat di Sihir tahun 607 Hijriyah. Setelah melihat dan membacanya ia merasa takjub atas pemikiran dan kefasihan kalam Imam Muhammad bin Ali. Kemudian surat tersebut dibalas dengan menyebutkan di Akhir tulisan suratnya : “ Engkau wahai Imam, adalah pemberi petunjuk bagi yang membutuhkan “. Imam Muhammad bin Ali pernah ditanya tentang 300 macam masalah dari berbagai macam ilmu, maka beliau menjawab semua masalah tersebut dengan sebaik-baiknya jawaban dan terurai. Rumah beliau merupakan tempat berlindung bagi para anak yatim, kaum fakir dan para janda. Jika rumah beliau kedatangan tamu, maka ia menyambut dan menyediakan makanan yang banyak, dimana makanan tersebut tersedia hanya dengan mengangkat tangan beliau dan para tamu untuk berdo’a dan meminta kepada Allah SWT.
Imam Muhammad bin Ali Al-Faqih Al-Muqaddam berdoa untuk para keturunannya agar selalu menempuh perjalanan yang baik, jiwanya tidak dikuasai oleh kezaliman yang akan menghinakannya serta tidak ada satupun dari anak cucunya yang meninggal kecuali dalam keadaan mastur (kewalian yang tersembunyi).
Beliau seorang yang gemar bersedekah, setiap hari beliau memberi sedekah sebanyak dua ribu ratl kurma kepada yang membutuhkannya, memberdayakan tanah pertaniannya untuk kemaslahatan umum. Beliau juga menjadikan istrinya Zainab Ummul Fuqoro sebagai khalifah beliau.
Al-Imam Muhammad bin Ali Wafat tahun 653 hijriyah akhir dari bulan Dzulhijjah, dan dimakamkan di Zanbal, Tarim pada malam Jum’at akhir bulan Dzulhijjah. Beliau meninggalkan 5 orang putra, yaitu Alwi, Abdullah, Abdurrahman, Ahmad dan Ali.


Al-Imam Alwi Al-Ghuyur bin Al-Faqih Al-Muqaddam Muhammad bin Ali Ba’alawy


Beliau adalah Al-Imam Alwi bin Al-Faqih Al-Muqaddam Muhammad bin Ali bin Muhammad Shohib Mirbath bin Ali Khali' Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Al-Imam Al-Muhajir Ahmad bin Isa, dan terus bersambung nasabnya sampai Rasulullah SAW.
Beliau dijuluki dengan Al-Ghuyur (yang cemburu), yaitu yang cemburu atas namanya. Hal ini dikarenakan tidak ada seorang pun dari keluarga Bani Alawy di jaman beliau yang bernama Alwi. Jika ada seseorang yang berniat memberi nama Alwi, pasti ia akan tercegah untuk menamakan dengan nama itu, sehingga memberikan nama lain.
Beliau dilahirkan di kota Tarim dan dibesarkan disana. Beliau dididik langsung oleh ayahnya. Beliau mengambil dari ayahnya berbagai macam ilmu dan pengetahuan. Beliau juga menempuh jalan ayahnya, baik secara syariah, thariqah maupun haqiqah. Ibu beliau adalah Hababah Zainab binti Ahmad bin Muhammad Shahib Mirbath, seorang wanita yang termasuk al-'arif billah.
Beliau adalah seorang keturunan Rasul SAW yang agung, seorang yang alim dan mengamalkan ilmunya, serta seorang ahli zuhud. Beliau adalah seorang al-'arif billah, mempunyai maqam yang tinggi dan karomah yang luar biasa. Beliau banyak mendapatkan ilmu-ilmu laduniyyah dan asrar ghaibiyyah.
Beliau jika berkata terhadap sesuatu, "Kun (jadilah)," maka sesuatu itu jadi sebagaimana yang dikehendakinya dengan ijin Allah. Banyak para ulama besar dan auliya di jamannya menukilkan ucapan beliau yang berkata, "Aku berada dalam maqam Al-Junaid." Beliau dapat mendengar tasbih dari benda-benda mati.
Beliau bisa mengenali orang-orang yang ahli celaka dan yang ahli bahagia. Pada suatu hari ayahnya, Al-Faqih Al-Muqaddam, berkata kepada beliau pada saat beliau masih kecil, "Engkau dapat mengenali mana orang yang ahli celaka dan mana yang ahli bahagia. Maka lihatlah yang demikian itu di dahiku (aku termasuk yang mana)?." Lalu beliau melihatnya dan mendapatkannya sebagai orang yang termasuk ahli bahagia, kemudian beliau sampaikan hal tersebut kepada ayahnya.
Suatu saat beliau berziarah ke datuknya, Rasulullah SAW, dan di sampingnya ada Abubakar dan Umar (semoga Allah meridhoi keduanya). Beliau berkata kepada datuknya SAW, "Dimanakah kedudukanku di sisimu, wahai kakek?." Menjawab Rasulullah SAW, "Di kedua belah mataku." Lalu Rasulullah SAW bertanya kepada beliau, "Dan dimanakah kedudukanku di sisimu, wahai Syeikh Alwi?." Lantas beliau menjawab, "Di atas kepalaku." Kemudian Abubakar berkata, "Bagaimana engkau menempatkan Rasulullah demikian?. Dia menempatkanmu di kedua belah matanya, sedangkan engkau menempatkannya di atas kepalamu. Tidak ada sesuatu yang dapat menyamai kedua belah mata. Engkau harus mensyukurinya dengan bersedekah kepada para fakir miskin 100 dinar." Setelah beliau pulang, beliau pun bersedekah 100 dinar sebagai tanda syukur.
Pada saat beliau berlambat-lambat dalam menikah, berkatalah calon keturunannya dari punggungnya, "Kami telah berada di punggungmu. Cepatlah menikah. Kalau tidak, kami akan keluar dari punggungmu!." Ketika beliau telah menikah dan istrinya mengandung, berkatalah si jabang bayi dari rahim istrinya, "Aku anak sholeh. Aku hamba Sholeh."
Beliau, Al-Imam Alwi Al-ghuyur, seorang yang cepat memberikan pertolongan bagi siapa saja yang membutuhkan pertolongan. As-Sayyid Al-Allamah Al-Imam Muhammad bin Alwi Al-Khirid Ba'alawy berkata di dalam kitabnya Al-Ghurar, "Mengabarkan kepadaku Asy-Syeikh Abdurrahman bin Ali bahwa para al-'arif billah berkata, 'Ada 3 orang dari keluarga Bani Alawy yang senantiasa semangatnya terpelihara. Sifatnya yang merespon pertolongan dengan cepat selalu semakin baik dan terjaga. Seorang yang meminta pertolongan kepada mereka, selalu cepat mereka bantu. Mereka adalah Alwi Al-Ghuyur, dan anaknya yaitu Ali, serta Asy-Syeikh Umar Al-Muhdhor.' "
Ayah beliau, Al-Faqih Al-Muqaddam, memuji kepada beliau dan memberikan isyarat bahwa pada suatu saat nanti anaknya itu akan menjadi seorang wali yang agung. Banyak para ulama mengatakan bahwa sirr ayahnya pindah kepada diri beliau. Sebagian di antara mereka berkata, "Beliau pengganti dari orang-orang yang terdahulu."
Beliau menikah dengan seorang wanita yang bernama Hababah Fatimah binti Ahmad bin Alwi bin Muhammad Shahib Mirbath. Melalui istrinya tersebut, beliau dikaruniai dua orang putra, yaitu Ali dan Abdullah. Beliau wafat pada hari Jum'at, 12 Dzulqaidah 669 H. Jasad beliau disemayamkan di pekuburan Zanbal Tarim dan diletakkan di sebelah timur dari makam ayahnya.

Radhiyallohu anhu wa ardhah...
Al-Imam Ali Shahibud Dark binAlwi Al-Ghuyur bin Al-Faqih Al-Muqaddam

Al-Imam Ali Shahibud Dark - Alwi Al-Ghuyur - Al-Faqih Al-Muqaddam Muhammad - Ali Ba’alawy - Muhammad Shohib Mirbath - Ali Khali' Qasam - Alwi - Muhammad - Alwi - Ubaidillah - Ahmad Al-Muhajir - Isa Ar-Rumi - Muhammad An-Naqib - Ali Al-'Uraidhi - Ja'far Ash-Shodiq - Muhammad Al-Baqir - Ali Zainal Abidin - Husain - Fatimah Az-Zahro – Nabi Muhammad SAW

Beliau adalah Al-Imam Ali bin Alwi Al-Ghuyur bin Al-Faqih Al-Muqaddam Muhammad bin Ali bin Muhammad Shohib Mirbath bin Ali Khali' Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Al-Imam Al-Muhajir Ahmad bin Isa, dan terus bersambung nasabnya sampai Rasulullah SAW. Beliau dijuluki dengan Shahibud Dark (orang yang sampai pada maqam dapat memberikan pertolongan kepada orang lain).
Beliau adalah seorang imam, guru besar dan wali yang terkenal. Beliau adalah orang yang mahbub (dicintai) di sisi Allah. Ibu beliau adalah seorang syarifah, yaitu Sayyidah Fatimah binti Ahmad bin Alwi bin Muhammad Shahib Mirbath.
Beliau, Al-Imam Ali Shahibud Dark, adalah termasuk orang-orang yang yang diberikan kekhususan. Beliau seorang 'arif billah dan qutub. Beliau seorang yang kuat dalam ber-mujahadah dan suka menyendiri dalam ber-muwajahah kepada Allah. Diri beliau adalah merupakan sosok teladan bagi para muridin dan arifin.
Beliau dibesarkan dalam didikan ayahnya. Beliau juga sempat hidup dengan kakeknya, Al-Faqih Al-Muqaddam, ketika masih kecil. Dari keduanya, beliau mendapatkan banyak nafahat.
Suatu ketika saat berada di Mekkah, beliau berdoa kepada Allah agar diberikan seorang anak yang sholeh. Spontan setelah itu terdengar suara, "Doamu telah dikabulkan oleh Allah. Maka kembalilah engkau ke negerimu." Beliau pun kembali ke Tarim. Namun beliau masih berlambat-lambat dalam menikah. Suatu ketika beliau berada di salah satu masjid di kota Tarim sedang berdoa. Saat beliau hanyut dalam doanya dan ruhnya naik keatas langit, beliau mendapat kabar gembira dengan akan diberikannya seorang anak yang sholeh. Beliau lalu berkata, "Saya ingin melihat tandanya." Lalu beliau diberi 2 lembar kertas, sambil dikatakan kepada beliau, "Taruhlah salah satu kertas itu diatas mata seorang wanita yang berada di dekatmu, maka ia akan segera dapat melihat." Dan memang di dekat beliau ada seorang wanita yang buta. Beliau pun lalu menaruh salah satu kertas tersebut diatas matanya dan spontan wanita itu dapat melihat kembali. Beliau pun kemudian menikah dengan wanita tersebut dan memperoleh seorang anak yang sholeh yang bernama Muhammad.
Beliau, Al-Imam Ali Shahibud Dark, banyak mempunyai karomah dan keajaiban. Beliau adalah orang yang suka ber-khalwah (menyendiri) dan ber-zuhud terhadap dunia. Beliau sering berziarah ke makam Nabiyallah Hud di bulan Rajab, Sya'ban dan Ramadhan.

Muhammad bin Abu As-Su'ud pernah berkata,
"Suatu ketika beliau mendapatkan harta. Lalu aku mendengar beliau berkata, 'Ali bin Alwi dan dunia...Ya Allah, jauhkan aku darinya, atau jauhkan ia dariku.' Beliau meninggal 3 bulan setelah itu."

As-Syeikh Ibrahim bin Abu Qusyair berkata,
"Aku bermimpi bertemu dengan Asy-Syeikh Ali bin Alwi, lalu aku bertanya, 'Bagaimana Allah memperlakukanmu?. Beliau menjawab, 'Sesuatu apapun tak dapat membahayakan orang yang mahbub (dicintai).'
Beliau meninggal pada hari Rabu, 17 Rajab 709 H. Beliau meninggalkan seorang putra yang bernama Muhammad Maulad Dawilah, dan 6 putri yang masing-masing bernama Maryam, Khadijah, Zainab, Aisyah, Bahiyah dan Maniyah. Kesemuanya berasal dari seorang ibu yang bernama Fatimah bin Sa'ad Balaits.



Radhiyallohu anhu wa ardhah...

[Disarikan dari Syarh Al-Ainiyyah, Nadzm Sayyidina Al-Habib Al-Qutub Abdullah bin Alwi Alhaddad Ba'alawy, karya Al-Allamah Al-Habib Ahmad bin Zain Alhabsyi Ba'alawy]

Rabu, Maret 11, 2009

* Jadwal Maulud Agung 2009

JADWAL "MAULUD AGUNG" RASULULLAH SAW

* 22 FEBRUARI 2009 - 15:00 WIB (SORE)
"MAULID" & "HAUL AKBAR" DI MAQAM KRAMAT AL-HABIB AL-IMAM HASAN BIN MUHAMMAD AL-HADDAD,
JL. DOBO PELABUHAN PETI KEMAS TANJUNG PRIUK JAKARTA UTARA ( SHOLAT ASHAR BERJAMA'AH) - MINGGU AKHIR SHAFAR*
28 FEBRUARI 2009 - 19:30 WIB (MALAM)

"MAULID" SERTA "HAUL ALFAQIH MUQADDAM" DI HABIB ALI ZAENAL ABIDIN BIN SEGAF ASSEGAF, JL.NANGKA 3 ATAS No.9 JATIBENING 2 BEKASI -
* 01 MARET 2009 - 12:00 WIB (SIANG)
"MAULID" SERTA "HAUL" KE-DUA SAYYIDIL WALID AL-HABIB AL-IMAM ABDURRAHMAN BIN AHMAD ASSEGAF , Di MAJLIS BARKAH SAYYIDIL WALID Gg.PERKUTUT,BUKIT DURI-JAKSEL
( SHOLAT DZUHUR BERJAMA'AH )
* 03 MARET 2009 - 19:30 WIB (MALAM)
"MAULID' DI MASJID AL-BAHRI, BY PASS-KEBON NANAS, ( AL-HABIB ABDURRAHMAN BIN
ABDULLAH BIN ABDULQODIR BILFAQIH ) ; ( SHOLAT ISYA' BERJAMA'AH ) - MALAM 7 RABIUL AWAL
* 08 MARET 2009 - 09:00 WIB (PAGI)
"MAULID" & "HAUL" AL-HABIB HASAN BIN ABDULLAH BIN UMAR ASY-SYATHIRI'
DI HABIB ABDURRAHMAN BIN SYEKH BIN SALIM AL-ATTHAS, Jl.ASEM BARIS RAYA No.3, TEBET
* 08 MARET 2009 - 18:00 WIB (MALAM)
"MAULUD" DI HABIB RIZIEQ SYIHAB, PETAMBURAN III, TANAH ABANG - MALAM 12 RABIUL AWAL
* 09 MARET 2009 09:00 WIB (PAGI)
"MAULID" DI HABIB ALI BIN ABDULQADIR BIN SAHIL ( BELAKANG HOTEL IBIS SLIPI ),JAKBAR
12 RABIUL AWAL
* 09 MARET 2009 - 18:00 WIB (MALAM )
"MAULID" DI MAJLIS ANWARIL HIDAYAH ( HABIB MUCHSIN BIN ZAED AL-ATTHAS ) DI JL.M.T HARYONO CAWANG -
( LAPANGAN )SAMPING GEDUNG BNN ; (SHOLAT MAGHRIB BERJAMA'AH) - 12 RABIUL AWAL
* 12 MARET 2009 - 18:00 WIB (MALAM)
"MAULID" DI MAJLIS TA'LIM AL-ABIDIN ( HABIB AHYAD BIN ABDULLAH BIN UMAR BANAHSAN )
PONDOK BAMBU, JAKARTA TIMUR ; ( SHOLAT MAGHRIB BERJAma'ah )
* 14 MARET 2009 - 19:30 WIB (MALAM)
"MAULUD" DI HABIB SYAEIKHON BIN MUSTHOFA AL-BAHAR, JL. MANDOR DISAN '
GG. NANGKA - BINTARA JAYA, BEKASI
* 22 MARET 2009 - 15:30 WIB (SORE)
"MAULID" DI MAQAM KRAMAT AL-HABIB AHMAD BIN ALWI AL-HADDAD ( HABIB KUNCUNG )
KALIBATA-JAKSEL ; ( SHOLAT ASHAR BERJAMA"AH )
* 23 MARET 2009 - 09:00 WIB (PAGI)
"MAULID" DI PON-PES AL-KHAIROT HABIB NAGIEB BIN SYEKH ABUBAKAR, JL PENGASINAN-BEKASI TIMUR
* 23 MARET 2009 - 15:30 WIB (SENIN SORE)
"MAULID" DI JL.BULUH, CONDET-JAKTIM, DI KEDIAMAN HABIB HUSEIN BIN ALI AL-ATTHAS "
(SHOLAT ASHAR BERJAMA'AH)
* 24 MARET 2009 - 10:00 WIB (SELASA PAGI)
"HAUL" AL-HABIB ALI BIN HUSEIN AL-ATTHAS DI GANG BULUH, CONDET
* 24 MARET 2009 18:00 WIB (MALAM)
"MAULID" DI MASJID KRAMAT EMPANG BOGOR, (SHOLAT MAGHRIB BERJAMA'AH)
* 25 MARET 2009 - 09:00 WIB (PAGI)
"HAUL" AL-HABIB ABDULLAH BIN MUCHSIN AL-ATTHAS , MAQAM KRAMAT EMPANG BOGOR
* 25 MARET 2009 - 17:30 WIB (SORE)
"ZIARAH" KE MAQAM GURU BESAR AL-HABIB IMAM ALI BIN ABDURRAHMAN AL-HABSYI KWITANG
(SHOLAT MAGHRIB BERJAMA'AH)
* 25 MARET 2009 - 20:00 WIB (MALAM)
"MAULID & TABLIGH AKBAR" DI MAJLIS TA'LIM & TADZKIR AL-ANWAR (AL-HABIB MUHAMMAD BIN TAUFIQ SYAHAB ) JL. MENTENG WADAS UTARA II,Ps.MANGGIS (BELAKANG Ps.RUMPUT)
* 26 MARET 2009 - 09:00 (KAMIS PAGI)
"MAULID" DI PON-PES AL-HAROMAIN ASY SYARAFAIN ( AL-HABIB HAMID BIN ABDULLAH AL-KAAF)
JL.GANCENG PONDOK RANGOON,CIPAYUNG -JAKARTA TIMUR
* 26 MARET 2009 - 15:30 WIB (SORE)
"MAULID" AKHIR KAMIS DI MAJLIS TA'LIM AL-HABIB ALI BIN ABDURRAHMAN ALHABSYI ,KWITANG
( SHOLAT ASHAR BERJAMA'AH)
* 27 MARET 2009 - 04:30 WIB (JUM'AT SUBUH)
"MAULID"DI MAJLIS TA'LIM AL-AFAF, ( AL-HABIB ALI BIN ABDURRAHMAN ASSEGAF )
JL.TEBET UTARA IIB, JAKSEL ; (SHOLAT SUBUH BERJAMA'AH)
* 27 MARET 2009 - 09:00 WIB (PAGI)
"MAULID" DI DARUL AITAM (PANTI ASUHAN), JL M.KAHFI I No.52 A, JAGAKARSA JAKARTA SELATAN
* 28 MARET 2009 - 09:00 WIB (PAGI)
"MAULID"DI MASJID AL-HAWI, CILILITAN-JAKTIM SABTU
* 28 MARET 2009 - 12:00 WIB (SIANG)
"MAULID" DI MAJLIS ASSYALAFIYAH, ( HABIB HUB BAGIR AL-ATTHAS ), JL. OTISTA III - KEBON NANAS
( SHOLAT DZUHUR BERJAMA'AH )
* 28 MARET 2009 - 18:30 WIB (MALAM)
"MAULID" DI DALAIL KHAIRAT( HABIB MUCHSIN AL-HAMID ), KOMPLEK HANKAM CIDODOL
* 29 MARET 2009 - 10:00 WIB (PAGI)
"MAULID" DI MASJID LUAR BATANG DAN ZIARAH KE MAQAM ALHABIB AL-IMAM
HUSEIN BIN ABUBAKAR ALAYDRUS, Ps. IKAN JAKARTA UTARA
* 29 MARET 2009 - 10:00 WIB (PAGI)
"MAULID" DI CIPAYUNG BOGOR-JAWA BARAT (AL-HABIB SALIM BIN UMAR BIN HUD ALATTAS)
* 29 MARET 2009 - 15:30 WIB (SORE)
"MAULID" DI YAYASAN NUSANTARA, JL.BATU AMPAR II/37A CONDET
AL-HABIB ABDURRAHMAN MUHAMMAD ALAYDRUS, (SHOLAT ASHAR BERJAMA'AH)
* 30 MARET 2009 - 09:00 WIB (PAGI)
"MAULID" DI MASJID KRAMAT KAMPUNG BANDAN-JAKARTA UTARA
* 30 MARET 2009 - 15:30 WIB (SORE)
"MAULID" SERTA 'HAUL" AL-HABIB SALIM BIN JINDAN, JL. OTISTA RAYA - "
SEBELAH GELANGGANG JAKARTA TIMUR ; (SHOLAT ASHAR BERJAMA'AH )
* 31 MARET 2009 - 10:00 WIB (PAGI)
"MAULID" DI MASJID FUTUHAT AT-THOSIAH, BULAK KAPAL BEKASI TIMUR
( ALM. AL-HABIB ALWI BIN ABDULLAH SALIM ALATTAS)
* 02 APRIL 2009 - 12:00 WIB (SIANG)
"MAULID" DI KEDIAMAN AL-HABIB SALIM BIN THOHA AL-HADDAD, JL. DAMAI No.1 Ps. MINGGU
* 03 APRIL 2009 - 19:30 WIB (MALAM)
MAULID" DI MAJLIS TA'LIM ANNURUL KASYAAF (HABIB AHMAD BIN ALI BIN ABDURRAHMAN ASSEGAF )
JL. MUNGGUNG, BALEKAMBANG CONDET ; (SHOLAT 'ISYA BERJAMA'AH)
* 04 APRIL 2009 - 09:00 WIB (PAGI)
"MAULID" DI MAJLIS TA'LIM ANNUR, JL.OTISTA TANGERANG KOTA
( ALM. AL-HABIB HUSIN BIN ABDULLAH BIN MUKHSIN ALATTAS )
* 04 APRIL 2009 - 16:30 WIB (SORE)
"MAULID" DI MAJLIS DZIKIR SYAMSI SYUMUS (HABIB MUSTHOFA BIN ABDULLAH ALAYDRUS)
JL.TEBET TIMUR DALAM RAYA No.16 TEBET-JAKARTA SELATAN ; (SHOLAT ASHAR BERJAMA'AH)
* 05 APRIL 2009 - 09:00 WIB (PAGI)
"MAULID" DI MAJLIS TA'LIM AL-BUSYRO, CITAYAM BOGOR
* 05 APRIL 2009 - 10:00 WIB (PAGI)
"MAULID" DI CIPAYUNG BOGOR-JAWA BARAT (AL-HABIB SALIM BIN UMAR BIN HUD ALATTAS)
* 05 APRIL 2009 - 10:00 WIB (PAGI)
"MAULID" DI YAYASAN AL-FAKHRIYAH,DESA LARANGAN CILEDUG TANGERANG
(ALM. AL-HABIB NOVEL BIN SALIM BIN JINDAN)
* 10 APRIL 2009 - 18:00 WIB (MALAM)
"MAULID" DI MAJELIS BURDAH HABIB HASYIM BIN SYEKH ABUBAKAR, JL. CIKOKO JAKARTA TIMUR JUM'AT ( SHOLAT MAGHRIB BERJAMA'AH )
* 11 APRIL 2009 - 09:00 WIB (PAGI)
MAULID" DI PONPES DARUL AITAM WA DHUAFA RIYAADHUL JANNAH , JL. BULUH No.110
( AL-HABIB ALI ZAENAL ABIDIN AL-KAF)

* 12 APRIL 2009 - 09:00 WIB (PAGI)
"MAULID" DIMAJLIS TA'LIM ALKIFAHI AT-TSAQAFY, JL.SAWO KECIK, TEBET
( AL-HABIB UMAR BIN ABDURRAHMAN ASSEGAF ) -

20 RABIUL TSANI. (PAGI)
"HAUL AKBAR" AL-HABIB AL-IMAM ALI BIN MUHAMMAD AL-HABSYI (SIMTHUDDUROR), SOLO
21 RABIUL TSANI (BA'DA SUBUH)
"MAULID" DI MASJID AR-RIYADH (ALM, AL-HABIB ANIS BIN ALWI AL-HABSYI), SOLO


23 RABIUL TSANI
"HAUL" AL-HABIB AL-IMAM UMAR BIN ABDURRAHMAN AL-ATTHAS, JATI PETAMBURAN No.91

* 05 MEI 2009 - 09:00 WIB (PAGI)
"MAULID" DI MAJLIS TA'LIM HABIB THOHIR BIN UMAR ALHADDAD & "HAUL' ALHABIB UMAR ALI AL-HADDAD,
GADOG PASIR MUNCANG, KP. SITU, MEGA MENDUNG-BOGOR


NB = APABILA TERDAPAT KESALAHAN PADA JADWAL & JAM MAULID DIATAS TERSEBUT MOHON DIRALAT DAN DIBETULKAN



Al-Habib Salim Bin Hafiz Bin Syaikh Abu Bakar bin salim

Habib Salim Bin Hafiz Bin Syaikh Abu Bakar bin Salim ialah datuk kepada Habib ‘Umar bin Muhammad Bin Hafiz yang masyhur dewasa ini. Beliau lahir di Bondowoso, Pulau Jawa pada 25 Syawwal 1288H / 6 Januari 1872M. Kemudian beliau dibawa ayahandanya balik ke Kota Misythah, Hadhramaut ketika beliau berusia kira-kira 8 tahun. Beliau menerima didikan awal daripada ayahnya dan beberapa ulama di Kota Misythah antaranya dengan Mu’allim ‘Abud bin Sa’id BaSyu’aib dan Mu’allim ‘Abdullah bin Hasan BaSyu’aib. Pada 1304H, beliau meneruskan pencarian ilmunya dengan mendatangi Kota Tarim al-Ghanna. Di kota berkat ini, beliau menimba pengetahuan agama daripada para ulama di sana antaranya Mu’allim ‘Abdullah bin Ahmad BaGharib dan Habib ‘Abdur Rahman bin Muhammad al-Masyhur. Selain Kota Tarim, beliau turut mengadakan perjalanan sama ada untuk mendalami ilmunya juga untuk menyebarkan ilmu dan dakwah ke Seiwun, Du’an, al-Haramain, Zanzibar, Mombasa, India dan tidak ketinggalan tanah kelahirannya, Pulau Jawa.
Di negeri-negeri yang dikunjunginya, beliau tidak melepaskan peluang untuk mengadakan pertemuan dan menjalinkan hubungan dengan para ulama dan awliya’ yang menetap di sana. Hasil pertemuan dan hubungan ini, baik berupa wasiat, nasihat dan ijazah beliau kumpulkan dalam satu catatan yang dinamakannya “Minhah al-Ilah fil ittishal bi ba’dhi awliya”. Habib Salim terkenal sebagai seorang ulama yang bersifat khumul yang tidak suka namanya dikenali orang. Apa yang penting baginya ialah keredhaan Allah s.w.t., dan bukannya penghargaan manusia. Di akhir hayatnya, sifat khumul ini semakin terserlah bila beliau sentiasa berusaha bersungguh-sungguh untuk menyembunyikan dirinya dalam majlis-majlis umum dengan duduk di shaf yang paling belakang. Beginilah sikap beliau sehingga beliau dipanggil pulang ke rahmatUllah pada tahun 1387H di Kota Misythah. Walaupun beliau tidak meninggalkan karya ilmiyyah yang banyak, tetapi perjuangannya diteruskan zuriatnya antaranya oleh anakandanya Habib Muhammad bin Salim dan kini teruskan oleh cucu-cucunya Habib ‘Umar bin Muhammad dan Habib ‘Ali Masyhur bin Muhammad. Moga rahmat Allah sentiasa dicucuri ke atas roh beliau dan ditempatkan beliau bersama nendanya Junjungan Nabi s.a.w.




Habib Muhammad bin Salim bin Hafidz bin Abdullah bin Syaikh Abu Bakar bin Salim

Habib Muhammad bin Salim bin Hafidz bin Abdullah bin Abu Bakar bin ‘Aydrus bin ‘Umar bin ‘Aydrus bin ‘Umar bin Abu Bakar bin ‘Aydrus bin al-Husain bin Syaikh Abu Bakar bin Salim adalah seorang tokoh ulama ahlil bait kelahiran Tarim, Hadhramaut. Beliau dilahirkan dalam tahun 1332H. Selain berguru dengan ayahandanya yang terkenal alim, beliau juga turut berguru dengan Habib ‘Ali bin ‘Abdur Rahman al-Masyhur, Habib ‘Abdullah bin ‘Umar asy-Syathiri, Habib ‘Alwi bin ‘Abdullah bin Syihab dan ramai lagi ulama Hadhramaut. Beliau juga telah mengembara ke Haramain, India, Pakistan dan lain-lain tempat dengan tujuan menuntut ilmu. Akhirnya beliau kembali ke Tarim dan mendirikan majlis-majlis ta’lim di sana selain menjalankan usaha dakwah ke daerah-daerah luar. Beliau juga telah mengarang kitab-kitab antaranya “Takmilah Zubdatul Hadits fil Faraidh” dan “al-Miftah li Babin Nikah”. Atas ketinggian ilmu dan akhlak serta kewarakannya, beliau dipilih menjadi Mufti Kota Tarim al-Ghanna.
Sekalipun dilantik menjadi Mufti, beliau tetap bersikap tawadhu dan amat menghormati para gurunya dan para ulama lainnya. Hari-harinya dihabisi dengan berbagai amal ibadah dan menyampaikan ilmu, sehingga pernah dalam satu hari beliau mengendali dan hadir 16 majlis - majlis ilmu. (Allahu … Allah … lihat diri kita, satu majlis ta’lim seminggu sekali pun payah …Allahu … Allah).
Dalam menyampaikan dakwah, Habib Muhammad terkenal lantang dalam menyeru umat kepada jalan Allah dan syariatNya. Vokalnya dalam menyampaikan kebenaran tidak dapat dihalang sehingga dengan kepala diacukan pistol beliau telah menyatakan kebenaran tanpa takut dan gentar. Hal ini membuat gusar pemerintah pemberontak komunis pada waktu itu, sehingga pada bulan Dzul Hijjah 1392H tatkala beliau dan anakandanya Habib Umar yang baru berusia 9 tahun beri’tikaf dalam Masjid Jami` Tarim menunggu masuk waktu sholat Jumaat, Habib Muhammad telah dijemput oleh 2 orang polis dan dibawa ke balai yang berdekatan. Sehingga usai sholat Jumaat, Habib Muhammad tidak kembali lagi. Sejak saat itu tidak ada khabar berita mengenai beliau dan tidak diketahui samada beliau telah wafat atau masih hidup. Ramai yang percaya bahawa beliau telah dibunuh syahid oleh pemberontak komunis tersebut kerana khuatir akan pengaruh dan kelantangan beliau. Kini perjuangan dakwahnya diteruskan oleh murid-murid dan zuriat beliau, antaranya yang masyhur ialah Habib ‘Umar Bin Hafidz. Mudah-mudahan Allah melimpahkan keredhaanNya ke atas Habib Muhammad Bin Hafidz dan memberikan kepada kita sekalian keberkatan dan manfaat ilmunya.

Maulid Rasulullah SAW

MAULID RASULULLAH SAW
Maulid adalah gambaran atau biografi seseorang, sedangkan maulid Rasul adalah kelahirannya Nabi Muhammad SAW, Allah SWT berfirman : " Taatlah engkau kepada KU dan kepada Rasul ". Bagaimana kita mengenal Rasulnya Allah SWT : maka, para ulama-ulama menggambarkan pandangan mereka dengan mengutip kebesaran Rasulullah SAW dengan bentuk buku-buku mereka yang dinamai buku Maulid.
Allah SWT berfirman : "Dan pada dirimu ya Muhammad contoh tauladan yang besar ". Firman Allah tersebut menjadikan para ulama lebih kuat, mereka menginginkan apa-apa yang dimaksudkan firman Allah SWT diatas dengan menjabarkan atau membahas biografi Rasulullah SAW. Maka mereka mengutip dengan buku-buku maulid yang kita kenal dengan kutipan-kutipan mereka diantaranya :
1. Maulid Syariful Anam
2. Maulid Ad-Diba'i
3. Maulid Al-A'zab
4. Maulid Barzanji
5. Maulid Simthudduror
6. Maulid Ad-Dia'ullami, dll.

Isi dari Maulid mereka sama menjelaskan kepribadian Rasulullah SAW, karena Allah SWT berfirman : " Tidaklah Aku utus engkau ya Muhammad, karena engkau rahmat semesta alam ".
Apa yang disebut dengan Rahmat ? "Rahmat adalah Kasih sayang Allah yang dalam firmannya Raufurrahim = Pemaaf atau penyayang, tanda ini jelas bahwa maulid adalah pujian-pujian Allah SWT kepada Rasulullah yang sudah ada di dalam Al Qur'an yang lebih dijelaskan dalam buku Maulid, karena Allah SWT berfirman : " Sesungguhnya Aku (Allah SWT) dan para malaikatku (Allah SWT) bershalawat kepada Rasululah SAW, wahai orang-orang yang beriman bershalawatlah kepada Rasulullah SAW".
Apa maksud Shalawat ? "Shalawat adalah pujian ", Shalawat kepada Rasulullah berarti memuji Rasulullah. Allah SWT telah memuji Rasulullah SAW, dalam firman diatas dan telah menyuruh kepada malaikat maupun manusia untuk memuji Rasulullah SAW. Banyak pujian-pujian Allah SWT di dalam Al Qur'an menggambarkan kemuliaan Rasulullah, berarti memuji Rasulullah adalah perintah Allah yang harus ditaati sampai kita didalam shalat pun membawa pujian kepada Rasulullah SAW dengan bershalawat kepadanya, menandakan betapa cintanya Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW.
Inti Maulid adalah Manusia harus mencontoh manusia yang mulia yaitu Nabi Muhammad SAW. Karena Nabi Muhammad SAW bersabda : " Aku anak cucu Adam yang tak membanggakan diriku ". Jelas pujian tersebut bukan keinginan Rasulullah SAW, tetapi keinginan Allah SWT untuk seluruh hambanya memuji Rasulullah SAW.
Nabi bersabda : " Barang siapa yang memujiku maka akan kulemparkan pasir ". lalu Allah SWT berfirman : " Wahai orang-orang yang beriman pujilah Rasulullah SAW ". Kerendahan diri Rasulullah SAW telah terbukti diatas, bahwa pujian-pujian itu datangnya dari Allah SWT bukan keinginan Rasulullah SAW, berarti memuji Rasulullah SAW mengikuti keinginan Allah SWT (Perintah) dan siapa yang melanggar perintahnya berarti dia berpaling dari kebesaran Allah SWT, berarti pembacaan Maulid atau Shalawat adalah perintah Allah SWT atas hambanya untuk memuji Rasulullah SAW.
Yang Akhirnya Rasulullah SAW bersabda : " Barang siapa yang bershalawat kepadaku maka Allah SWT akan menurunkan rahmat 10 kepadanya, dan mengampuni 10 dosanya, dan mengangkat 10 derajatnya " (Riwayat Bukhari dan Muslim).
Dan masih banyak lagi hadits-hadits yang berkaitan dengan seseorang membaca Maulid atau bershalawat kepada Rasulullah SAW. Di zaman yang modern ini banyak sebagian kelompok mengharamkan atau membid'ahkan Maulid dan Shalawat kepada Rasulullah SAW, dikarenakan pemikiran mereka yang pendek tentang nabi Muhammad SAW dan pengetahuan mereka yang tidak kuat didalam Al Qur'an, karena tidak ada didalam Al Qur'an ayat yang menerangkan haramnya membaca Maulid atau Bid'ahnya membaca Shalawat, karena mereka dibekali ilmu-ilmu orang Yahudi dan Nasrani, karena ketidak mampuannya menjatuhkan nama nabi Muhammad SAW, dari dulu sampai sekarang mereka mencari bagaimana cara untuk merusak agama yang dibawa Nabi Muhammad SAW. Karena Allah SWT berfirman : "Sesunguhnya orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah Ridho (kepada ajaran Nabi Muhammad SAW) sebelum umat itu mengikuti ajaran Yahudi dan Nasrani "
Dari rangkuman hasil diatas maka terbukti bahwa gerak gerik orang-orang Yahudi dan Nasrani telah memasuki tubuh Islam untuk menghancurkan agama yang dibawa Nabi Muhammad SAW. Karena Allah SWT berfirman : "Agama yang diterima oleh Allah SWT adalah agama Islam".
Maka kita akan mengenal islam dengan mengenal biografi Rasulullah SAW dengan pembacaan Maulid bukan ajaran orang-orang Yahudi dan nasrani yang menyangkal tentang biografi Nabi Muhammad SAW dalam untaian mutiara Maulid.

********************************************************

SEPULUH BUKTI DARI ALQURAN DAN SUNAH

BAHWA MEMPERINGATI KELAHIRAN NABI SAW DAPATLAH DITERIMA


Perintah Meningkatkan Rasa Cinta dan Hormat kepada Nabi SAW.
Pertama, Allah swt meminta Nabi saw. agar mengingatkan umatnya bahwa sangatlah penting bagi siapa saja yang menyatakan mencintai Allah swt untuk mencintai Nabi-Nya juga, “Katakanlah kepada mereka, ‘Jika kalian mencintai Allah swt, ikuti (dan cintai dan hormatilah) aku, niscaya Allah swt akan mencintai kalian’” (3:31).
Memperingati hari kelahiran Nabi saw. didorong oleh perintah untuk mencintai, menaati, mengingat, dan mengikuti contoh Nabi saw., serta merasa bangga dengannya sebagaimana Allah swt menunjukkan kebanggaan-Nya dengannya. Dalam Kitab Suci-Nya, Allah swt begitu membanggakannya dengan berfirman, “Sungguh engkau memiliki budi pekerti yang begitu agung” (68: 4).

Cinta kepada Nabi saw. dapat menjadi pembeda keimanan di antara kaum beriman. Dalam sebuah hadis sahih riwayat al-Bukhârî dan Muslim, Nabi saw. pernah bersabda, “Tak seorang pun di antara kamu beriman, sampai ia mencintaiku lebih dari ia mencintai anak-anaknya, orang tuanya, dan semua orang.” Dalam hadis al-Bukhârî lainnya, beliau bersabda, “Tak seorang pun di antara kamu beriman sampai ia mencintaiku lebih dari ia mencintai dirinya sendiri.” ‘Umar ibn al-Khaththâb ra berkata, “Wahai Nabi saw, Aku sungguh mencintaimu melebihi diriku sendiri.”

Kesempurnaan iman tergantung pada cinta kepada Nabi SAW., karena Allah swt dan para malaikat-Nya terus-menerus menyatakan penghormatannya, sebagaimana begitu jelas disebutkan dalam ayat berikut, “Allah swt dan para malaikat-Nya berselawat kepada Nabi saw” (33:56). Perintah Tuhan, “Wahai orang-orang beriman, berselawatlah kepadanya,” segera menyusulnya, menambah jelas bahwa kualitas seorang mukmin sangat tergantung pada dan dijelmakan dengan pembacaan selawat kepada Nabi SAW.
Nabi Muhammad SAW menekankan Hari Senin sebagai Hari Beliau Dilahirkan.
Kedua, Abû Qatâdah al-Anshârî meriwayatkan bahwa Nabi SAW. pernah ditanya mengenai puasa di hari Senin. Beliau kemudian menjawab, “Hari itu adalah hari saya dilahirkan dan hari saya menerima wahyu.”1
Syekh Mutawallî al-Sya‘râwî menulis, “Banyak peristiwa luar biasa terjadi pada hari kelahirannya sebagaimana disebutkan dalam hadis dan sejarah. Malam waktu Nabi saw dilahirkan tidaklah seperti malam-malam kelahiran manusia lainnya.” 2
Sedangkan menurut Ibn al-Hajj, “Adalah suatu keharusan bagi kita pada setiap hari Senin bulan Rabiul Awal untuk meningkatkan ibadah kita sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah swt atas karunia-Nya yang begitu besar yang telah diberikan kepada kita–yaitu diutusnya Nabi saw. untuk membimbing kita kepada Islam dan kedamaian … Nabi saw., ketika menjawab seseorang yang bertanya kepada beliau mengenai puasa di hari Senin, menyatakan, “Aku dilahirkan pada hari itu.” Oleh karena itu, hari tersebut memberikan kehormatan bagi bulan itu, karena itu adalah harinya Nabi saw. … dan beliau pun mengatakan, “Aku junjungan (sayyid) bagi semua anak-cucu Adam as, dan aku mengatakannya tanpa kesombongan” … dan beliau pun mengatakan, “Adam as dan siapa saja keturunannya akan berada di bawah benderaku pada Hari Peradilan kelak.” Hadis-hadis ini diriwayatkan oleh al-Syaykhâni (al-Bukhârî dan Muslim). Muslim dalam Shahîh-nya menyatakan bahwa Nabi saw. bersabda, “Pada hari itu, yaitu Senin, saya dilahirkan, dan pada hari itu pula risalah pertama disampaikan kepadaku.”3
Nabi saw. menaruh perhatian khusus pada hari kelahirannya dan bersyukur kepada Allah swt, karena memberinya kehidupan, dengan berpuasa pada hari itu, sebagaimana disebutkan dalam hadis Abû Qatâdah. Nabi saw. menyatakan kebahagiaannya akan hari tersebut dengan berpuasa, yang merupakan sebentuk ibadah. Sebagaimana Nabi saw. telah memberi perhatian khusus pada hari tersebut dengan berpuasa, maka ibadah dalam bentuk apa saja untuk memberi perhatian khusus atas hari tersebut dapat pula dibenarkan. Meskipun bentuk ibadahnya berbeda, tetapi esensinya tetap sama. Oleh karena itu, berpuasa, memberi makan fakir miskin, berkumpul untuk melantunkan pujian kepada Nabi saw., atau berkumpul untuk mengingat perilaku dan budi pekerti baiknya, semuanya dapat dipandang sebagai cara menaruh perhatian khusus pada hari tersebut.4

Allah swt Berfirman, “Bergembiralah dengan Nabi saw”
Ketiga, Menyatakan kebahagiaan dengan kedatangan Nabi saw. adalah perintah Allah swt dalam Alquran, sebagaimana firman-Nya, “Dengan karunia Allah swt dan rahmat-Nya, maka hendaklah mereka bergembira” (10:58).
Perintah ini ada karena rasa senang dapat membuat hati merasa bersyukur atas rahmat Allah swt. Rahmat Allah swt mana yang lebih besar ketimbang diri Nabi saw. sendiri. Allah swt menyatakan, “Tiadalah Aku utus engkau kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam” (21:107).
Karena Nabi saw. diutus sebagai rahmat untuk seluruh umat manusia, maka merupakan suatu keharusan, tidak saja atas muslimin tetapi juga semua umat manusia untuk merayakan kehadirannya. Sayangnya, masih ada sebagian muslim yang tampil menolak perintah Allah swt untuk bersuka ria atas kelahiran Nabi-Nya. Nabi SAW Memperingati Peristiwa-Peristiwa Besar dalam Sejarah
Keempat, Nabi SAW. selalu membuat hubungan di antara peristiwa-peristiwa agama dan sejarah, sehingga bila tiba suatu hari ketika terjadi suatu peristiwa penting, beliau mengingatkan para sahabat untuk merayakan hari itu dan menegaskan keistimewaannya, meskipun peristiwa tersebut terjadi pada masa yang sangat lampau. Dasarnya dapat ditemukan dalam hadist berikut.
Tatkala Nabi saw. sampai di Madinah, beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa pada Hari Asyura. Beliau bertanya mengenai hari tersebut, dan beliau diberi tahu bahwa pada hari itu Allah swt menyelamatkan Nabi mereka, yakni Musa as, dan menenggelamkan musuhnya. Karena itulah mereka berpuasa pada hari tersebut untuk bersyukur kepada Allah swt atas karunia ini.5
Pada saat itu juga Nabi saw. menanggapinya dengan hadis yang terkenal, “Kita lebih berhak atas Musa as daripada kalian,” dan beliau pun melakukan puasa pada hari itu dan hari sebelumnya.

Allah swt Berfirman, “Berselawatlah kepada Nabi saw”
Kelima, peringatan atas kelahiran Nabi saw. mendorong kita untuk berselawat kepada Nabi saw. dan menyampaikan pujian atasnya, yang menjadi suatu keharusan berdasarkan ayat, “Sesungguhnya Allah swt dan para malaikat-Nya berselawat kepada Nabi saw. Wahai orang-orang beriman, berselawatlah kamu untuk Nabi saw dan ucapkanlah salam kepadanya dengan sepenuh hati” (33:56). Karena datang bersama-sama dan mengenang jasa-jasa Nabi saw. dapat membawa kita untuk berselawat dan memujinya, maka ini selaras dengan perintah Allah swt. Siapakah yang punya hak untuk mengingkari keharusan yang telah diperintahkan Allah swt kepada kita melalui Alquran? Manfaat yang dibawa oleh ketaatan pada perintah Allah swt dan cahaya yang dibawanya ke dalam hati tidaklah dapat diukur. Lebih jauh lagi, keharusan tersebut dinyatakan dalam bentuk jamak, yaitu Allah swt dan para malaikat-Nya berselawat dan mengucap salam kepada Nabi saw.—secara bersama-sama. Karena itu, sama sekali tidaklah benar mengatakan bahwa membaca selawat dan salam kepada Nabi saw. tak boleh dilakukan secara berkelompok, tetapi harus sendiri-sendiri.
Pengaruh Menyaksikan Peringatan Kelahiran Nabi terhadap Kaum Kafir
Keenam, mengungkapkan kegembiraan dan memperingati hari kelahiran Nabi saw., dengan karunia dan rahmat Allah swt, dapat mendatangkan keberuntungkan bagi orang kafir sekalipun.6 Imam al-Bukhârî menyatakan dalam hadisnya bahwa setiap hari Senin, Abû Lahab dibebaskan dari siksaannya di alam kubur, karena ia telah memerdekakan budak perempuannya, yaitu Tsuwaybah, pengasuh Nabi saw. Beberapa ulama, di antaranya Ibn Katsîr dan Ibn Nâshir al-Dîn al-Dimasyqî, mengatakan bahwa ini karena Abû Lahab sangat bergembira tatkala Tsuwaybah membawa kabar kepadanya tentang kelahiran keponakannya itu. Meskipun demikian, agaknya pemerdekaan ini terjadi pada saat Nabi saw sudah dewasa, yaitu pada saat hijrah ke Madinah.7
Tentang hal ini, Hafiz Syams al-Dîn Muhammad ibn Nâshir al-Dîn al-Dimasyqî menulis bait syair berikut, “Bila ini, seorang kafir yang dikutuk untuk kekal di neraka dengan ucapan ‘celakalah kedua tangannya’ (Q. 111), dikatakan menikmati masa tenang pada setiap hari Senin, karena ia bergembira dengan (kelahiran) Ahmad saw, lantas bagaimana menurutmu seorang hamba yang, sepanjang hidupnya, bergembira dengan Ahmad saw, dan meninggal seraya mengucap, ‘Ahad (Esa)’”8
Keharusan Mengetahui Sirah Nabi saw. dan Meniru Perilakunya
Ketujuh, kita dituntut untuk mengetahui Nabi saw., baik kehidupannya, mukjizatnya, kelahirannya, perilakunya, keimanannya, tanda-tanda (kenabian)-nya, khalwatnya, ataupun ibadahnya. Tidakkah mengetahui hal-hal seperti ini merupakan keharusan bagi setiap muslim?
Apa lagi yang lebih baik dari merayakan dan memperingati kelahirannya, yang mewakili babak penting hidupnya, untuk dapat memahami kehidupannya? Memperingati kelahirannya akan mengingatkan kita tentang segala hal lain yang berhubungan dengan kehidupannya, sehingga memungkinkan kita untuk mengenal perjalanan hidup (sirah) Nabi saw. dengan lebih baik. Kita akan lebih siap untuk menjadikan Nabi saw. sebagai panutan, memperbaiki diri kita, dan meniru kepribadian beliau. Itulah mengapa perayaan hari kelahirannya merupakan suatu karunia besar bagi seluruh umat muslim.
Nabi saw. Setuju dengan Syair Pujian Terhadapnya
Kedelapan, sudah diketahui benar bahwa pada masa Nabi saw., para penyair berdatangan ke hadapannya dengan berbagai jenis karyanya yang berisi pujian terhadapnya. Mereka menulis dalam syair-syair tersebut tentang perang dan panggilan jihadnya, juga tentang para sahabatnya. Ini dapat ditemukan dalam berbagai syair yang dikutip dalam sirah Nabi saw. yang disusun oleh Ibn Hisyâm, al-Wâqidî, dan yang lain. Nabi saw. sangat senang dengan syair yang bagus, sebagaimana diriwayatkan al-Bukhârî dan yang lain bahwa beliau bersabda, “Dalam syair itu ada hikmah (kata-kata bijak).”9 Paman Nabi saw., al-‘Abbâs, menggubah sebuah syair yang menyanjung kelahiran Nabi saw, yang memuat bait-bait berikut:
Tatkala engkau dilahirkan, bumi bersinar terang,
Dan cakrawala benderang penuh cahayamu,
Sehingga kami dapat tembus memandang,
Segala syukur kupanjatkan atas sinar terang,
Cahaya dan jalan yang menunjuki itu.10
Ibn Katsîr menyebutkan fakta bahwa, menurut para sahabat, Nabi saw. memuji namanya sendiri dan membacakan syair tentang dirinya di tengah-tengah Perang Hunain untuk membangkitkan semangat para sahabatnya dan membuat takut musuh-musuhnya. Pada hari itu beliau mengatakan: “Akulah Nabi saw! Ini bukan kebohongan. Aku anak ‘Abd al-Muthâlib.”
Nabi saw. merasa senang dengan orang-orang yang menyampaikan pujian kepadanya, karena itu merupakan perintah Allah swt dan beliau pun suka memberi mereka sesuatu yang Allah swt anugerahkan kepadanya. Allah swt sudah pasti sangat menyenangi orang-orang yang berkumpul dan berusaha mengenali dan mencintai Rasulullah saw.
Menyanyi dan Membacakan Syair
Ada keterangan kuat bahwa Nabi saw. menyuruh ‘Â’isyah membiarkan dua gadis menyanyi pada hari raya. Beliau berkata kepada Abû Bakr, “Biarkanlah mereka menyanyi, karena setiap bangsa memiliki hari rayanya, dan hari ini adalah hari raya kita.” Ibn al-Qayyim berkomentar bahwa Nabi saw. juga mengizinkan menyanyi pada perayaan perkawinan, dan membolehkan syair dibacakan kepadanya.11 Beliau mendengarkan Anas dan para sahabatnya yang memuji-mujinya dan membacakan syair-syair sambil menggali tanah sebelum terjadinya Perang Khandak (Parit) yang terkenal itu; beliau mendengarkan mereka yang mengatakan: “Kitalah orang-orang yang memberikan baiat (sumpah setia) kepada Muhammad saw untuk berjihad sepanjang hayat.”
Ibn al-Qayyim juga menyebutkan bahwa ‘Abd Allâh ibn Rawâhah membacakan sebuah syair panjang yang memuji-muji Nabi saw. tatkala beliau memasuki Mekah, yang setelah itu Nabi saw. berdoa untuknya. Nabi saw. berdoa agar Allah swt memberi kekuatan kepada al-Hasan ibn Tsâbit dengan ruh suci sehingga ia dapat mendukung Nabi saw. dengan syair-syairnya. Demikian pula, Nabi saw. pernah menghadiahi Ka‘b ibn Zuhayr sebuah jubah karena syair pujiannya. Nabi saw. pernah meminta al-Syarîd ibn Suwayd al-Tsaqafî untuk membacakan sebuah syair pujian sepanjang seratus bait yang digubah oleh Umayyah ibn Abî al-Salt.12 Ibn al-Qayyim melanjutkan, “‘Â’isyah selalu membacakan syair-syair yang memujinya dan beliau pun merasa senang dengannya itu.”
Umayyah ibn Abî al-Salt adalah seorang penyair jahiliah yang meninggal sebelum Islam datang. Ia seorang saleh yang tidak lagi minum khamar ataupun menyembah berhala.13 Bagian dari syair pujian yang mengiringi penguburan Nabi saw. yang dibacakan oleh al-Hasan ibn Tsâbit, menyatakan:
Aku katakan, dan tak seorang pun dapat menemukan cela dari ucapanku
Kecuali orang yang telah kehilangan segala akal sehatnya:
Aku tidak akan pernah berhenti menyanjung dan memujinya
Karena dengan berbuat begitu, mungkin aku akan kekal di dalam surga
Bersama Sang Pilihan, yang dorongannya untuk itu aku harapkan.
Dan untuk mencapai hari itu, segala ikhtiarku kupertaruhkan.14
Membaca Alquran dan Melagukannya
Ibn al-Qayyim mengatakan dalam Madârij al-Sâlikîn,
Allah swt telah membolehkan Nabi-Nya saw. membaca Alquran dengan cara dilagukan. Abû Mûsâ al-Asy‘arî ra suatu kali membaca Alquran dengan suara merdu, sementara Nabi saw mendengarkannya. Setelah ia selesai, Nabi saw. mengucapkan selamat kepadanya atas bacaannya dengan suara merdu dan berkata: “Engkau memiliki suara yang indah.” Beliau pun menyatakan tentang Abû Mûsâ al-Asy‘arî bahwa Allah swt telah memberinya satu dari mizmar (seruling) Dâwud. Kemudian Abû Mûsâ ra berkata: “Ya Rasulullah saw, kalau saja aku tahu bahwa engkau mendengarkanku, aku pasti akan membacakannya dengan suara yang jauh lebih merdu dan lebih indah yang belum pernah engkau dengar sebelumnya.”
Ibn al-Qayyim juga meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda, “Hiasilah Alquran dengan suara-suaramu,” dan “Barang siapa tidak melagukan Alquran bukanlah dari golongan kita.” Ibn al-Qayyim kemudian mengomentari:
Mendapatkan kesenangan dengan suara indah adalah diperbolehkan, sebagaimana mendapat kesenangan dengan pemandangan yang indah, seperti gunung atau alam, atau dari wewangian, atau makanan lezat, selama sesuai dengan syariah. Apabila mendengarkan suara yang indah diharamkan, maka mencari kesenangan dengan semua hal-hal lainnya pun diharamkan juga.
Nabi saw. Membolehkan Bermain Gendang Bila dengan Niat Baik
Ibn ‘Abbâd, seorang ahli hadis, memberikan fatwa berikut dalam Rasâ’il-nya. Ia memulai dengan sebuah hadis,
Seorang gadis datang kepada Nabi saw. ketika beliau baru pulang dari salah satu peperangan. Gadis itu berkata: “Ya Rasulullah saw, saya telah bersumpah kepada Allah swt bahwa bila Allah swt mengirim engkau kembali dalam keadaan selamat, saya akan memainkan gendang ini di dekatmu.” Nabi saw. kemudian berkata: “Tunaikanlah sumpahmu itu.”15
Ibn ‘Abbâd kemudian melanjutkan:
Tidak syak lagi bahwa menabuh gendang merupakan sejenis hiburan, meskipun demikian Nabi saw. menyuruh gadis tersebut untuk menunaikan sumpahnya. Beliau melakukannya karena niatnya adalah untuk menyambut beliau karena telah pulang dengan selamat, dan niatnya itu suatu niat baik, bukan niat melakukan dosa atau membuang waktu. Karena itu, bila ada orang yang merayakan saat-saat kelahiran Nabi saw. dengan cara yang baik dan dengan niat yang baik seperti dengan membaca sirah Nabi dan menyampaikan puji-pujian kepadanya, maka itu diperbolehkan.
Nabi saw. Menaruh Perhatian Khusus pada Kelahiran Para Nabi
Kesembilan, Nabi saw. dalam hadisnya memberikan perhatian khusus pada hari dan tempat kelahiran nabi-nabi terdahulu. Sehubungan dengan keistimewaan Jumat sebagai hari besar, Nabi saw. mengatakan, “Pada hari tersebut (yaitu Jumat), Allah swt menciptakan Adam as.” Dengan demikian, hari Jumat diberi penekanan karena Allah swt menciptakan Adam as pada hari tersebut. Hari tersebut diberi perhatian khusus karena hari tersebut menyaksikan penciptaan seorang nabi dan bapak semua umat manusia. Bagaimana halnya dengan hari ketika seorang nabi teragung dan manusia terbaik diciptakan? Nabi saw. bersabda: “Sungguh Allah swt telah menciptakanku sebagai Penutup para Nabi (khatam al-nabiyyîn) sementara Adam as di antara air dan tanah.”16
Mengapa al-Bukhârî Memberi Perhatian Khusus pada Kematian di Hari Senin
Imam al-Qasthallânî , dalam komentarnya atas al-Bukhârî, mengatakan:
Dalam bagian “al-Jana’aiz (Jenazah)”, al- Bukhârî menamai satu bab utuh “Mati pada Hari Senin”. Di dalamnya ada sebuah hadis dari ‘Â’isyah as yang meriwayatkan pertanyaan dari ayahnya (Abû Bakr al-Shiddîq ra), “Pada hari apakah Nabi saw. wafat?” Ia menjawab: “Hari Senin.” Beliau bertanya: “Hari apa sekarang?” Ia menjawab: “Ayah, sekarang hari Senin.” Abû Bakr ra pun kemudian mengangkat tangannya dan berkata: “Ya Allah swt aku memohon kepadamu biarkanlah aku meninggal pada hari Senin agar bersamaan dengan hari wafatnya Nabi saw.”
Imam al-Qasthallânî melanjutkan:
Mengapa Abû Bakr ra memohon agar kematiannya terjadi pada hari Senin? Karena dengan begitu, kematiannya akan bersamaan hari dengan hari wafatnya Nabi saw., maksudnya untuk mendapatkan barakah dari hari tersebut … Apakah ada orang yang akan mencela permohonan Abû Bakr ra untuk meninggal pada hari tersebut untuk mendapatkan barakah? Pada masa sekarang, mengapa ada orang-orang yang mencela kegiatan merayakan dan memberi perhatian khusus pada hari kelahiran Nabi saw. dengan maksud memperoleh keberkahan?
Nabi saw. Memberi Perhatian pada Tempat Kelahiran Para Nabi
Sebuah hadis yang dianggap sahih oleh Hafiz al-Haytsamî menyatakan bahwa, pada malam Isra Mikraj, Nabi saw. disuruh oleh Jibril as untuk salat dua rakaat di Bayt Lahm ( Bethlehem ). Jibril as bertanya kepadanya, “Tahukah engkau di manakah engkau melakukan salat?” Ketika Nabi saw. bertanya kepadanya “Di mana?” Ia memberi tahu beliau, “Engkau salat di tempat Isa dilahirkan.”17

Ijmak Ulama tentang Peringatan Maulid Nabi saw.
Kesepuluh, memperingati hari kelahiran Nabi saw. merupakan suatu tindakan yang telah dan masih disepakati oleh para ulama di dunia Islam. Untuk alasan inilah, hari tersebut dijadikan sebagai hari libur di semua negara muslim. Allah swt tentu meridainya karena selaras dengan perkataan Ibn Mas‘ûd, “Apa saja yang dipandang baik oleh mayoritas muslimin, itu baik di sisi Allah swt; dan apa saja yang dipandang buruk oleh mayoritas muslimin, itu buruk di sisi Allah swt.”18
Dikutip dari:
Buku Maulid dan Ziarah ke Makam Nabi saw
Oleh Mawlana Syekh Hisyam Kabbani qs
Penerbit: Serambi
**************************************************

Ada seorang raja yang mempunyai 4 isteri

Raja ini sangat mencintai isteri keempatnya dan selalu
menghadiahkannya pakaian-pakaian yang mahal dan memberinya makanan yang paling enak. Hanya yang terbaik yang akan diberikan kepada sang isteri.
Dia juga sangat memuja isteri ketiganya dan selalu
memamerkannya ke pejabat-pejabat kerajaan tetangga.
Itu karena dia takut
suatu saat nanti,
isteri ketiganya ini akan meninggalkannya.

Sang raja juga menyayangi isteri keduanya. Karena isterinya
yang satu ini merupakan tempat curahan hatinya, yang akan selalu ramah,
peduli dan sabar terhadapnya. Pada saat sang raja menghadapi suatu masalah,
dia akan mengungkapkan isi hatinya hanya pada isteri ke dua karena dia bisa
membantunya melalui masa-masa sulit itu.
Isteri pertama raja adalah pasangan yang sangat setia dan
telah memberikan kontribusi yang besar dalam pemeliharaan kekayaannya maupun
untuk kerajaannya. Akan tetapi, si raja tidak peduli terhadap isteri
pertamanya ini meskipun sang isteri begitu mencintainya, tetap saja sulit
bagi sang raja untuk memperhatikan isterinya itu.
Hingga suatu hari, sang raja jatuh sakit dan dia sadar bahwa
kematiannya sudah dekat.
Sambil merenungi kehidupannya yang sangat mewah itu, sang raja
lalu berpikir, "Saat ini aku memiliki 4 isteri disampingku, tapi ketika aku
pergi, mungkin aku akan sendiri".
Lalu, bertanyalah ia pada isteri keempatnya, "Sampai saat ini,
aku paling mencintaimu, aku sudah menghadiahkanmu pakaian-pakaian yang
paling indah dan memberi perhatian yang sangat besar hanya untukmu. Sekarang
aku sekarat, apakah kau akan mengikuti dan tetap menemaniku?"
"Tidak akan!" balas si isteri keempat itu, ia pun pergi tanpa
mengatakan apapun lagi.
Jawaban isterinya itu bagaikan pisau yang begitu tepat menusuk
jantungnya.
Raja yang sedih itu kemudian berkata pada isteri ketiganya,
"Aku sangat memujamu dengan seluruh jiwaku. Sekarang aku sekarat, apakah kau
tetap mengikuti dan selalu bersamaku?"
"Tidak!" sahut sang isteri. "Hidup ini begitu indah! Saat kau
meninggal, akupun akan menikah kembali!"
Perasaan sang rajapun hampa dan membeku.
Beberapa saat kemudian, sang raja bertanya pada isteri
keduanya, " Selama ini, bila aku membutuhkanmu, kau selalu ada untukku. Jika nanti aku meninggal,
apakah kau akan mengikuti dan terus disampingku

"Maafkan aku, untuk kali ini aku tidak bisa memenuhi
permintaaanmu!" jawab isteri keduanya. "Yang bisa aku lakukan, hanyalah
ikut
menemanimu menuju pemakamanmu."

kiriman dari kawan

*******************************************************

Rahasia umur manusia Intermezo & renungan buat hari ini......... ..


Di awal zaman, Tuhan menciptakan seekor sapi.
Tuhan berkata kepada sang sapi Hari ini kuciptakan kau Sebagai sapi engkau harus pergi ke padang rumput.
Kau harus bekerja dibawah terik matahari sepanjang hari.
Kutetapkan umurmu sekitar 50 tahun.
Sang Sapi keberatan Kehidupanku akan sangat berat selama 50 tahun. Kiranya 20 tahun cukuplah buatku. Kukembalikan kepadamu yang 30 tahun . Maka setujulah Tuhan.
Di hari kedua, Tuhan menciptakan monyet. Hai monyet, hiburlah manusia.Aku berikan kau umur 20 tahun! Sang monyet menjawab "What? Menghibur mereka dan membuat mereka tertawa? 10 tahun cukuplah. Kukembalikan 10 tahun padamu" Maka setujulah Tuhan.
Di hari ketiga, Tuhan menciptakan anjing. Apa yang harus kau lakukan adalah menjaga pintu rumah majikanmu. Setiap orang mendekat kau harus
menggongongnya. Untuk itu kuberikan hidupmu selama 20 tahun Sang anjing menolak : "Menjaga pintu sepanjang hari selama 20 tahun ? No way.! Kukembalikan 10 tahun padamu".Maka setujulah
Tuhan.
Di hari keempat, Tuhan menciptakan manusia. Sabda Tuhan: "Tugasmu adalah makan, tidur, dan bersenang-senang. Inilah kehidupan. Kau akan menikmatinya. Akan kuberikan engkau umur sepanjang 25 tahun! Sang manusia keberatan,katanya "Menikmati kehidupan
selama 25 tahun?Itu terlalu pendek Tuhan.
Let's make a deal. Karena sapi mengembalikan 30 tahun usianya, lalu anjing mengembalikan 10 tahun, dan monyet mengembalikan 10 tahun usianya padamu, berikanlah semuanya itu padaku. Semua itu akan menambah masa hidupku menjadi 75 tahun. Setuju ?" Maka setujulah Tuhan. AKIBATNYA... ......... ......... ......... Pada 25 tahun pertama kehidupan sebagai manusia dijalankan kita makan,tidur dan bersenang-senang 30 tahun berikutnya menjalankan kehidupan layaknya seekor sapi kita harus bekerja keras sepanjang hari untuk menopang keluarga kita 10 tahun kemudian kita menghibur dan membuat cucu kita tertawa dengan berperan sebagai monyet yang menghibur. Dan 10 tahun berikutnya kita tinggal di rumah, duduk didepan pintu, dan menggonggong kepada orang yang lewat Uhuk, uhuk (batuk)... Eh, Ntong, mo kemane lo? #@*?*
Nah......... .apa komentar anda !

Pohon, Daun dan Angin
Jika Kau menginginkan cinta dari seseorang, tunjukkan cintamu. Cinta tidak membutuhkan keraguan, Tunjukan saja!!

POHON

Alasan mengapa orang-orang memanggilku Pohon karena aku sangat baik dalam menggambar pohon. Setelah itu, aku selalu menggunakan gambar pohon pada sisi kanan sebagai trademark pada semua lukisanku. Aku telah berpacaran sebanyak 5 orang wanita ketika aku masih di SMA.
Ada satu wanita yang aku sangat aku cintai, tapi aku tidak punya keberanian untuk mengatakannya. Dia tidak memiliki wajah yang cantik, tubuh yang sexy, dsb, dia sangat peduli dengan orang lain dan religius tapi dia hanya wanita biasa saja.
Aku menyukainya, sangat menyukainya, menyukai gayanya yang innocent dan apa adanya, kemandiriannya, aku menyukai kepandaiannya dan kekuatannya. Alasan aku tidak mengajaknya kencan karena aku merasa dia yang sangat biasa dan tidak serasi untukku. Aku juga takut, jika kami bersama semua perasaan yang indah ini akan hilang. Aku juga takut kalau gosip-gosip yang ada akan menyakitinya. Aku merasa dia adalah sahabatku dan aku akan memilikinya tiada batasnya dan aku tidak harus memberikan semuanya hanya untuk dia.
Alasan yang terakhir, membuat dia menemaniku dalam berbagai pergumulan selama 3 tahun ini. Dia tahu aku mengejar gadis-gadis lain, dan aku telah membuatnya menangis selama 3 tahun.
Ketika aku mencium pacarku yang kedua, dan terlihat olehnya. Dia hanya tersenyum dengan berwajah merah dan berkata lanjutkan saja dan setelah itu pergi meninggalkan kami. Esoknya, matanya bengkak.. dan merah... Aku sengaja tidak mau memikirkan apa yang menyebabkannya menangis, but...
Aku tertawa dengannya seharian. Ketika semuanya telah pulang, dia sendirian di kelas untuk menangis. Dia tidak tahu bahwa aku kembali dari latihan sepak bola untuk mengambil sesuatu di kelas, dan aku melihatnya menangis selama sejam-an.
Pacarku yang ke-4 tidak menyukainya. Pernah sekali mereka berdua perang dingin, aku tahu bukan sifatnya untuk memulai perang dingin. Tapi aku masih tetap bersama pacarku. Aku berteriak padanya dan matanya penuh dengan air mata sedih dan kaget. Aku tidak memikirkan perasaannya dan pergi meninggalkannya bersama pacarku. Esoknya masih tertawa dan bercanda denganku seperti tidak ada yang terjadi sebelumnya. Aku tahu bahwa dia sangat sedih dan kecewa tapi dia tidak tahu bahwa sakit hatiku sama buruknya dengan dia, aku juga sedih.
Ketika aku putus dengan pacarku yang ke 5, aku mengajaknya pergi. Setelah kencan satu hari itu, aku mengatakan bahwa ada sesuatu yang ingin kukatakan padanya. Dia mengatakan bahwa kebetulan sekali bahwa dia juga ada sesuatu yang ingin dia katakan padaku. Aku cerita padanya tentang putusnya aku dengan pacarku dan dia berkata tentang dia sedang memulai suatu hubungan dengan seseorang. Aku tahu pria itu.
Dia sering mengejarnya selama ini. Pria yang baik, penuh energi dan menarik. Aku tak bisa memperlihatkan betapa sakit hatinya aku, tapi hanya bisa tersenyum dan mengucapkan selamat padanya. Ketika aku sampai di rumah, sakit hatiku bertambah kuat dan aku tidak dapat menahannya. Seperti ada batu yang sangat berat didadaku. Aku tak bisa bernapas dan ingin berteriak namun tidak bisa.
Air mata mengalir dan aku jatuh menangis. Sudah sering aku melihatnya menangis untuk pria yang mengacuhkan kehadirannya. Ketika upacara kelulusan, aku membaca SMS di Handphoneku. SMS itu dikirim 10 hari yang lalu ketika aku sedih dan menangis. SMS itu berbunyi, Daun terbang karena Angin bertiup atau karena Pohon tidak memintanya untuk tinggal?.

DAUN

Selama SMA, aku suka mengoleksi daun-daun, kenapa? Karena aku merasa bahwa daun untuk meninggalkan pohon yang selama ini ditinggali selama ini membutuhkan banyak kekuatan.

Selama 3 tahun di SMA, aku dekat dengan seorang pria, bukan sebagai pacar tapi Sahabat. Tapi ketika dia mempunyai pacar untuk yang pertama kalinya, Aku mempelajari sebuah perasaan yang belum pernah aku pelajari sebelumnya - CEMBURU. Perasaan di hati ini tidak bisa digambarkan dengan menggunakan Lemon. Hal itu seperti 100 butir lemon busuk. Mereka hanya bersama selama 2 bulan. Ketika mereka putus, aku menyembunyikan perasaan yang luar biasa gembiranya. Tapi sebulan kemudian dia bersama seorang gadis lagi.
Aku menyukainya dan aku tahu bahwa dia juga menyukaiku, but mengapa dia tidak mau mengatakannya? Sejak dia mencintaiku, mengapa dia tidak yang memulainya dulu untuk melangkah? Ketika dia punya pacar baru lagi, hatiku selalu sakit. Waktu berjalan.. dan berjalan, hatiku sakit..
Aku mulai mengira bahwa ini adalah cinta yang bertepuk sebelah tangan, tapi mengapa dia memperlakukanku dengan sangat baik diluar perlakuannya hanya untuk seorang teman?
Menyukai seseorang sangat menyusahkan hati, aku tahu kesukaannya, kebiasaannya. Tapi perasaannya kepadaku tidak pernah bisa diketahui. Kau tidak mengharapkan aku seorang wanita untuk mengatakannya bukan?
Diluar itu, aku mau tetap disampingnya, memberikannya perhatian, menemaninya, dan mencintainya. Berharap, bahwa suatu hari, dia akan datang dan mencintaiku. Hal itu seperti menunggu telpon-nya. Setiap malam, mengharapkannya untuk mengirimku SMS. Aku tahu sesibuk apapun dia, dia pasti meluangkan waktunya untukku. Karena itu, aku menunggunya. 3 tahun cukup berat untuk kulalui dan aku mau menyerah.
Kadang aku berpikir untuk tatap menunggu. Luka dan Sakit hati, dan dilema yang menemaniku selama 3 tahun ini.
Ketika diakhir tahun ke 3, seorang pria mengejarku dia adalah adik kelasku, setiap hari dia mengejarku tanpa lelah. Dari penolakan-penolakan yang telah ditunjukkan, aku merasa bahwa aku ingin memberikan dia ruang kecil dihatiku.
Dia seperti angin yang hangat dan lembut, mencoba meniup daun untuk terbang dari pohon. Akhirnya, aku sadar bahwa aku tidak ingin memberikan Angin ini ruang yang kecil di hatiku. Aku tahu Angin ini akan membawa pergi Daun yang lusuh jauh dan ketempat yang lebih baik. Akhirnya Aku meninggalkan Pohon, tapi Pohon hanya tersenyum dan tidak memintaku untuk tinggal, aku sangat sedih memandangnya tersenyum ke arahku.
Daun terbang karena Angin bertiup atau Pohon tidak memintanya untuk tinggal

ANGIN

Karena aku menyukai seorang gadis bernama Daun, karena dia sangat bergantung pada Pohon, jadi aku harus menjadi Angin yang kuat.
Angin akan meniup Daun terbang jauh. Ketika aku pertama kalinya, ketika 1 bulan setelah aku pindah sekolah. Aku melihat seorang memperhatikan kami bermain sepak bola. Ketika itu, dia selalu duduk disana sendirian atau dengan teman-temannya memperhatikan Pohon. Ketika Pohon berbicara dengan gadis-gadis, ada cemburu di matanya. Ketika Pohon melihat ke arah Daun, ada senyum di matanya.
Memperhatikannya menjadi kebiasaanku, seperti daun yang suka melihat Pohon. Satu hari, dia tidak tampak, aku merasakan kehilangan. Seniorku juga tidak ada saat itu, Aku pergi ke kelas mereka, melihat seniorku sedang memperhatikan Daun. Air mata mengalir di mata Daun ketika Pohon pergi, besoknya, aku melihat Daun di tempatnya yang biasa, memperhatikan Pohon. Aku melangkah dan tersenyum padanya. Menulis catatan dan memberikan kepadanya. Dia sangat kaget.
Dia melihat ke arahku, tersenyum dan menerima catatanku. Besoknya, dia datang, menghampiriku dan memberiku catatan. Hati Daun sangat kuat dan Angin tidak bisa meniupnya pergi, hal itu karena Daun tidak mau meninggalkan Pohon. Aku melihat ke arahnya dengan kata-kata tersebut dan pelan dia mulai berkata padaku dan menerima kehadiranku dan telpon-ku. Aku tahu orang yang dia cintai bukan aku, tapi aku akan berusaha agar suatu hari dia menyukai aku.
Selama 4 bulan, Aku tlah mengucapkan kata Cinta tidak kurang dari 20x kepadanya. Setiap kali dia mengalihkan pembicaraan.. tapi aku tidak menyerah, aku memutuskan untuk memiliki dia dan berharap dia akan setuju menjadi pacarku.
Aku bertanya, Apa yang kau lakukan? Kenapa kau tidak pernah membalas?
Dia berkata, Aku menengadahkan kepalaku.
Ah?, Aku tidak percaya apa yang aku dengar.
Aku menengadahkan kepalaku, dia berteriak.
Aku meletakkan telpon, berpakaian dan naik taxi ke tempat dia, dan dia membuka pintu, aku memeluknya kuat-kuat.
Daun terbang karena tiupan Angin atau karena Pohon tidak memintanya untuk tinggal.
Setiap orang mempunyai masalah - masalah sendiri, kadangkala kita berpikir kita tidak seberuntung orang lain tetapi sebenarnya masalah yang kita hadapi sebenarnya sama tergantung bagaimana kita bersikap menghadapi dan memecahkan masalah dengan tidak berputus asa.
Don't Worry Be Happy....... .......

DETIK.COM